Chap6. Sean Baik?

148 77 52
                                    

Gue tau gue terluka, tapi itu tak mengapa-,
-Rava


Sean sedikit melirik Rahel yang ternyata sedang tertidur pulas disampingnya. Terlihat jelas, jika gadis itu kelelahan karena sedari tadi Sean hanya membuatnya jengkel.

Mereka berdua sekarang berada didalam mobil Sean. Laki-laki itu berniat untuk mengantarkan Rahel menuju rumahnya. Diliriknya jam dipergelangan tangannya ternyata waktu sudah menunjukan pukul 7 malam.

Jadi, selama itukah mereka bersama? Tidak, lebih tepatnya selama itukah Rahel membabu untuk Sean? Pantas saja jika Rahel tertidur, untung saja itupun tidak sampai pinsan.

Setelah sampai diperempatan jalan, laki-laki itu bingung arah jalan mana yang harus ia ambil. Pasalnya dia sendiri tak tau dimana alamat rumah gadis disampingnya.

Tiiiidddd

Tiiidd.. Tiid.. Tiiiiiiiiddd

Itu suara klakson dari pengendara lain yang dibelakang.

"Shitttt!"

Umpat Sean yang merasa terusik.

Sepertinya mereka sangat tidak sabaran melihat mobil Sean yang masih berdiam dikala lampu merah sudah kembali hijau.

Akhirnya, laki-laki itu menepikan mobilnya dipinggir trotoar agar tak menghambat pengendara lain.

"Ngghhh.."

Rahel membenarkan posisi tidurnya yang kurang nyaman.

Tak sengaja Sean yang mendengarnya melihat kearah asal suara. Sepertinya, tidur gadis itu sedikit terganggu karena suara klakson pengendara tadi.

"Apa aku bangunkan saja dia?"

Hati Sean sedikit memiliki rasa iba. Kasihan jika tidur gadis itu harus terganggu lagi.

"Aku tak peduli." Tukasnya tak terima dengan sekelebat pemikirannya.

Entah ada dorongan dari mana, Sean terus menatap intens tiap lekuk wajah Rahel. Mata tajamnya berhenti tepat dibibir gadis itu.

"Apa aku setua yang kau lihat?"

Gumamnya heran dengan panggilan Om yang selalu keluar dari bibir Rahel.

Kenapa sangat nyaman sekali Rahel memanggilnya Om? Terkadang Sean kesal dengan panggilan itu. Apa wajah tampannya terlihat seperti Om Om? Yang benar saja, semua orang terkagum kagum padanya. Tak ada seorangpun yang memanggilnya Om, seperti gadis ini. Memang dasar saja dia gadis yang aneh.

1 detik

2 detik

3 detik

Tiba-tiba saja, Sean tersenyum samar sangat tipis hingga dirinya sendiripun tak menyadari itu.

Sekarang mereka berdua berada disebuah stand pakaian dengan Rahel seperti anak ayam yang mengikuti induknya kemanapun dia pergi.

"Gadis bodoh!!"

Teriak Sean seraya melemparkan kemeja putih polos kearah belakang sembarangan.

"Ini!"

Sean kembali melemparkan sebuah jas tak tau kemana yang pasti Rahel harus menangkapnya.

White Lilies & Phobias (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang