Chap7. Siapa

151 70 88
                                    

Aku bingung dengan perasaan ini. Sebenarnya siapa yang aku inginkan?-,
-Rahelsya


Rahel sudah siap dengan pakaian seragam dan ranselnya. Gadis itu turun menghampiri Diana yang terlihat sibuk menyiapkan sarapan pagi.

"Pagi Ma."

Ucap Rahel mencium pipi kiri Diana.

"Pagi juga anak mama."

Rahel duduk sambil memakan roti slai coklat kesukaannya.

"Oh iya sayang, itu Sean udah nunggu didepan loh."

Ukhuk.. ukhuk.. ukhuk..

"Nih diminum dulu."

Ujar Diana seraya memberikan gelas berisi air susu untuk anaknya.

"Makanya kalau lagi makan jangan buru-buru."

Rahel langsung saja menerima dan meminumnya hingga tandas tak tersisa.

"Bener ma?"

"Iya lah bener, masa iya mama bohong."

Ucap wanita paruh baya itu kemudian melenggang pergi menuju wastafel.

'Kenapa aku jadi segugup ini mau ketemu Sean?'

Tangan Rahel memegang dadanya merasakan degup jantungnya yang begitu cepat.

"Ekhem."

"......."

Gadis itu masih tetap menatap lurus kedepan tanpa berkedip. Ia terus berfikir bagaimana caranya agar bisa menghindari Sean. Entah kenapa ia selalu seperti terkena serangan jantung saat berada didekat laki-laki itu.

"Sudah?"

'Suara itu? Seperti..'

Seakan baru tersadar ia melihat asal suara itu. Dan ternyata sudah ada Sean disampingnya.

"Hmm..?"

"Sudah melamun nya?"

"Enggak, aku ga lagi ngelamun,"

"Ayo berangkat."

Lanjut Rahel meninggalkan Sean yang masih berdiri ditempat.

"Kamu gak pamitan dulu sama Mama?"

Ucap Sean menginterupsi.

Rahel menghentikan langkahnya dengan menepuk jidat bodohnya.

'Ah benar, kenapa aku bisa sampai lupa.'

Gadis itu membalikkan tubuhnya  dan dengan tampang polosnya dia nyengir kuda melihat wajah Sean.

Sean hanya menatap Rahel dengan satu alis terangkat.

"Gadis aneh."

Gumam Sean yang pastinya masih dapat didengar oleh Rahel.

White Lilies & Phobias (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang