Epilog

63 3 0
                                    

Ditempat yang begitu sunyi, Rahel berjalan menyusuri gundukan tanah yang ada disekitarnya. Sebelah tangannya menggenggam sebuket bunga lili dan satu tangan kanannya meremas erat tali sling bag yang dia kenakan.

Saat gundukan tanah yang ia tuju ditemukan, Rahel berjongkok di depannya dan mencoba mengelus batu nisan yang bertuliskan nama seseorang. Ia seakan benar-benar mengelus rambut seorang pria yang ada didalamnya.

"Hai... Apa kabar?" ucapnya lirih.

"Aku baik-baik saja." ujar Rahel sambil tersenyum getir.

"Aku tau jika kau masih ada disampingku, kau pasti akan slalu menghawatirkanku."

"Aku merindukanmu." Air matanya sudah tak dapat dibendung lagi.

Rahel menangis terisak menatap tanah yang penuh taburan bunga itu. Sungguh ia sangat merindukan seseorang yang ada didalam sana.

"Bukankah aku terlihat sangat bodoh?" Tanya Rahel sambil menertawakan dirinya sendiri.

"Kau pasti sangat bahagia bukan jika melihat aku sebodoh ini."

"Kau tau?" Rahel menghela nafas panjang dan menahan mati matian sesak didadanya.

"Sudah dua tahun kau meninggalkan ku dan sudah dua tahun pula aku menangisimu yang bahkan tak akan pernah kembali lagi."

Semua kenangan itu terus berputar dalam memorinya. Rahel masih mengingat dengan jelas laki-laki itu mengungkapkan perasaan padanya.

Dia masih mengingat jelas laki-laki yang slalu setia bersamanya baik senang maupun susah.

"Makasih."

Kau sudah menerima kiriman buket dariku? Kau harus tau ini buket lili buatannya sebelum dia pergi keJerman. Dia memintaku untuk menjaga buket ini hingga waktunya tiba buket lili ini harus sudah ada ditanganmu.

Dua tahun aku terus mencari keberadaanmu. Dan baru hari ini aku bisa menemukanmu.

Saat kejadian tabrakan saat itu, adikku mendonorkan ginjalnya untukmu. Dia tak mengenalmu, dia hanya tau bahwa kau adalah korban tabrak dari papa hingga akhirnya dia ingin mempertanggungjawabkan kesalahan papa.

Ini hanya sebuah ketidaksengajaan, ternyata gadis yang membuatnya jatuh cinta adalah sosok yang pernah dia tolong. Dimana, ginjal miliknya memberikan kehidupan untukmu.

Jangan menyalahkan dirimu, kau tidak salah. Itu semua atas kemauannya.

Aku pun baru mengetahui itu saat dia meminta pergi ke Jerman. Jerman? Apa kau percaya soal pertukaran pelajar yang dia maksud? Itu semua bohong. Dia pergi keJerman, akan melakukan operasi ginjal. Seseorang telah bersedia mendonorkan ginjal untuknya.

Tapi ternyata Tuhan berkata lain. Saat operasi berlangsung, ginjal pendonor tidak cocok dengan dia. Dan akhirnya, aku menerima kabar dia sudah tidak dapat tertolong lagi.

Kau masih ingat kejadian dimaall? Dimana, saat dia bilang dia begitu membencimu, dia tak mencintaimu lagi. Itu semua bohong!

Sebenarnya, kami sudah merencanakan ini sebelumnya. Dia ingin agar kau membencinya, mungkin hanya dengan cara itu kau dapat dengan mudah melupakannya. Dan kau tau? Dia memintaku untuk menjagamu. Tapi, aku gagal. Entah untuk keberapa kalinya aku selalu gagal menjagamu.

Kumohon, jangan pernah menjauh dari masalalu yang sudah terjadi. Jangan mencoba untuk berlari lagi. Aku tak ingin kehilanganmu. Maaf, baru sekarang aku menyadari jika aku mencintaimu. Jangan pergi, aku ingin menggantikan sosok adikku untukmu.

Kuharap, kau membaca secarik kertas dalam buket ini.

"Hikksss..Kenapa kau melakukan semua ini? Kenapa kau tidak membiarkanku mati saja? Mungkin jika aku mati, kau tak akan berakhir seperti ini."

"Kenapa kau selalu membuang-buang waktumu hanya untukku? Maafkan aku. Maaf, karena aku tak pernah membalas perasaanmu dan justru malah mencintai kakamu. Maafin aku Rav, harusnya aku saja yang mati bukan kamu."

"Hikksss.."

Adiputra Rava Anggara.

Dengan tangan gemetar, Rahel mengusap batu nisan milik Rava yang sudah berlumut. Sebuah bingkai berukuran sedang, menampilkan wajah dan senyuman ramah diatas pemakamannya.

 Sebuah bingkai berukuran sedang, menampilkan wajah dan senyuman ramah diatas pemakamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hikkksss.. RAVAAAAAA!!"

"Menangislah, aku ada disampingmu."

Laki-laki dengan pakaian jasnya sudah berjongkok disamping Rahel tanpa sepengetahuan gadis itu. Dia mendekap erat bahu Rahel membuat gadis itu menangis didada bidang miliknya.

"Menikahlah denganku, agar aku bisa dengan mudah menjagamu."


-END-

White Lilies & Phobias (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang