Chap.24 Pergi

42 5 6
                                    

Kalau gue udah ngilang ga ada kabar, berarti tugas gue udah selesai buat ngejaga Lo-,
-Rava


"OM!!"

"Sya, Lo duduk dibelakang aja." Ucap Rava tiba-tiba kemudian berlalu memasuki mobilnya dibagian pengemudi.

Gadis itu masih berdiri tak berkutik sedikitpun.

Sial, Rava bilang kemarin hanya kita berdua yang nonton. Tau begini aku ga bakal ikut!!

Rasanya ia ingin marah dan menendang kembali mobil milik Rava. Rahel yakin, kehadiran Sean hanya akan membuat hari-harinya menjengkelkan.

"Kenapa harus aku yang dibelakang? Kenapa tidak si Om datar saja yang dibelakang?"

"Siapa cepat dia dapat!"

Itu bukan Rava melainkan Sean. Laki-laki itu lebih dulu memotong perkataan adiknya yang baru akan bersuara.

Rava bingung harus menjawab apa. Dia hanya bisa memberikan vose V sebagai tanda permintaan maaf.

Rahel tidak bisa marah pada Rava, karena ini bukan salah sahabatnya. Yang salah disini adalah Sean. Semua ini salah laki-laki itu.

Kedua tangan Rahel sudah mengepal erat ingin sekali ia layangkan tepat diwajah Sean sekarang juga.

"Kamu bilang hanya kita berdua saja yang akan nonton!!"

"Tapi,"

Rahel menjeda perkataannya melirik Sean yang terduduk dengan angkuhnya membuat gadis itu semakin darah tinggi.

"Kenapa kamu malah bawa orang kaya DIA?!"

Lanjutnya pada Rava yang justru mendapat tatapan tidak suka dari Sean.

"Jadi, maksudmu aku pengganggu diantara kalian?!"

"YA memang benar. Kamu parasit direncana kami!"

"Kamu pikir aku mau ikut?! Kalau bukan karena Rava mak-"

"Gue pikir, kalo bertiga lebih seru. Iya kan?"

Sekarang giliran Rava yang memotong ucapan Sean berusaha menengahi pertengkaran. Sudah bisa dipastikan ini akan terus berlanjut kalau sampai tak ada yang mengakhirinya.

Brakk

Gadis itu memasuki mobil Rava dibagian jok belakang kemudian menutupnya dengan kesal. Rahel tak menyangka ternyata acaranya akan berakhir seperti ini.

"Eh ngomong-ngomong, nanti kita nonton film apa?" Tanya Rava memecah suasana.

"Romance."

"Zombie."

"Huh!! Pantas saja dia seperti zombie."

Rahel bergumam pelan tapi ternyata masih dapat Sean dengar karena gadis itu duduk tepat dibelakang joknya.

"Kau bilang apa?!"

"ZOMBIE!! Wajahmu itu seperti zombie!!"

"Tak ada zombie setampan diriku!"

"Hahaaa tampan?!! Itu terdengar mengerikan!!"

Sean melihat kebelakang dimana gadis itu duduk sekaligus menertawakannya.

"Ku anggap itu sebagai pujian."

"KAU---"

"Sampai!"

Sean maupun Rahel melihat kearah Rava secara bersamaan. Cowok itu dapat merasakan aura ketidak sukaan sekaligus tatapan tajam dari mereka berdua padanya. Seolah mengatakan, Jangan ikut campur!

White Lilies & Phobias (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang