3

115 58 52
                                    

Tanayaputri: Temen gue follow lo kan lun?

Lunaxavier: Itu temen lo? Kok bisa follow gue?

Tanayaputri: Gue yang sengaja mencet follow. Soalnya dia sama jonesnya sama lo wkwk

Lunaxavier: Bener bener resek lo:v

Begitulah percakapan Luna dan sahabat dari kecilnya itu. Selalu saja dijodoh-jodohkan dengan orang. Hal itu sudah melekat pada diri Luna sejak memasuki kepala dua.

Karena ia bosan, akhirnya ia membuka instagramnya. Terpampanglah postingan Agharna yang di posting 5 menit yang lalu

70 sukaagharna_rahitya (jodoh) jangan memaksa, jangan dipaksa, dan jangan terpaksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

70 suka
agharna_rahitya (jodoh) jangan memaksa, jangan dipaksa, dan jangan terpaksa

Tak sengaja dia memencet tombol love pada postingan Agharna. Panik jika Agharna melihatnya, ia memencet tombol itu lagi untuk membatalkan. Entahlah, akhir akhir ini Luna merasa ia penasaran dengan sosok Agharna itu. Seperti apakah wajah orang itu? Bagaimana sifat orang itu? Pertanyaan itu muncul di pikiran Luna.

Ketukan pintu kamarnya langsung membuyarkan lamunannya. Bukan ketukan sepertinya, melainkan gedoran. Langsung saja Luna tahu siapa pelaku dibalik pintu tersebut. Siapa lagi kalo bukan Altair? Adik bungsunya yang sangat menjengkelkan itu.

"Apa, Ta? Tanya Luna saat membukakan pintu.

"Dipanggil Bang Kala noh,"

"Ada apa sih?" Tanya Luna karena penasaran.

"Mana gua tau, udah sana cepetan!"

"Iya iya bawel." Akhirnya Luna bergegas menuju ruang tamu untuk menemui kakaknya. Alangkah terkejutnya Luna saat melihat seorang pria yang sedang berbincang dengan kakaknya.

Sadar dengan apa yang sedang terjadi,  Luna langsung membalikkan badan berniat untuk masuk ke kamarnya lagi. Namun sayang, masih ada Altair disitu dan akhirnya Altair menahan Luna untuk tidak kembali ke kamarnya.

"Eh, Dek, kenalin nih! Namanya Mas Putra," ucap Kala memperkenalkan temannya itu.

"Luna," ucap Luna memperkenalkan dirinya sembari tersenyum. Tentu saja itu bukan senyuman yang tulus. Melainkan senyuman kecut karena gagal melarikan diri akibat kehadiran adeknya yang super menyebalkan itu.

"Bang, Luna masuk dulu ya, Luna ada kerjaan," pinta Luna walaupun sebenarnya tidak ada kerjaan apapun.

"Eh ini temenin ngobrol dulu dong Mas Putra. Abang ada kepentingan mendadak." Lagi dan lagi usahanya untuk melarikan diri gagal.

Akhirnya, di sinilah Luna. Di ruang tamu, hanya dengan Mas Putra. Suasana canggung semakin terasa. Luna seperti ingin melarikan diri tetapi perasaan tak enak meliputi dirinya.

"Kamu kerja di mana?" Akhirnya Putra membuka mulutnya terlebih dahulu.

"Luna kerja di bank, Mas,"

"Oh yang dideket sini itu ya?"

"Iya."

"Gajinya lumayankah?" Pertanyaan itu sontak mengagetkan Luna. Jujur saja Luna sangat sensitif bila diberi pertanyaan mengenai gaji. Menurutnya, pertanyaan itu tak sopan jika dilontarkan pada orang lain. Apalagi orang yang baru dikenalnya.

Sadar dengan pertanyaan itu, Mas Putra pun meminta maaf. Perasaan canggung kian menjadi. Beruntung Kala datang pada saat itu. Sehingga Luna bisa meninggalkan ruang tamunya.

Kala yang melihat kondisi itu bingung. Apa yang sedang terjadi pada adek dan temannya itu? Apakah semua baik baik saja? Ia pun tak tau.

La LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang