17

36 4 1
                                    

Hari ini Agharna telah diperbolehkan untuk pulang. Tak hanya Agharna yang senang, Luna pun merasa demikian. Terkait dengan hubungannya dengan Agharna, hubungannya berlangsung baik walaupun mereka belum terikat dalam sebuah hubungan. Luna tak mempermasalahkan hal itu. Cukup Agharna berada di sampingnya. Terdengar sedikit berlebihan, tetapi itu yang dirasakannya.

"Gha, nih obat sama minumnya," ujar Luna sembari menyodorkan obat dan segelas air putih.

"Makasih, Lun." Luna pun duduk di sebelah Agharna. Saat ini mereka berada di rumah Agharna. Perlu diketahui bahwa hanya mereka berdua yang berada di situ. Ibu Agharna pamit untuk pulang kerumahnya 15 menit yang lalu.

"Kamu ga pulang, Lun? Di cari ibumu nanti," tanya Agharna pada gadis yang sedang memakan keripik singkong keju di sampingnya itu.

"Kalo ntar aku pulang, kamu sama siapa? Ntar kalo kamu butuh sesuatu gimana?" Jawab Luna yang masih sibuk dengan keripiknya.

"Perhatian amat kamu, Lun. Ga salah kalo aku suka sama kamu,"

"Apa sih, ga jelas kamu, Gha!" Ujar Luna seraya memukul pelan bahu pria yang saat ini berada di sampingnya.

"Kamu lucu deh kalo lagi malu gitu, aku suka." Ya, tentu saja pipi Luna kini seperti kepiting rebus akibat ulah pria di depannya itu.

"Aku pulang aja kalo gitu deh, Gha! Kamu resek banget! Buruan sembuh kenapa sih!"

"Aduh, marah nih cewek cantik." Agharna seperti tidak lelah untuk menggoda gadis didepannya. 

"Gha, udah ih! Aku pulang beneran ini."

"Iya iya ih maaf, jangan pulang! Temenin aku dulu ya!" Pinta Agharna sembari menggenggam tangan Luna.

"Iya aku nunggu Alta pulang les, katanya mau kesini si Alta."

"Kamu pulang bareng Alta jadinya?"

"Iyalah, masa iya diantar kamu." Ucap Luna yang tengah sibuk dengan benda pipih yang ia genggam.

"Ya udah, aku antar."  Ucapan Agharna kali ini berhasil membuat aktivitas Luna terhenti.

"Jangan aneh-aneh kamu, Gha! Lagi sakit juga."

Sementara Agharna hanya tertawa melihat reaksi yang diberikan Luna. Lucu menurutnya. Membuatnya gemas dan ingin mencubit pipi Luna.

Tiba-tiba telepon genggam milik Luna bergetar. Menampilkan panggilan dari adiknya, Alta. Cepat-cepat ia mengangkat telepon dari adiknya itu.

"Halo!"

"....."

"Iya bentar, tunggu!"

"...."

"Iya sabar!"

Kemudian ia mematikan telepon tersebut dan bergegas menuju pintu. Rupanya adiknya telah sampai di depan rumah Agharna.

"Siapa Lun?" Tanya Agharna.

"Alta, udah sampai nih bocah." Jawab Luna. Agharna hanya manggut-manggut tanda paham. Lantas Luna membukakan pintunya.

"Lama amat elah!" Gerutu Alta saat dibukakan pintu.

"Gak sabaran!" Jawab Luna.

"Halo Bang! Gimana? Udah sehat kan?" Tak menanggapi jawaban kakaknya itu, Alta justru langsung masuk dan menghampiri Agharna yang tengah duduk di sofa.

"Ya seperti yang lo lihat, gue baik-baik aja." Jawab Agharna.

"Bagi minum sabi kali, Bang." Celetuk Alta sembari mengelus-elus lehernya seperti memberi tanda bahwa ia sedang haus.

"Emang ga sopan orangnya, Gha. Gak usah dikasih!" Luna menghampiri adiknya lalu mencubit lengan adiknya itu.

"Sakit kak!" Cepat-cepat Alta menepis tangan kakaknya itu.

"Ambil sendiri sana di dapur!" Ucap Agharna.

"Thanks Bang! Lo emang abang ipar terbaik!" Ucap Alta dan bergegas menuju dapur.

"Yee, pacaran aja belum, Ta. Ngeledek gue, lo?" Ucap Agharna merasa tak terima dengan ucapan Alta tadi.

"Ya kalo gitu kenapa ga lo tembak sih, Bang. Kelamaan lo! Keburu Kak Luna tua ntar." Teriak Alta dari dapur.

"Terusin aja, Ta ngeledekin kakakmu ini!"

"Halah lo kak, sok-sokan malu. Mau kan lo kalo ditembak Bang Agha?"

Sumpah demi apapun Luna ingin sekali menyumpal mulut manis adik laknatnya itu sekarang juga. Apa adiknya tak tahu bahwa ia sangat menahan malunya saat ini. Pipi sudah seperti kepiting rebus warnanya. Masih saja adiknya itu menggoda dirinya.

"Sembarangan kalo ngomong lo, Ta." Ucap Luna dengan pipinya yang sangat merah. Sementara adiknya tertawa dengan puas melihatnya menahan malu.

"Ayo Bang garcep dikit!" Tak ada habisnya Alta menggoda dua sejoli yang sedang kasmaran itu.

"Diem deh, Ta!" Ucap Luna.

Agharna hanya tersenyum melihat gadis didepannya ini sedang bertengkar dengan adiknya. Lucu juga menurutnya. Ah sepertinya tak ada satu detik pun tanpa kelucuan dari diri Luna. Semakin hari Agharna semakin dibuat kagum dengan gadis didepannya ini.

"Eh bentar deh, Alta ada telpon dari pacar." Ucap Alta sembari keluar dari rumah Agharna dan tak lupa membawa benda pipihnya itu. Meninggalkan dua sejoli dengan keadaan canggung.

"Gimana, Lun?" Tanya Agharna tiba-tiba. Mengagetkan Luna yang tengah menyibukkan dirinya dengan telepon genggam miliknya.

"Gimana apanya?" Tampak raut wajah kebingungan pada wajah Luna.

"Mau gak?"

"Mau apa, Gha?" Jangan salahkan Luna yang masih kebingungan dengan pertanyaan yang dilontarkan pria di depannya itu padanya.

"Mau gak?" Tanya Agharna sekali lagi.

"Mau apa ih? Yang jelas dong! Aku bingung."

"Mau gak hilangin status jomblo aku?"

Hiya hiya!
Gimana? Seneng gak? Kepo gak kelanjutannya?
Maapin aku yang kemarin ngilang
Jangan pelit-pelit vote dan komen dong biar semangat gitu nulisnya
Vote dan komen terus yap!
Salam aksara
Ananda latifa:)

La LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang