13

61 17 22
                                    

"Udah siap kan?" Tanya Agharna pada gadis di depannya. Yang ditanya mengangguk seraya tersenyum.

"Pegangan yang kenceng, Lun!" Teriak Via yang masih berada di depan pintu kantor. Secara otomatis Luna menampakkan wajah garangnya pada temannya itu. Sementara Agharna hanya tersenyum. Entah itu tersenyum karena suka dengan godaan itu ataupun sebenarnya tak suka.

Tak mau ambil pusing, Agharna melajukan motornya ke tempat tujuan mereka. Ya Cafe Nuray milik Agharna. Berjarak dua puluh menit dari kantor Luna.

Sesampainya di sana, Luna terkagum dengan model cafe milih pria di sebelahnya ini. Ini bisa dibilang spektakuler. Letak cafe ini berada di tengah kota. Namun, sentuhan tanaman-tanaman hias di dalamnya menambah kesan sejuk di dalamnya.

"Ini beneran punya kamu?" Tanya Luna yang sebenarnya masih tak percaya.

"Masa aku bohong sama kamu," jawab Agharna yang berusaha memastikan gadis di sebelahnya.

"Mantap sih kamu, umur segini udah punya cafe yang bagus banget!"

"Ah biasa aja kok," 

"Kamu mandiri deh, Gha. Aku salut sama kamu!"

"Kamu juga hebat kok, Lun. Ga pernah nyusahin orang tua, jarang tau orang kek kamu. Kebanyakan sih mereka ngandelin duit orang tua. Salut Lun, sama kamu!"

"Ya kan kita ga selamanya kita ngandelin orang tua, Gha." Ucap Luna sedangkan Agharna mengangguk tanda setuju.

"Kamu tuh tipe aku banget, Lun."

Deg..

"Mandiri sama pekerja keras," lanjut Agharna sementara Luna yang melihat masih terbengong-bengong mencerna ucapan orang yang ada di depannya. Apa maksud Agharna? Terlalu cepat jika mengasumsikan bahwa Agharna menyukai dirinya.

"Kamu kok bengong, Lun! Ada masalah apa?" Ya ucapan Agharna barusan membuyarkan lamunan Luna. Secepat kilat dia menetralkan wajahnya kembali.

"Gapapa kok, Gha." Jawab Luna sembari menampilkan rentetan giginya.

"Oh iya! Kita belum pesan ya? Kamu mau pesen apa, Lun?"

"Samain kayak punya kamu deh, Gha!"

"Yauda aku kesana dulu ya," ucap Agharna yang kemudian berjalan menuju karyawannya.

Luna menunggu Agharna yang sedang memesan makanan. Di tangannya terdapat ponsel yang sedang dia mainkan. Beberapa notif masuk ke ponselnya. Setelah mengecek semuanya, dia berpindah menuju ke Instagram. Tak ada apa-apa di sana. Akhirnya ia meletakkan ponselnya kembali dan menatap Agharna yang berjalan menuju dirinya.

"Maaf agak lama, Lun." Ucap pria tersebut sembari mendudukkan dirinya ke kursi.

Sekitar lima menit, hidangan yang mereka pesan sampai di depan mereka. Keduanya langsung melahapnya tanpa ada obrolan sama sekali. Luna tahu bahwa tidak boleh berbicara selagi makan. Setelah selesai, barulah mereka membuka kembali obrolan mereka.

"Abang Kala besok lamaran loh." Luna yang pertama kali membuka obrolan mereka.

"Wah!" Agharna yang tengah sibuk dengan ponselnya langsung menatap lawan bicaranya.

"Kamu mau datang?"

"Boleh sih, kalo ga sibuk aku usahain datang." Ucap Agharna yang di balas dengan anggukan oleh Luna.

"Pulang kapan, Lun?" Tanya Agharna yang tengah menengok jam tangannya.

"Yauda yuk pulang! Udah malam ini." Ajak Luna. Keduanya pun berdiri dari tempat duduknya. Sementara Agharna masih pamit dengan para karyawannya, Luna bergegas pergi menuju ambang pintu untuk menunggu Agharna.

Satu menit kemudian Agharna menyusul Luna. Sadar atau tak sadar tiba-tiba saja Agharna menggenggam tangan Luna dan berjalan menuju motornya.

"Senam jantung apa lagi ini, bikin kejutan mulu daritadi" batin Luna.

Sampai di motor, Agharna sadar ada yang berbeda di tangannya. Rupanya sedari tadi dia menggenggam tangan Luna. Spontan dia melepas genggamannya itu.

"Eh maaf ya, Lun. Aku ga sengaja." Ucap Agharna pada Luna. Luna tak menjawabnya, melainkan hanya tersenyum kepada Agharna.

Tak mau ambil pusing keduanya langsung naik ke motor Agharna dan melesat menuju rumah Luna. Tak ada percakapan di sana. Keduanya canggung akibat peristiwa tadi. Tak lama, mereka sampai di depan rumah Luna.

"Makasih, Gha. Besok jangan lupa datang ya,"

"Aku usahain, Lun."

"Yauda aku masuk dulu, kamu hati-hati ya!" Ucap Luna yang kemudian masuk ke dalam rumahnya. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti tatkala seseorang memanggilnya.

"Lun!"

Iya tau ini cerita udah berkarat
Terimakasih telah menunggu
Maaf bila saya lama up dan chapter ini dikit banget

Jangan lupa vote dan komen
Butuh 20 vote lagi buat lanjut✨

Salam author yang cantik



La LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang