6

85 47 23
                                    

"Kayaknya Agha dibohongin Tanaya deh. Ini rumah saya." Dan tentu saja Agharna terkaget dengan pernyataan itu.

"Soalnya Tanaya tahu motor saya mogok." Tambah Luna.

Wajah Agharna tampak bingung dengan pernyataan Luna. Tak mengerti apa yang dimaksud Tanaya untuk menjemputnya di sini. Padahal ini adalah rumah Luna.

"Ya udah deh. Kalau begitu saya antar Luna aja ya. Kan katanya motor Luna mogok," putus Agharna pada akhirnya.

"Eh," ucap Luna yang tentu saja terkejut.

Pada akhirnya, Luna berada di sini. Di belakang badan Agharna yang sedang menyetir. Dengan perasaan yang tak enak pada pria di depannya. Jika ia bertemu dengan Tanaya, ia berjanji akan menceramahi Tanaya sampai sepuas-puasnya.

Sesampainya di depan kantor Luna, Luna langsung turun dari motor milik Agharna. Setelah itu mengucapkan terima kasih dan segera masuk.

Berita buruknya, teman-teman Luna sedang mengamatinya yang baru saja diantar oleh seorang pria. Dan pria itu bukan adek maupun kakak Luna. Tentu saja kini Luna menjadi pusat perhatian. Tak biasanya Luna mau diantar oleh lelaki asing. Bahkan tak pernah. Teman-teman melihat Luna bak meminta klarifikasi pada Luna.

"Itu siapa, Lun?" Pertanyaan yang dilontarkan Via tentu sudah ditebak olehnya.

"Temen gue, yang kemarin itu loh." Jawab Luna dengan santai.

"Oh sekarang naik tingkat ya?" Via mulai menggodanya.

"Apaan dah, orang temen juga."

"Temen apa temen nih?" Tanya Via (lagi).

"Udah gue mau siap-siap dulu." Jengah dengan Via akhirnya dia memutuskan untuk menghentikan pertanyaan yang tentu saja akan terus berlanjut itu.

Jam tangan yang menempel pada tangan kiri Luna telah menunjukkan pukul 12 siang. Itu artinya, sudah saatnya untuk istirahat. Rencananya ia akan menelepon seorang montir untuk membawa motornya itu ke bengkel.

Ia pun segera menelepon montir tersebut. Tak membutuhkan waktu banyak, montir tersebut telah sampai dan segera membawa motor milik Luna. Kebetulan besok adalah hari minggu. Itu artinya, ia akan mengambil motor butut kesayangannya itu pada hari minggu.

"Makasih ya, Pak." Ucap Luna pada montir tersebut.

Setelah montir itu pergi, Luna masuk ke dalam kantornya dan menyantap makan siangnya yang telah dibawanya dari rumah. Kebetulan ibunya sedang memasak makanan kesukaannya yaitu udang goreng dengan tumis kangkung. Tentu saja ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

Pukul 12.45 ia selesai makan dan melanjutkan aktivitasnya. Hari ini nasabah di bank tersebut tidak seramai biasanya. Jadi ia bisa bekerja dengan santai. Walaupun begitu ia tetap harus pulang pukul delapan malam lebih karena ada hal hal yang harus diurus.

Pukul sembilan kurang, di sinilah Luna. Berdiri di depan gerbang kantornya. Memegang smartphone-nya karena hendak memesan ojek online.

Namun saat hendak membuka aplikasi ojek online, tiba-tiba saja ada seorang pria yang menaiki motor yang tak asing baginya dengan memakai helm full face. Langsung saja Luna mengetahui orang itu. Ia adalah Kala, Abang tersayangnya.

"Kok tumben Abang jemput Luna?"

"Ibu yang suruh. Udah yuk naik! Udah malem nih." Perintah Kala.

Dalam perjalanan, keduanya nampak diam. Luna yang tak tahu harus membahas apa. Dan Kala yang fokus menyetir motornya. Keheningan melanda mereka berdua sampai akhirnya Kala membuka percakapan mereka.

"Apa bener, Dek. Kamu...."

Jangan lupa vote dan komen

La LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang