10

56 24 17
                                    

"Abang mau beli cincin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Abang mau beli cincin." Jawab Kala.

"Kak Asyira ulang tahun yak? Idih Luna ulang tahun bukannya Abang kasih hadiah malah Abang siksa. Abang mah parah!" Mulut Luna mulai mencerocos lantaran sedikit tak terima dengan abangnya.

"Bukan, bawel! Abang mau lamar Kak Asyira." Ucap Kala yang berhasil membuat mulut Luna berhenti menyerocos.

"Ha? Serius Bang?" Tanya Luna masih tak percaya.

"Iya, bawel. Cariin yang cocok buat dia ya," ujar Kala, adeknya hanya menganggukkan kepala.

Keduanya pun masuk kedalam toko itu. Tepatnya Luna lah yang mendahului kakaknya. Ia bertugas untuk mencarikan cincin untuk pacar kakaknya. Tiba-tiba ia terpaku pada cincin yang ada di depannya.

"Bang yang itu bagus," ujar Luna seraya menunjuk sebuah cincin yang ia maksud.

"Bang yang itu bagus," ujar Luna seraya menunjuk sebuah cincin yang ia maksud

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yang itu?" Ujar Kala memastikan, Luna mengangguk.

"Mbak, lihat dong yang itu!" Ucap Kala pada karyawan toko itu, karyawan pun langsung mengambil cincin yang Kala maksud.

"Iya bagus nih, ini aja deh. Ukuran Asyira sama kayak kamu deh, Dek."

Akhirnya karyawan itu memasukkan cincin itu kedalam kotak. Sementara  Kala membuka dompetnya untuk membayar cincin itu. Setelah cincin dibayar dan diserahkan, mereka berdua berjalan keluar dari toko itu.

"Pengen deh Luna dibeliin cincin kaya Kak Asyira," ucap Luna.

"Makanya buruan cari pacar." Jawab Kala dengan nada sedikit ketus.

"Luna gamau cari pacar, Bang. Luna mau cari suami aja."

"Idih kek ada yang mau aja sama kamu."

"Ihh Abang!" Luna pun memukul pelan lengan abangnya sementara Kala berlagak seperti mengaduh kesakitan.

"Hai Luna!" Sapaan seorang pria yang menghentikan langkah Kala dan Luna.

"Oh hai Agha! Kok ada disini?" Ya pria itu adalah Agharna.

"Mau beliin gelang ibu, eh anu Lun, saya boleh minta tolong gak?"

"Minta tolong apa, Gha?"

"Boleh minta tolong cariin gelang buat ibu saya?"

"Oh tentu saja boleh." Bukan itu bukan suara Luna, melainkan abangnya.

"Abang! Ga ada yang nanya Abang." Ucap Luna seraya mencubit pinggang abangnya.

"Sakit dek!"

"Ya udah deh boleh." Ucap Luna tak menghiraukan keluhan abangnya.

"Ya udah Abang pulang dulu ya? Ibu udah nelpon nih. Bye adekku sayang!" Ucap Kala yang kemudian menghilang.

"Dasar Abang ngeselin!" Batin Luna.

Akhirnya Luna masuk lagi ke toko itu bersama dengan Agharna. Kecanggungan mengisi suasana mereka.

"Ibu kamu suka yang kayak gimana, Gha?" Tanya Luna pada Agharna.

"Saya gak tau, Lun. Kamu pilihkan saja!" Jawab Agharna.

"Jangan pake saya deh, Gha. Terlalu formal, santai aja kalo sama aku mah!"

"Oh oke, terus pake apa dong? Aku-kamu gitu?" Tanya Agharna.

"Boleh deh," jawab Luna

"Itu bagus deh, Gha." Sambung Luna sembari tangannya menunjuk.

" Sambung Luna sembari tangannya menunjuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya bagus, ya udah deh itu aja. Mbak yang itu ya!" Ucap Agharna.

Setelah prosesi pembayaran selesai keduanya keluar dari toko itu. Dan kebingungan melanda Luna. Bagaimana ia akan pulang sementara abangnya telah pulang terlebih dahulu?

"Aku antar ya, Lun! Kakak kamu tadi kan udah pulang." Ucap Agharna yang seolah tahu isi hati Luna.

"Em gimana ya, Gha,"

"Sudah! Ayo ku antar!" Putus Agharna.

Akhirnya sore itu dia diboncengkan Agharna (lagi). Rasanya canggung jika ia harus merepotkan teman sahabatnya itu. Tapi ya sudahlah, abangnya telah pulang meninggalkan dia. kecanggungan menyelimuti mereka sampai tak terasa, mereka telah sampai di depan rumah Luna.

"Mampir, Gha?" Tanya Luna saat baru saja turun dari motor Agharna.

"Ga usah, makasi, Lun." Jawab Agharna.

"Ya udah deh, hati-hati ya!" Pesan Luna pada Agharna yang hanya ditanggapi dengan hati jempol.

Dua detik kemudian Agharna pergi meninggalkan Luna yang masih berada di depan rumah. Lalu Luna pun masuk kedalam rumahnya.

"Akhirnya dapet pacar, Dek." Ucap Kala yang berada di ruang tamu ketika Luna sampai di pintu.

"Bukan pacar, Bang! Itu temen Tanaya." Jawab Luna.

"Sudah! Ayo sini makan, Lun!" Lerai ibunya.

Akhirnya keduanya beranjak dari tempatnya dan menuju ke tempat makan. Altair yang baru keluar kamarnya juga menuju ke tempat makan.

Selesai makan ia masuk ke kamar karena merasa lelah. Namun, saat hendak menjatuhkan badannya ke kasur sebuah notif masuk ke handphone-nya. Oh rupanya ada satu pesan di aplikasi line. Ia pun membukanya.

La LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang