Part 2

5.8K 486 4
                                    

Setelah selesai makan siang yang diselingi canda tawa oleh empat Ibunya, kini kedelapan bocah ingusan tengah duduk melingkar di dalam sebuah kamar kosong yang diperuntuk untuk mereka.

Ya beruntung untuk keempat Ibunya membeli rumah yang memiliki kamar tambahan hingga saat-saat seperti ini tidak terlalu menyusahkan.

"Jadi Tante Milena udah ngambil suratnya, Mil?" Tanya Austin.

Milo yang dipanggil namanya pun menoleh dan menggangguk, "iya, udah kok, tin."

"Terus gimana caranya kita cari daddy?" Tanya Audrey.

"Nggak tau, drey. Nggak ada yang tau," ucap Fikri.

Tiba-tiba Nila bangkit dari duduknya membuat semuanya terheran, terutama sang kakak kembarnyaㅡMilo.

"Kamu mau ngapain?" Tanya Milo.

"Mau ke kamar Mama," balas Nila berlalu menuju pintu kamar.

Nila berjalan keluar kamar menuju kamar sang Mama yang berada di dekat tangga, lumayan jauh dari kamarnya yang berada di ujung lorong.

Saat sudah sampai di depan pintu kamar sang Mama, Nila membuka pintunya tanpa permisi.

Ia pun mendapati kamar sang Mama kosong, ya hanya ada Jay di dalam sana bersama Max. Namun tak ada sang Mama.

"Max! Jay!" Teriak Nila.

Anjing ras Siberian Husky dan kucing ras Persia itu menoleh dan berlari menghampiri Nila.

"Meowㅡ!"

"Guk gukㅡ!"

"Aku merindukan kalian," gumam Nila memeluk kedua hewan peliharaan sang Mama.

"Ehㅡ Nila?"

Nila menoleh, mendapati sang Mama sudah berdiri di ambang pintu kamar dengan kedua tangannya yang membawa nampan berisikan setoples kue kering dan cangkir kosong beserta seteko teh hijau.

"Mama!" Sapa Nila.

"Kamu ngapain ke sini?" Tanya Milena berjalan menuju meja belajarnya dan menaruh nampan yang ia bawa setelah menutup pintu kamarnya.

"Itu, Mama udah baca suratnya?" Tanya Nila.

"Belom, emang isinya apa sih?" Tanya Milena bingung.

"Isinya apa ya? Gak tau tuh. Ah, aku mau ke Milo deh, kayaknya aku ganggu Mama," kata Nila sambil menepuk keningnya bingung.

"Ya udah, ma! Aku mau ke Milo dulu deh!" Kata Nila.

Milena hanya mengangguk mengiyakan saja.

Milena sendiri sebenarnya masih bingung soal anak-anak misterius ini. Dia masih bingung tentang semuanya.

"Nila!" Milena memanggil Nila yang kebetulan belum jauh dari dirinya.

Nila yang berada di pintu kamar menoleh.

"Kenapa, ma?" Tanya Nila sambil tersenyum.

"Aku, ah nggak, Mama mau nanyaㅡ kamu punya bukti apa kalo kamu anak Mama?" Tanya Milena sambil berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan sang anak.

"Kata Nenek itu, Mama boleh tes DNA aku," kata Nila.

Tes DNA? Ah, ngga! Tesnya mahal, anak kere kek gini mana bisa? Lagipula ribet!, batin Milena.

"Kamu punya bukti spesifik lainnya?" Tanya Milena.

Nila tampak diam sebentar, menerungkan sesuatu.

Sudden MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang