Part 21

1.7K 191 15
                                    

(SPESIAL THROWBACK FANI DAN ALDO) 

Now Playing I Love You-Billie Eilish

"Maybe won't you take it back
Say you were tryna make me laugh
And nothing has to change today
You didn't mean to say "I love you"
I love you and I don't want to"

...

Fani sedang tertawa terbahak-bahak. Dia sedang bermain dengan anak-anak dan melihat Alva terpeleset. Walau tertawa, dia tidak bisa berbohong bahwa hatinya sangat hampa. 

"Va, mau beli es dulu gue, bentar yak," kata Fani.

"Gue anterin ga?" kata Alva.

"Gosah," kata Fani.

Fani kemudian berjalan keluar penitipan anak. Dia berjalan dengan tatapan kosong. Tanpa sadar dia berada di taman. Dia duduk di salah satu ayunan kemudian mulai termenung.

Fani tidak menyangka seorang Arva sangat berdampak besar pada dirinya. Dia tidak tahu dia akan sesedih ini ditinggal Arva. 

Bolehkah Fani membenci dunia ini? Dunia ini terasa tidak adil bagi Fani. 

Apa salah Fani? Kenapa disaat dia bahagia justru kebahagiaan dan sumbernya ditarik? Setelah itu pun dunia nya abu-abu.

Hembusan angin menerpa wajahnya. Rambutnya mulai tertiup.

...

7 tahun yang lalu

"EH BULUK!" 

Seorang gadis berjalan lebih cepat tidak berniat menoleh ke belakang. 

Settt!

"Wuih, udah berasa tinggi banget lu. Baru bisa ngobrol berapa kata sama Arva doang udah merasa hebat lo?!" gadis itu tertarik otomatis berputar ke belakang. Berhadapan dengan seorang gadis yang menarik tangannya.

"Jawab, Fani Buluk Ilsa! Jawab!" Gadis tadi mendorong Fani.

"Ng-nggak gitu..." kata Fani gemeteran ketakutan.

"Ngapain, dy? Bukannya gue udah bilang kalo Fani itu punya gue? Cuma boleh gue doang yang bully dia!" sebuah suara membuat gadis yang mendorong Fani tadi langsung menghentikan kegiatannya. 

"Eh arva. Nggak, kok. Nggak ngapa-ngapain. Cuma kasih sedikit pelajaran doang," kata gadis tadi yang mendorong Fani sambil tersenyum manis.

"Lain kali gak bakal gue maafin kalo lo masih bully dia. Ngerti lo, sendy?" tanya Arva.

"N-n-ngerti," kata gadis itu yang bernama Sendy yang kemudian pergi dengan sidekicksnya.

"Heh, buluk!" Arva menarik Fani.

"A-a-apa??" Fani terbata-bata.

"Mana minuman gue? Tadi kan gue suruh!" kata Arva.

"N-n-nggak. L-lo lo belom nyu-"

"Ngomong bisa yang jelas gak sih?! NG NG NG NG, gedeg gue dengernya!" kata Arva.

"M-m-maaf,"

"Udah ah males. Mendingan lo ambil tas gue di kelas! Gue mau cabut," kata Arva.

"Tapi abis ini jam nya Pak Eduardo," kata Fani.

Sudden MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang