Part 8

2.5K 306 35
                                    

Alva saat ini tengah menatap dua orang kakak beradik yang tengah memakan es krim dengan nikmat.

"Boleh Om nanya sesuatu gak?" tanya Alva.

"Nanya banyak juga gak papa, Om," kata Audrey.

"Damare! (diamlah!)" Austin menyenggol Audrey.

"H-huh? Kamu tadi ngomong apa, tin?" tanya Alva.

"Ooh... itu bahasa Jepang, Om. Kita pernah tinggal di Jepang, ini kita baru pindah 1 tahun yang lalu ke Jakarta," kata Austin.

"Kalian pernah tinggal di Jepang?" tanya Alva jadi penasaran.

"Iya, Om!" kata Audrey dan Austin kompak.


"Gue nanti kalo udah nikah mau ngajak istri gue tinggal di Jepang deh kayaknya,"

"Nantii... gue sama suami gue mau tinggal di Jepang! Pokoknya suami gue harus mau!"

Samar-samar suara Adora dan Altheron terputar di otaknya.

"Terus? terus? Papa kamu ngoleksi motor yaa?" tanya Alva sambil mencatat sesuatu.

"Iyaa, om! Papa koleksi banyaaaak bangett! Aku suka bantuin Papa nyuci motor juga," kata Austin semangat.

"Ooh ok! Cukup sampai sini wawancaranya! sekarang kalian keluar ruangan ini, terus panggil Milo dan Nila," kata Alva membaca ulang catatannya.

Audrey dan Austin mengangguk paham lalu berlalu menuju ruang tengah, di mana para anak yang lain di sana.

Sekedar info yang bermanfaat saja, sebenarnya Alva itu bisa berada di rumah para gadis karena satu hal. Baby sitting. Mereka bisa saja menitipkan para anaknya kembali ke penitipan anak yang berada di dekat kampus, tapi makin hari uang bulanan mereka semakin menipis:(

Lagipula nih ya, ada teman ya dimanfaatin dulu. Alva sih mau protes, tapi takut dijambak Fani sampai botak mengkilat, dia lebih memilih merawat anak-anak bar-bar ini (Tapi kayaknya dia juga bisa botak karena anak-anak ini bar-bar abis)

Jadilah Alva dipanggil ke sini agar bisa menjaga dan menghemat biaya pengeluaran mereka berempat untuk mengasuh anak-anaknya, lagipula Alva tidak ada jadwal mata kuliah hari ini jadi ia bisa menjaga kedelapan anak ingusan itu sekalian mengorek informasi tentang siapa orangtua asli mereka.

Karena Alva hanya ingin satu,





Kapalnya memang benar-benar tetap berlayar ke jenjang pernikahan:)

"Uncle? Ada apa?"

Suara Milo menginterupsi acara 'mari tenggelam dalam pemikiran apakah kapalku masih berlayar' milik Alva.

"Astaghfirullah... ngagetin aja lo, bocil!" Kaget Alva mengelus dadanya yang datar.

"Ish! Uncle mah!" Nila mencebik kesal, "kalo uncle nggak ada apa-apa mending nggak usah ke sini!"

"Eh eh! Sini dulu, enak aja main pergi lagi padahal belom di tanya. Mirip emak lo aja kalo lagi ngambek," kata Alva ikut kesal.

"Aku kan emang anaknya mama!" Balas Nila ngegas.

"Nggak usah ngegas juga dong, ye bang-" kata Alva yang langsung dituruti oleh Nila.

"BANG APA HEH?! AKU ADUIN MAMA YA!" kata Nila.

"Orang mau bilang bangku juga yee, apaan sih" kata Alva sinis

"Cetakan Milena banget ini mah," -Alva sedang meratapi nasib

Sudden MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang