Yuana, Fani, serta Adora tengah berkumpul di kantin kampus tanpa Milena. Ya, Milena sudah pulang duluam dengan alasan 'urusan pribadi'. Jadinya mereka nggak bisa banyak ngelarang Milena juga, cause everyone get their own private space.
"Kira-kira di rumah, anak-anak gimana ya sama si banci ragunan?" Tanya Adora berusaha mencairkan suasana.
Yuana yang tadinya sibuk dengan ponselnya pun menoleh, "coba aja tanya sama si banci ragunan sana."
"Tau ah! Orang chat gue aja kagak dibales:(" balas Adora menaruh dagunya ke atas meja.
"Betewe, itu si Milena gimana? Dia mau bertahan gitu di hubungan toxic-nya itu?" Kata Fani mulai khawatir dengan kesehatan mental Milena.
Yuana dan Adora pun saling melirik satu sama lain, mengedikkan bahunya tak tahu.
Hhh... rasanya salah berbicara dengan dua orang yang memiliki kapasitas otak setengah sendok nyam-nyam.
"Lo bertiga masih di sini? Betah amat,"
Laki-laki jangkung pun mendekati mereka, atensi mereka bertiga pun teralihkan ke arahnya.
"Kenapa lo? Kok ngeliatin guenya kek gitu?" Johnny, laki-laki jangkung yang mendekati mereka, merasa bingung sendiri atas tatapan yang diberikan oleh ketiga sahabat sepupunya itu.
"Duduk sini, jon. Gue mau ngomongin soal Milena," Fani menepuk-nepuk tempat kosong yang ada di sampingnya, Johnny pun langsung duduk tanpa perasaan curiga.
"Milena ada apa? Dia kenapa sampe lo ngomongin dia kek gini?" Tanya Johnny tanpa henti.
"Milena kan, ya lo tau lah. Dia emang agak 'keganggu' mentalnya, gue nggak mau ngomong dia penyakitan or something 'bout that. Tapi kita realistis aja, emang Milena masih sanggup ngejalanin hubungan toxic sama si buaya darat ancol itu?"
Tanya Adora tanpa ragu menatap lurus ke arah Johnny yang bernotabene sepupu dari Milena, sahabatnya.
"To be honest, Milena nggak pernah cerita soal ini ke gue. She always covered herself tightly, even with her cousin," balas Johnny tersenyum nanar.
"Kita juga digituin sama Milena, dia ngerasa kayak kita nggak perlu tau soal dia. Sedangkan, dia nyimpen rahasia kita. Kenapa dia nggak mau berbagi rahasia?" Kata Yuana mencurahkan isi hatinya yang diangguki oleh Fani.
"Iya, apa-apa dia bakal cerita sama Ilyas ketimbang kita yang satu rumah sama dia," sambung Fani.
"Kenapa kalian nggak tanya aja sama Ilyas langsung?"
...
"Ck," decak Milena melihat layar ponselnya yang menampilkan ruang chat obrolannya dengan Ilyas.
Fairel yang masih berada di kafe sedaritadi bersama Milena pun menoleh ke arah Milena, mencari tahu kenapa dirinya mendecak begitu kesal.
"Kenapa lo? Kagak dijemput?" Tanya Fairel.
"Iye, chat gue aja belom di bales samsek," kesal Milena.
"Tadi gue sempet liat Rio lewat, kayaknya lo tau kenapa," balas Fairel.
"Ah, kebiasaan tuh bocah satu. Nyebarin gosip mulu, heran gue. Demen amat jadi ketua klub lamtur, dasar laki-laki akhir zaman" dumel Milena kesal.
Pasalnya, Milena sudah bilang ke Ilyas untuk menjemputnya di kafe Marina sesuai perjanjian. Tapi karena arah kosan Rio searah dengan kafe Marina, jadinya ia tak sengaja melihat Milena berduaan dengan Fairel dan melebih-lebihkan ceritanya hingga membuat Ilyas cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudden Mama
Fanfiction[COMPLETE] 'Anak dari masa depan? Gimana caranya? Pake hukum atom kayak di End Game? Tapi masih pada bocah...' Itulah pertanyan yang terlintas dari pemikiran 4 perempuan remaja dewasa yang kedatangan sekelompok anak kecil yang mengaku sebagai anakny...