1. Interview

185K 3.3K 79
                                    

Raelyn melihat penampilannya di cermin yang berada di kamarnya. Hari ini ia akan mendaftar kerja sehingga ia harus serapi mungkin agar dapat kesan baik. Ia menguncir rambut coklat tuanya menjadi ekor kuda dan ia mengecek penampilannya sekali lagi.

"Rapi dan cantik." ucapnya sambil mengerling pada pantulannya di cermin.

Raelyn merapikan dokumen dokumen pribadinya sebelum memasukannya ke dalam tas. Ia meninggalkan kamarnya dan menuruni tangga sambil bersenandung kecil.

Tepat di anak tangga terakhir, teriakan ibunya, Ester Caden, menggema di telinganya, "Rae, sarapan sudah siap."

Tanpa disuruh, kakinya dengan otomatis bergerak ke arah pintu yang menghubungkan rumah dan cafe kecil di samping rumahnya, tempat dimana usaha kecil yang menghidupi keluarganya berdiri dan berjalan. Saat pintu terbuka, aroma mentega dan roti yang baru keluar dari panggangan menyapa indra penciuman Raelyn. Ia langsung menghampiri ibunya yang sedang bergulat dengan adonan roti.

"Morning mom." sapa Raelyn ceria.

Ester tersenyum pada putri semata wayangnya, "Sarapanmu ada di meja depan."

Raelyn langsung menghampiri meja yang dimaksud ibunya. Terdapat sebuah cup kopi beserta isinya dan sebuah sandwich. Rasa lapar langsung timbul seketika setelah melihat sandwich buatan ibunya. Tanpa basa basi, Raelyn langsung menyantap menu sarapannya.

"Kau jadi mendaftar kerja?" tanya Ester.

"Hmm." gumam Raelyn. Ia tidak bisa berbicara karena mulutnya penuh dengan makanan.

"Apa kuliahmu tidak terganggu?" tanya Ester lagi.

Raelyn mengangkat tangannya ke udara, mengisyaratkan untuk diberi waktu sebentar. Rasanya susah harus berbicara saat mulut sedang penuh.

"Tidak. Lagipula aku memiliki banyak waktu luang di kampus." jawabnya setelah makanannya berhasil ditelan.

"Baiklah jika itu tidak mengganggu kuliahmu." ujar Ester pasrah. Ia tahu jika putrinya punya keinginan, sifat keras kepalanya langsung timbul demi mendapatkan keinginanannya.

Lima menit kemudian, Raelyn berhasil menghabiskan sarapannya. Ia mengecek jam kecil yang melingkar di tangannya. Ia punya waktu 45 menit untuk tidak terlambat menuju tempat kerjanya. Ia mengecek kembali barang barang yang ia butuhkan sebelum bangkit dari kursinya.

"Aku berangkat." ucap Raelyn. Ia menghampiri ibunya yang masih bergulat dengan adonan dan memberikan ciuman kecil di pipinya.

"Hati hati di jalan." Ester mencium puncak kepala Raelyn.

Raelyn berjalan meninggalkan cafe dan bergegas menuju garasi dimana sepeda kesayangannya berada. Ia segera mengeluarkan sepedanya dari garasi dan mengayuhnya menuju tujuannya. Rumah Raelyn berada di kawasan Fairfax dan tujuannya adalah Beverly Hills. Bisa dibayangkan jika calon bosnya adalah orang kaya, terlihat dari lokasi tempat tinggalnya.

Selama mengayuh sepeda, pikirannya dipenuhi oleh bayangan bayangan rupa anak yang akan diasuhnya. Ya, Raelyn melamar bekerja sebagai babysitter. Dari dulu ia memang sangat menyukai anak kecil. Bahkan dulu ia pernah menjadi voluntir di panti asuhan. Sebagian orang berpikir bahwa anak kecil adalah monster kecil yang hobi merusak barang. Namun bagi Raelyn, anak kecil adalah matahari yang bersinar terang. Sinarnya timbul dari keceriaan murni yang tidak dibuat buat. Dan satu hal yang ia sukai dari anak kecil adalah tidak pernah bohong.

Tidak seperti orang dewasa, pikirnya.

****

Setelah 20 menit mengayuh sepeda akhirnya ia sampai di rumah tujuannya. Raelyn menekan salah satu tombol pada interkom yang terpasang di pagar rumah. Dua detik selanjutnya terdengar suara pria dari interkom, "Dengan siapa dan ada keperluan apa?"

Babysitter With Benefits Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang