8. Hide and Seek

66.1K 2.3K 17
                                    



"Huh akhirnya selesai juga." ucap Griffin sambil menghembuskan napas lega. Sejak tadi Raelyn membantu Griffin mengerjakan PR matematikanya. Awalnya Griffin sedikit gengsi untuk meminta bantuan Raelyn namun pada akhirnya ia tetap meminta bantuan Raelyn.

"Ingin bermain sesuatu denganku?" tanya Griffin sambil memandang Raelyn dengan mata berbinar.

Tentu tatapan polos dengan pupil mengembang dan berbinar Griffin berhasil meluluhkan hati Raelyn.

"Ya tentu, permainan apa yang akan kita lakukan?" tanya Raelyn.

Griffin meletakkan jari telunjuknya di bawah dagu sambil mengerutkan dahi seorang sedang berpikir.

"Lego?" saran Raelyn yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Griffin.

"Petak umpet, bagaimana?" ucap Griffin pada akhirnya. Griffin menarik tangan Raelyn untuk bangkit dari duduknya, "Ayo kita bermain petak umpet Raelyn. Ayolah." seru Griffin dengan semangat.

"Boleh boleh. Kita suit untuk menentukan siapa yang jaga." Raelyn menyetujui.

"Aku saja yang jaga." Griffin menawarkan diri. Ia mendorong tubuh Raelyn untuk segera keluar dari kamarnya guna bersembunyi.

Raelyn sedikit menahan tubuhnya agar Griffin tidak bisa mendorongnya, "Kita harus suit terlebih dahulu."

"Kau seharusnya rela berkorban untukku Raelyn." ujar Griffin sambil semakin kuat mendorong Raelyn.

Raelyn hanya tertawa mendengar ucapan Griffin.

"Darimana kau mendapatkan kata kata itu?" tanya Raelyn tak habis pikir.

"Dari guruku."

Akhirnya Griffin berhasil mendorong Raelyn hingga di depan pintu kamarnya.

"Baiklah baiklah." Raelyn menyerah. Griffin melompat senang karena usahanya berhasil dan Raelyn hanya tertawa menanggapi tingkah lucu bos kecilnya.

"Akan ku hitung sampai 10." Griffin berbalik menghadap tembok. Ia menutup matanya dengan kedua tangannya dan mulai menghitung.
"Satu!" teriak Griffin.

10? Terlalu cepat. Mungkin Raelyn baru sampai tangga di angka sepuluh.

"Terlalu cepat." protes Raelyn.

"Baiklah 30." jawab Griffin sambil melambaikan tangannya di udara mengisyaratkan sedang mengusir Raelyn.
"Satu." Griffin mulai menghitung.

Dengan itu, Raelyn langsung berjalan sedikit berlari keluar dari kamar Griffin.

"Dua."

"Tiga."

"Empat."

Di hitungan keempat Raelyn benar benar bingung harus bersembunyi dimana. Yang ada ia hanya berdiri seperti orang bodoh di ujung tangga.

"Lima."

Tak lama matanya menangkap sebuah kamar di ujung dengan pintu sedikit terbuka. Ia memutuskan untuk menghampiri kamar tersebut dan bersembunyi di dalamnya. Raelyn malas sekali jika harus berlari ke lantai satu, membuang buang energi.

"Enam." masih terdengar suara Griffin yang sedang menghitung.

Raelyn menutup pintu dan seketika hening. Suara Griffin sudah tidak terdengar lagi di telinganya. Ia membalikan tubuh dan memandangi ruangan tempatnya bersembunyi. Rahang bawahnya perlahan jatuh diiringi rasa terpukau. Ruangan yang ia buat bersembunyi adalah lemari pakaian. Bukan itu yang membuatnya terpukau, tapi besarnya ruangan, interior, beserta pakaian yang tertata sangat rapi membuat kesan elegan dan mewah bertambah berkali lipat. Ia yakin jika lemari ini adalah milik Xael.

Babysitter With Benefits Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang