4. First Day

84.4K 3.3K 40
                                    

Hari Senin, Raelyn sudah memulai pekerjaanya. Ia datang jam enam pagi dan langsung menuju kamar Griffin. Raelyn melihat Griffin masih tertidur pulas. Ia tidak bisa menahan rasa gemasnya pada Griffin kecil yang tengah tertidur, bagaika malaikat kecil. Rasanya tidak tega ia harus membangunkan boss kecilnya ini. Tapi sarapan dimulai jam tujuh dan Griffin harus sudah siap.

"Griffin." bisik Raelyn mencoba membangunkan. Ia juga mengusap usap rambut Griffin guna membangunkannya.

Tapi tidak ada balasan.

"Griffin, kau harus sekolah." bisik Raelyn lagi di telinga Griffin.

Kedua kalinya ia tidak mendapatkan respon apa apa dari Griffin.

Raelyn menyerah dengan Griffin dan memilih untuk menyiapkan air hangat untuk Griffin terlevih dahulu. Setelahnya ia mulai menyiapkan seragam Griffin, Raelyn membaca catatan tentang seragam terlebih dahulu. Untuk hari Senin, seragam yang dibutuhkan adalah kemeja putih, celana pendek coklat, dan rompi biru. Sekolah Griffin adalah sekolah swasta dan memiliki seragam jadi Griffin tidak boleh berpakaian bebas.

Setelah semua siap, Raelyn kembali menghampiri Griffin. Ia menggoyangkan tubuh kecil Griffin namun tidak berhasil membangunkannya. Terpaksa ia menggendong boss kecilnya dan langsung memandikannya.

****

"Kenapa kita tidak memulainya sekarang? Aku sudah telat untuk kerja." dari tadi Stella merengek di samping Xael. Ia terlihat gusar sbil sesekali melihat arlojinya.

"Griffin belum datang." jawab Xael santai sambil menggeser berita yang ada di ponsel pintarnya.

Griffin pernah membut aturan di rumah ini yang mengharuskan Xael untuk sarapa dan makan malam dirumah bersama Griffin. Xael sudah berjanji akan menepati aturan tersebut. Ia merasa bersalah jika ia melewatkan sarapan atau makan malam bersama Griffin karena Xael tidak memiliki banyak waktu di rumah. Maka dari itu ia harus memanfaatkan waktu sarapan bersama Griffin seefisien mungkin.

Xael terkadang merasa kasian dengan Griffin. Ia sudah tidak memiliki siapa siapa di usia empat tahun dan pasti ia merasa kesepian. Sama seperti Xael kecil dulu. Kini Griffin hanya punya Xael dan begitu pula Xael. Mereka saling mengisi kekosongan satu sama lain akibat ditinggal orang yang mereka cintai. Griffin kehilangan ibu dan ayahnya sedangkan Xael kehilangan ibu dan saudara kandungnya.

"Aku akan menghampirinya."

Tepat saat Stella hendak mengangkat bokongnya, terlihat Raelyn yang berjalan menuju meja makan dengan Griffin berada di gendongannya.

"Maaf maaf. Griffin sulit bangun pagi ini." seru Raelyn mengutarakan keterlambatannya.

Raelyn mendudukan Griffin tepat di seberang Xael. Ia mendapati bahwa perempuan berambur pirang di samping Xael tengah memandangnya tajam, siap untuk membunuhnya. Raelyn sempat merinding saat mereka bertemu pandang.

Xael menoleh dan mendapati Stella sedang mengintimidasi Raelyn dengan tatapannya. Mengetahui suasana semakin panas, Xael akhirnya turun tangan.

"Ehm." gumam Xael. "Raelyn, ini Stella." Xael memperkenalkan Stella. "Stella adalah—" ucapan Xael terpotong.

"Kekasih. Aku kekasih Xael." pungkas Stella. Ia mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Raelyn.

Raelyn membalas mengulurkan tangan dan mengangguk tidak nyaman, "Saya Raelyn, babysitter Griffin."

Stella tersenyum padanya. Raelyn bisa melihat kearoganan di senyuman palsu Stella. Jika saja Raelyn bukan babysitter di sini, ia sudah pasti akan merobek bibir Stella yang dibalut lipstick merah menyala.

Sabar.. Sabar...

"Saya permisi." Raelyn meninggalkan meja makan sesegera mungkin. Ia jengah sendiri melihat muka palsu Stella.

Babysitter With Benefits Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang