15. Advice

37.8K 1.4K 7
                                    

Semenjak kejadian malam itu, Raelyn tidak pernah melihat Xael lagi. Saat ia dan Griffin tiba di hanggar, ia pun tidak melihat Xael. Raelyn memberanikan diri bertanya pada orang yang bertugas. "Permisi, bisa kau beri tahu dimana Xael?"

Mereka hanya bilang jika Xael akan pulang terlambat karena sedang mengurus beberapa hal. Jadi ia pulang ke LA hanya bersama Griffin. Entahlah, ia merasa jika Xael menjauhinya.

Seminggu setelahnya, Xael masih menghindari Raelyn. Biasanya mereka selalu berbincang, tapi kali ini tidak. Jika pun berbincang, topik perbincangan hanya sebatas pekerjaan. Xael sering pulang larut dan berangkat lebih telat. Xael akan berangkat kantor saat Raelyn sudah pergi mengantar Griffin. Tapi beberap hari, saat Raelyn datang untuk bekerja, ia melihat mobil Xael sudah keluar dari halaman rumah.

Raelyn biasa berangkat jam 6 pagi dan itu terlalu pagi untuk Xael berangkat ke kantor. Sepertinya Xael memang berusaha menghindarinya.

Biasanya pun Xael sering meminta bantuan kepada Raelyn untuk menyiapkan air hangat, mempersiapkan baju, dan lain lain. Apakah Xael benar benar lupa jika Raelyn masih menjadi babysitternya? Jika tidak lupa, kenapa ia tidak meminta bantuan apa pun kepada Raelyn?

Pusing dengan masalah ini, Raelyn memutuskan untuk berkonsultasi dengn Kelsey karena ia masternya. Setelah kelas hari jumat selesai, Raelyn langsung naik metro menuju apartment Kelsey di Downtown.

Tanpa buang buang waktu, Raelyn langsung ke inti permasalahannya. "Apakah perawan seburuk itu sampai ia harus menghindariku?" ujar Raelyn tidak semangat. Ia menjatuhkan dirinya di kasur Kelsey.

Kelsey yang awalnya sibuk dengan laptopnya kini beralih perhatian kepada Raelyn. Ia menoleh kepada Raelyn, kedua alisnya berkerut kebingungan dengan ucapan Raelyn, "Kenapa kau berpikir seperti itu?"

Raelyn menutup kedua mukanya dengan tangannya. "Mungkin dia suka dengan yang berpengalaman, bukan dengan perawan yang memiliki nol pengalaman seperti aku!" jelas Raelyn.

Oh pemikiran itu benar benar membuat hati Raelyn seperti dicengkram kuat dan hampir rusak. Sialan.

"Bagaimana ini?" rengek Raelyn tak tahan. Ia mengubur wajahnya pada bantal Kelsey.

Kelsey tertawa melihat tingkah sahabatnya. Ia jadi berpikir bagaimana Ester membesarkan anak ini sehingga ia begitu polos dan tolol. Ia berjalan ke arah Raelyn dan langsung menariknya untuk duduk.

"Apakah kau sudah bertanya padanya?" tanya Kelsey ingin tahu.

Raelyn menggeleng cepat sebagai jawaban.

"Tidaklah!" Raelyn hampir berteriak karena tidak percaya dengan ucapan Kelsey. "Aku benar benar gila jika bertanya padanya." sambungnya.

Raelyn kembali mengingat kejadian malam itu, sungguh indah tetapi memalukan di saat yang bersamaan. Raelyn tidak menyangka jika malam itu ia benar benar membiarkan kan Xael menyentuhnya. Ia juga membiarkan Xael meninggalkannya dengan nafsu yang berada di puncak.

Sialan aku malah bernafsu jika memikirkan hal itu.

Kelsey menjentikan ibu jari dengan talunjuknya, "Nah! Itu pusat masalahnya. Kau harus bertanya padanya." saran Kelsey tapi nadanya terkesan seperti menuntut.

Kelsey meraih kedua pundak Raelyn, mencoba menyalurkan semangat yang ia punya. "Cobalah rayu dia. Jika ia masih menolak, kau punya hak untuk bertanya." Ia tersenyum menyemangati.

Raelyn diam memikirkan saran Kelsey. Bertanya hal itu tidak akan sebanding dengan rasa malu yang Raelyn rasakan jika jawabannya Xael lebih suka yang sudah berpengalaman.

"Hanya itu solusinya kecuali kau memang ingin hubunganmu sebatas boss dan pegawai." sambung Kelsey.

Oh no.

Babysitter With Benefits Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang