Mereka akhirnya sampai di restoran tepat sebelum hujan mengguyur. Jonathan membawanya untuk duduk di tempat favorit mereka dulu, di palingujung dan dekat dengan jendela. Raelyn yakin jika Jonathan sengaja melakukan ini untuk menarik hati Raelyn lagi untuk luluh.
Jonathan memesan black coffee untuk dirinya dan latte macchiato untuk Raelyn, favoritnya. Raelyn sebenarnya agak terkejut karena Jonathan masih mengingat minuman favoritnya.
Tapi cepat cepat Raelyn kembali mengingatkan dirinya.
Latte macchiato adalah minuman universal, banyak orang yang suka. Mungkin Jonathan memilih itu karena banyak orang yang suka bukan karena itu adalah favoritku. Ia terus mengucapkan kalimat itu dalam hati untuk tetap menjaga rasa kecurigaannya pada Jonathan.Seolah olah tahu apa yang Raelyn pikirkan, Jonathan langsung berucap, "Aku ingat betul latte macchiato adalah minuman favoritmu."
Dang! Cukup bada basinya!
Tidak ingin membuang waktu lagi, Raelyn mendesak Jonathan untuk menjelaskan alasan kepergiannya malam itu. Ia benar benar mendengarkan dengan seksama semua penjelasan Jonathan. Jo mengatakan bahwa ia terpaksa harus pindah ke Belanda.
"Aku melakukan kesalahan besar yang membuat ayahku murka. Malam itu aku langsung dikirim paksa ke Delft, Belanda. Ayahku benar benar mengisolasiku di sana, ia hanya ingin aku lebih dewasa dan fokus menjalani kuliahku di sana." Jonathan menjelaskan. Wajahnya benar benar serius. Pandangannya lurus langsung menatap mata Raelyn.
"Kesalahan apa itu?" tukas Raelyn galak.
"Masalah keluarga." jawab Jonathan singkat. Terlihat sekali ia tidak ingin membahas masalah tersebut.
"Oh."
Raelyn tidak melihat gelagat aneh seperti saat orang sedang berbohong. Tunggu, bukan berarti Raelyn langsung percaya dengan semua perkataan Jonathan.
"I don't believe you." jawab Raelyn jujur dan tegas.
Ia tidak akan lagi mudah percaya kepada Jonathan.
Jonathan terkekeh mendenga jawabannya. Raelyn mengerutkan dahi karena bingung dengan respon Jonathan. Tak lama Jonathan mengeluarkan sebuah map coklat dari tas nya.
Saking tidak sukanya dengan Jonathan, Raelyn bahkan tidak menyadari jika Jonathan membawa tas.
Waw.
Jonathan memberikan map coklat tersebut kepadanya, "Ini buktinya. Tiket pesawat, surat kepindahanku, surat sewa apartemen, dan berkas kehadiranku di kampus." jelas Jonathan. Ia menyilangkan kedua tangannya di dada sambil menunggu respon Raelyn.
Raelyn memberikan tatapan tajam dan memperingatkan sebelum membuka map coklat tersebut. Ia akui jika Jonathan tidak berbohong, memang ada tiket pesawat dari LA ke Belanda pada hari ia ditinggalkan, ada surat sewa apartemen yang berlokasi di Delft, Belanda dan berkas kehadiran di kampus. Mata Raelyn mendelik saat melihat dokumen itu. Universitas Teknologi Delft fakultas arsitektur. That's very nice. Tapi bisa saja Jonathan membuat berkas palsu ini dan mengarang ceritanya kan?
Raelyn melempar berkas berkas tersebut ke meja. Ia bingung sekarang, apakah Jonathan memang berkata jujur atau ia memalsukan dokumen tersebut. Ia masih merasa sulit untuk mempercayai semua perkataan Jonathan. Jadi ia hanya memasang wajah datar.
Seketika bayangan buruk malam itu melintas dipikirannya. Ia hampir saja berakhir sebagai santapan untuk para pria mabuk. Untung saja keberuntungan masih berpihak kepadanya malam itu. Karena peristiwa tersebut, ia mengalami trauma selama sebulan lamanya atau Acute Stress Disorder.
KAMU SEDANG MEMBACA
Babysitter With Benefits
RomanceMengasuh anak kecil? Sudah biasa. Namun bagaimana jika turut mengasuh daddy dari anak tersebut? Ini baru luar biasa. Kali ini ini Raelyn Caden tidak hanya menjadi pengasuh anak kecil bernama Griffin melainkan juga menjadi pengasuh daddy dari anak te...