Part 15

65 8 0
                                    

Happy reading...

















Yuta mengacak rambutnya frustasi setelah menerima pesan dari Jennie. Bagaimana bisa rencana awalnya gagal?

'Kau benar, gadismu sangat cantik. Kurasa taeyong tak akan tertarik padaku'

Yuta menghempaskan ponsel nya ke sembarang arah. Tapi ia tak boleh menyerah. Ia harus bisa merebut jisoo kembali. Bagaimanapun juga, ia yang lebih dulu menyukai jisoo. Dan taeyong? Ia bahkan hanya mengiyakan tantangannya. Tunggu! Tantangan? Yuta menterinya senang. Ia dapat ide bagus sekarang. Ia akan merencanakan sesuatu. Bukan ia yang akan turun tangan, tapi Jennie.
"Akan ku ambil jisoo darimu Lee Taeyong"
.
.
.
"Tae, ini sudah waktunya makan siang. Kau tak makan?" Tanya Jisoo. Sedari tadi Taeyong hanya berkutat pada Laptop dan berkas saja. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 12, waktu makan siang. Bahkan kurang dari 30 menit sudah habis.
"Tidak, kau saja. Masih banyak pekerjaanku" tolak Taeyong dengan halus. Jisoo menghela nafas.
"Ayolah nanti kau sakit. Makan ya? Aku akan menyuapi mu" ujar jisoo membujuknya.
"Baiklah. Tapi kau juga harus makan"
Jisoo tersenyum mendengarnya.
"Arraseo"
.
.
. Di kantin

"Terimakasih" ucap jisoo.
Ia membawa sup hangat dan minuman di nampan. Cukup penuh, namun jisoo hati-hati membawanya. Tapi saat sedang berjalan, seseorang berhenti didepan jisoo dengan gaya angkuhnya. Jisoo mendongak menatap sosok itu. Jennie.
"Ada apa Jennie-ssi?" Tanya jisoo formal. Bagaimanapun ia dan Jennie sama sekali tidak terlalu akrab.
"Hmm, sebenarnya aku malas sekali bertemu denganmu tapi..aku hanya kasihan dengan mu jisoo-ssi" ucap jennie dengan nada iba nya. Sungguh, jennie pandai ber akting.
"Kasihan? Apa maksudnya?" Tanya jisoo penasaran. Bukan, lebih tepat nya heran.
"Kau mencintai Taeyong?" Tanya Jennie. Tentu itu membuat jisoo semakin dibuat tak mengerti. Apa maksudnya? Tentu saja bodoh! Jisoo ingin sekali meneriakinya.
"Tentu saja. Memang kenapa?"
Jennie merubah raut wajahnya menjadi iba. Jisoo terkejut saat tangan Jennie terulur mengusap bahu nya. Ia makin tak mengerti dengan sikap Jennie.
"Kau harus tahu, Taeyong tak pernah mencintaimu. Dia masih mencintaiku. Dia menjadikanmu kekasihnya karena tantangan dariku. Dan dia melakukannya karena dia bilang dia masih mencintaiku. Dulu kami bersahabat. Taeyong pernah bilang ia mencintaiku, tapi aku belum berani bilang bahwa aku juga mencintainya. Hingga pada saat aku ingin menyatakannya, orang tua ku membawaku ke London untuk bersekolah disana. Hingga akhirnya aku dan Taeyong berpisah" cerita Jennie panjang lebar. Jisoo mematung lalu setelah nya tertawa, tak begitu kencang namun membuat Jennie heran.
"Kau pintar sekali ber akting Jennie-ssi. Apapun yang kau katakan aku sama sekali tak akan percaya padamu" ujar jisoo menekankan kalimat terakhirnya.

Jennie berusaha sabar, lalu ia merogoh isi tas nya dan memberikan jisoo ponselnya. Jisoo yang tak mengerti hanya bisa diam membuat jennie ikut gemas melihatnya. Dengan malas jennie memberikan ponsel itu tepat di tangan kanan jisoo.
Jisoo yang terkejut langsung meletakkan nampan yang dibawanya ke meja dekat ia dan jennie berdiri.
Jisoo terkejut saat ia melihat foto Jennie dan Taeyong disana. Ada foto mereka yang menunjukkan beberapa kedekatan. Seperti berpelukan, gandengan tangan, foto berdua, makan ice cream, tertawa bersama, kelulusan sekolah. Astaga, jisoo terkejut saat melihat foto terakhir. Dimana ia melihat Taeyong dan Jenniw berciuman. Dada jisoo memanas. Ia berusaha tak percaya dan tidak emosi pada Jennie. Tapi apa ini sungguhan? Jisoo takut kalau apa yang dikatakan jennie benar adanya.

"Kau berusaha menipuku ya? Kau sengaja meng editnya supaya aku percaya?" Tanya jisoo dengan tangan yang mengepal kuat. Jennie tertawa sinis mendengar Jisoo bertanya padanya.
"Dengan alasan apa aku mengedit nya?" Tanya Jennie
"Tentu saja karena kau masih mencintai Taeyong" jawab jisoo
Jennie tersenyum sinis kembali. Ia mengitari jisoo seakan mengintimidasi.
"Kau yakin Taeyong benar-benar mencintaimu. Lihatlah dirimu Jisoo-ssi! Kau itu hanya anak yatim piatu yang ditolong sebuah keluarga. Kau yakin taeyong tak iba padamu? Ia melakukannya hanya karena ia iba padamu! Sedangkan aku? Aku sudah lama dengannya. Dia mencintaiku bahkan kita pernah berciuman. Apa kau tak bisa memikirkan nya?"

Tanpa diduga, jisoo menumpahkan sup yang masih sedikit panas itu ke tubuh Jennie. Jennie dengan itu tentu saja mengambil kesempatan emas.
"Aww panas sekali, kau tega sekali Jisoo-ssi. Aku datang kesini hanya untuk bicara-"
"Omong kosong. Iya kan?" Potong jisoo
"Panas..aduhh. Siapapun bantu aku...Panas sekali"
Rasanya jisoo ingin sekali menumpahkan sisa kuah panas yng ada di mangkuk itu. Namun saat akan melakukannya, sebuah tangan menghentikan nya. Ia menatap sosok itu dan terkejut setelah melihat nya.
"Taeyong?"

Jennie tersenyum smirk dibalik muka sedih nya. Taeyong terlihat marah pada Jisoo.
"Kau gila? Kenapa kau menumpahkan kuah panas itu padanya?!" Tanya taeyong sedikit membentak. Taeyong menatap situasi, dan benar saja semua karyawan menatap mereja. Jisoo meringis saat Taeyong menarik tangannya dengan kasar. Setelah dirasa cukup sepi, Taeyong melepas cengkramannya.
"Kau pikir apa yang kau lakukan jisoo? Kalau ia terluka bagaimana?!" Bentak taeyong.
Dengan berani, jisoo menatap mata Taeyong.
"Kau pikir kenapa? Dia yang datang dan berbicara omong kosong. Aku marah. Tentu saja, karena dia bilang dulu kau dan dia-"
"Ya! Aku dan Jennie pernah saling mencintai!! Lalu kenapa? Kau membuatku malu jisoo! Pekerjaan ku menumpuk dan kau membuatku semakin pusing! Bisakah kau tenang dan tak mencari masalah?!"
Jisoo berusaha menahan tangisnya yang sebentar lagi pecah. Ia menatap mata Taeyong dengan berani.
"Jadi benar? Kau dan Jennie.."
"Hiks hiks"
Taeyong terkejut saat Jisoo menangis dihadapan nya. Ia ingin sekali memeluk dan meminta maaf pada gadis itu. Tapi mengingat Jisoo yang telah berbuat hal buruk pada Jennie, ia menolak untuk melakukannya.
"Baiklah, aku akan pergi. Kau bisa urus Jennie" ucap jisoo dengan melangkah keluar dari tempatnya. Entah keberanian dari mana Taeyong mengatakan
"Pergilah!"

Jisoo tak tahan ini, ia menyambar tas nya dan menaiki taksi menuju rumahnya. Ia ingin sekali menumpahkan kesedihan dan kemarahan yang dialami nya. Tapi pada siapa? Apa pada Dahyun?

Sesampainya jisoo dirumah. Ia dikejutkan oleh Kyuhyun dan Dahyun yang menangis di ruang tamu. Yang membuatnya lebih terkejut saat Kyuhyun tiba-tiba memeluknya. Ia ingin menolak tapi mengingat saat ini kyuhyun adalah ayahnya, ia mengusap punggung pria tampan itu.
Dengan lembut dan mata sedikit sembab jisoo bertanya
"Ada apa ayah?" Tanyanya
"Kau putriku, kau anakku" ucap Kyuhyun disela tangisnya.
"Iya, sekarang aku putrimu" ujar jisoo masih dalam mode bingung dan juga sedih.
"Tidak! Bukan itu maksudku!"
Jisoo heran dan penasaran. Kyuhyun melepas pelukan nya dan mengusap wajah jisoo dengan berlinang air mata. Sambil tersenyum ia berkata
"Kau putri kecilku. Kau putri kecil yang kutitipkan pada sahabat karibku. Kau putri kecilku yang selalu ku merindukan di setiap tidurku. Kau putri kecilku yang selalu membuatku merasa menjadi ayah paling jahat di dunia. Kau..Kau putri kecilku jisoo"
Jisoo mematung. Ia menatap Dahyun yang juga menangis memeluk Hyorin. Ia menggeleng
"Tidak mungkin" ucapnya.
Tidak mungkin kan? Atau ini sebuah kebetulan?
"Kau putriku. Aku menitipkanmu pada Kim Junmyeon dan Kim Seolhyun. Mereka tak punya anak saat itu, dan kami punya masalah besar dengan beberapa perusahaan. Itu mengancam keselamatan mu mengingat rival kami yang psikopat. Kau harus percaya nak..Kau putri kandung ku. Ini ayah nak.."

Tanpa diduga Jisoo memeluk erat Kyuhyun. Benar, ia merasa nyaman sekali dengan pelukan itu. Apa inilah pelukan nyata seorang ayah yang lama tak bertemu dengan anaknya selama hampir 18 tahun?
"Ayah..."

"Angkat tangan kalian!"






















Chaaa! Aq up. Panjang gak?
Tenang aja, ini baru permulaan konflik kok. Siap-siap chapter selanjutnya. Jangan lupa vote dan comment. Kalau mau Aq cepet up ya? See you next time


Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang