17.si pendonor darah

51 5 7
                                    

Prisila berjalan dengan tenang ke arah ruangan IGD dalvin setelah tadi dia selesai dari mushola hatinya menjadi lebih tenang dan adem kini semuanya dia percayakan kepada tuhan prisila yakin dalvin pasti akan baik baik saja.

Prisila telah sampai didepan pintu ruangan dalvin disana sudah terdapat papa dan abangnya dalvin dengan cepat prisila berjalan kearah papa dalvin lalu mencium lengan willy sopan.

"Hai om kenalin saya prisila temennya dalvin" ujar prisila setelah mencium lengan dalvin.

Willy hanya tersenyum lalu mengelus rambut prisila lembut ingin sekali rasanya willy membalas ucapan prisila namun hatinya terlalu rapuh dan sakit setelah mendengar kabar dari dalvan pada saat keluar dari ruangan dokter.

Prisila mengedarkan pandangannya matanya menatap dalvan,rendi,yoyo dan marcel yang tengah duduk dikursi tunggu sambil merundukkan kepalanya. Ada apa ini?kenapa semuanya seperti kelihatan sedih?apa yang terjadi dengan dalvin? Banyak sekali pertanyaan yang muncul diotak prisila membuat wanita itu sudah tidak kuat untuk mengetahui kebenarannya.

"Rendi ko kalian pada sedih sih?ada apa sama dalvin?dia baik baik ajakan?" Tanya prisila taksabar.

Rendi yang sedari tadi tertunduk kini mengangkat kepalanya menatap prisila sedih.

"Dalvin.."

"Kenapa dalvin ren?ada apa?" Prisila makin tak tenang dibuatnya.

"Dalvin makin kritis. Darah om willy sama bang dalvan gacocok sama darah dalvin. Golongan Darah dalvin sama kayak golongan darah mamanya yang udah gaada"

Prisila tak bisa berkata apapun lagi dihatinya seperti ada getaran yang besar disana. Perasaan bersalah makin masuk menguasai hati prisila. Prisila tak tahan lagi air matanya jatuh tak terbendung dia sudah tidak kuat lagi mendengar kondisi dalvin saat ini.

"Sil lo baik baik ajakan?" Tanya rendi lalu berdiri merengkuh tubuh prisila takut takut gadis itu jatuh pingsan.

"Dalvin maafin gue..." lirih prisila tertahan.

"percaya sil. Percaya bakal ada golongan darah yang cocok buat dalvin kita harus berusaha"

Prisila mengangguk-nganggukkan kepalanya lemas. Dengan cepat rendi menuntun prisila ke arah tempat duduk lalu mendudukan gadis itu pelan.

"Pah apa yang bakal kita lakuin?" Tanya dalvan dengan muka memerah menahan tangis.

Willy meraup wajahnya kasar wajahnya tak kalah merah dengan dalvan saat ini. Willy tidak hanya sedang menahan tangis dia juga berusaha mati matian menahan sakit dihatinya yang terus menjalar keseluruh tubuh.

"Papah akan menginformasikan  kepada rekan kerja papa barang kali dari mereka ada yang memiliki golongan darah yang sama seperti dalvin"

"Ide bagus om. Saya juga akan menginformasikan kepada seluruh anak sma garuda barang kali dari mereka ada yang memiliki golongan darah yang sama seperti dalvin" ujar yoyo memberikan saran.

"Terimakasih sudah mau membantu anak saya" ucap willy.

                         •••

Prisila berjalan pelan ke arah ranjang dalvin kini gilirannya menjenguk dalvin setelah tadi papah dalvin dan abangnya selesai menjenguk. Prisila memakai pakaian khusus berwarna hijau. matanya kembali membentuk genangan ketika melihat kondisi dalvin yang lemah terbaring dirumah sakit dengan alat pernapasan dan alat alat rumah sakit lainnya yang berada ditubuh dalvin.

Drett..

Kursi disamping ranjang dalvin prisila tarik lalu dia duduk dikursi itu matanya tak pernah beranjak mengamati wajah pucat dalvin. Prisila meneteskan air matanya dia merindukan sosok dalvin yang garang sosok dalvin yang tegas sosok dalvin yang kuat sosok dalvin yang ditakuti oleh semua orang dan sosok dalvin yang selalu bisa melindunginya tapi kenyataannya sosok itu tak ada sekarang sosok itu kini sedang berisitirahat tertidur dengan pulas tak ingin diganggu entahlah sampai berapa lama dalvin beristirahat yang pasti prisila ingin cepat cepat dalvin membuka kelopak matanya.

prisila menggenggam lengan dalvin lalu mengangkatnya mendekatkan kearah wajahnya menyimpan lengan itu tepat di pipi prisila yang sudah dibasahi air mata.

"Dalvin.."panggil prisila bercampuran dengan tangisnya.

"Bangun vin maafin gue ini semua salah gue. Harusnya lo  engga terluka kayak gini padahal lo biarin aja gue diapain aja sama galih asal lo gak kenapa napa" ucap prisila menahan tangisnya yang kian deras.

"Lo kuat ya,lo harus bertahan demi keluarga lo,semoga aja ada golongan darah yang sama kayak lo biar lo bisa cepet cepet sembuh" suara prisila tertahan lirih.

"Cepet bangun dong vin jangan lama lama tidurnya gue kangen nanti" ucap prisila lalu tertawa sumbang menertawakan ucapannya barusan.

"Gila gak sih gue bilang kangen sama lo?kayaknya lo udah berhasil deh buat gue suka sama lo"

"Cepet bangun gue gakuat nahan rindunya berat banget soalnya"

Setelah mengatakan hal demikian prisila menyimpan kembali lengan dalvin lalu tangannya terangkat mengelus rambut dalvin lembut dan membisikan sesuatu ditelinga dalvin yang tiba tiba saja membuat jari jari dalvin bergerak tanpa diketahui prisila.

"Get up quickly, i'm always waiting for you to open your eyes again."

                         •••

Prisila menutup pintu ruangan dalvin matanya langsung menatap papa willy dalvan,rendi,yoyo dan marcel yang tengah berdiri menghadap prisila dengan wajah yang senang tidak sedih seperti tadi.

"Emm ada apa?ko pada seneng gitu" tanya prisila.

"Dalvin udah dapet pendonor darah" ujar dalvan senang.

Prisila menatap dalvan tak percaya jika memang benar yang diucapkan dalvan, dia sangat senang saat ini.

"Beneran bang?gaboong kan?" Tanya prisila senang.

"Gue gak mungkin bercanda soal kayak gini"

Prisila berucap syukur dalam hatinya tuhan mendengar semua doa doanya.

"Siapa bang pendonornya?baik banget pasti orangnya"

"Dia gabaik dia pamrih" jawab dalvan.

Prisila menautkan kedua halisnya bingung dengan jawaban dalvan barusan.

"Maksud bang dalvan gimana?pamrih?" Tanya prisila.

Dalvan menganggukkan kepalanya mantap matanya mengamati wajah prisila yang merah dan terdapat sedikit bekas air mata di kedua matanya. sebegituh takutnya kah prisila kehilangan dalvin?sudah berapa kali gadis ini menangisi dalvin?dalvan mulai menerka nerka pikirannya terhadap prisila tidak mungkin kan prisila merasa sangat sedih jika tidak memiliki perasaan terhadap dalvin dan dalvan yakin pasti gadis ini adalah gadis yang selalu dalvin ceritakan sewaktu itu kepada dirinya. Dalvan kini sangat merasa bersalah terhadap gadis ini jika prisila mengetahui siapa pendonor darah ini dan apa yang diinginkan sipendonor darah itu sampai mau mendonorkan darahnya. dalvan yakin seratus persen prisila akan sedih begitu juga dengan dalvin pasti akan sangat kecewa.

"Bang dalvan siapa sih orangnya?" tanya prisila makin penasaran.

Dalvan menatap papahnya dan ketiga teman dalvin bergantian meminta persetujuan dari mereka untuk memberitahu prisila tentang seseorang sipendonor darah dan apa tujuannya.

"Beritahu saja van,prisila berhak mengetahuinya bagaimanapun juga" ucap willy menjawab tatapan mata dalvan.

Dalvan menganggukkan kepalanya dia menarik nafasnya dalam dalam. Ini pasti akan menyakitkan mungkin bagi prisila tapi bagaimana lagi ini adalah keputusan yang terbaik untuk dalvin ini jalan satu satu untuk keselamatan dalvin. YA INI DEMI KESELAMATAN DALVIN.

"Orang yang mendonorkan darah dalvin itu....."







Assalamualaikum temen temen?jangan lupa vote ama komennya yaaaaa.

Yang penasaran siapa pendonor darah dalvin terus pantengin chap iniii OKEEEEEE?

Jangan lupa follow akun aku dan juga ig aku@zahra.wirdiarti.

Babayy salamm manissss:*

Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang