19.sakit hati yang lengkap

53 5 0
                                    

"Ayo masuk! Gausah takut gitu sil. Gue bakal jelasin semuanya ke dalvin" ucap juna.

Kini mereka berdua sedang berdiri dihadapan pintu ruangan dalvin. setelah kejadian semalam prisila langsung diantar pulang oleh juna kerumahnya walaupun keadaan juna belum pulih sepenuhnya. tapi laki laki itu memaksa untuk mengantarkan prisila pulang lalu dia kembali lagi kerumah sakit. Untungnya juna membawa mobil jadinya dia lebih mudah untuk mengantarkan prisila.

Prisila menatap juna yang masih menggunakan baju rumah sakit. dia masih ragu untuk membuka pintu ruangan dalvin akibat kejadian semalam.Prisila yakin dalam hatinya pasti rendi telah memberitahukan kejadian semalam kepada dalvin yang entah membuat dalvin marah atau tidak.

"ayo tunggu apalagi" ujar juna lagi.

"Gue masih takut jun"

Juna menghela nafasnya lalu menuntun prisila untuk duduk di kursi tunggu sebelah ruangan dalvin.

"Liat gue" ucap juna sambil memegang kepala prisila dengan kedua tangannya agar gadis itu mau menatapnya.

"Lo mau terus terusan gaenakan gini sama dalvin?" tanya juna.

Prisila menggelengkan kepalanya cepat membuat rambutnya bergerak kekanan dan kekiri membuat juna lucu menatap perempuan ini.

"Yaudah tunggu apalagi?lo masuk sekarang keruangannya dalvin bareng gue berdua. Terus kita jelasin semuanya bareng bareng. Setuju?" Tanya juna sambil mengangkat satu telapak tangannya di depan muka prisila bermaksud agar wanita itu mau bertosan dengannya.

"Setuju" balas prisila sambil mempertemukan telapak tangannya dengan juna bertosan.

"Nah gitu dong semangat"

Prisila bangkit dari duduknya diikuti juga oleh juna. Dengan perasaan yang sudah tenang dan percaya diri prisila membuka pintu ruangan dalvin dengan juna Yang setia disampingnya.

Cklek..

Mata prisila rasanya memanas hampir membentuk sebuah genangan dipelupuk matanya. Didalam hatinya seperti ada sebuah pisau tajam yang menyayat nyayat hatinya. Prisila menahan rasa sesak didalam hatinya dia harus kuat! Kuat!

"Dalvin" panggil prisila dengan suara lemah membuat dalvin yang sedang disuapi oleh moza menolehkan kepalanya kearah pintu menatap prisila datar dan dingin.

Juna mendorong tubuh prisila pelan agar wanita itu lebih dekat dengan dalvin lalu juna pun memasuki ruangan dalvin lebih dalam sambil menutup pintu ruangan dalvin.

"Kalo masuk ruangan orang tuh ketuk pintu dulu. Ganggu orang lagi mesra mesraan aja lo" ujar moza sambil menyimpan mangkuk bubur di meja samping ranjang dalvin.

"Sorry tadi gu--"

"Ada apa lo kesini?kalo gapenting mending keluar" ujar dalvin dengan pandangan lurus kedepan tanpa menatap prisila sedikitpun.

"Dalvin gue minta maaf sama lo. Gue yang udah bikin lo sampe kayak gini" ucap prisila menatap dalvin bersalah.

"Kalo niat lo kesini cuman mau bilang kayak tadi. Silahkan lo puter balik badan dan disitu pintu buat keluar"

Prisila menggigit bibir bagian bawahnya mencoba menahan genangan air dipelupuk matanya. Dia tidak boleh menangis didepan dalvin!

"Vin..gue tau lo marah kan sama gue?" Tanya prisila pelan dan hati hati.

"Marah?kenapa gue harus marah sama lo?" Tanya dalvin tenang tanpa menatap prisila. dia masih menatap kedepan.

"Gue tau rendi udah cerita semuanya kan sama lo?plis..gue mohon jangan percaya sama rendi. Lo harus percaya sama gue vin. Rendi itu cuman salah pah--"

Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang