25

605 78 12
                                    

Berdiri di depan sebuah pintu adalah hal yang Ana lakukan saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berdiri di depan sebuah pintu adalah hal yang Ana lakukan saat ini. Jujur ia ragu untuk masuk. Apakah kakeknya sudi untuk ia jenguk?

Tok tok...

Tak ada sahutan. Dengan keraguan memuncak Ana membuka pintu kamar itu. Terlihat sang kakek terbaring dengan wajah Pucat yang menghiasi. Perempuan itu berjalan mendekat ke arah kakeknya yang tengah memejamkan mata.

Ana memberanikan diri untuk menggenggam tangan sang kakek yang terasa hangat. Tubuh kakeknya memang terasa hangat karena sakit. Tanpa di duga, tuan park membuka matanya.

"Ana cucuku kau kah itu?" Tuan park tidak dapat melihat dengan jelas karena harus menyesuaikan cahaya yang masuk ke kornea.

"Maaf telah mengganggu istirahat kakek. Bagaimana keadaan kakek?" wanita itu menunduk takut takut.

Detik berikutnya tanpa diduga. Tuan park mendudukkan dirinya di ranjang lalu memeluk cucu perempuannya, sekaligus satu satunya orang di keluarganya yang tersisa. Ana membeku, tak tahu harus bagaimana. Untuk pertama kalinya setelah belasan tahun Ana merasakan dekapan hangat ini lagi.

"Maafkan kakekmu ini nak. Kakek memang jahat karena terus menerus menyalahkanmu karena kecelakaan itu. Kakek minta maaf nak" air mata wanita itu mulai mengalir. Perasaan Ana campur aduk sekarang, antara haru, sakit dan sedih.

"Maafkan kakek maaf..." Tuan park mengeratkan pelukannya dan menumpahkan air matanya.

Ia benar benar merasa bersalah dan bodoh karena menyalahkan cucu yang harusnya ia jaga, ia kasihi, dan ia rawat.

Ana mulai membalas pelukan lelaki tua itu dan mengusap usap punggungnya menenangkan, "tak apa kakek. Aku tidak apa apa"

Tok... Tok...

Suara ketukan pintu itu mengintrupsi keduanya, membuat mereka terpaksa melepaskan pelukannya. Ana berjalan ke arah pintu untuk mengetahui siapa gerangan yang mengetuk pintu.

"Oh... Apa kita mengganggu?" Baekhyun berucap dengan sedikit rasa tak enaknya. Jangan lupakan Seojun yang berada di gendongan lelaki itu.

"Tidak apa apa"

"Anu... Seojun terbangun dan tiba tiba mencarimu, dia sempat menangis tadi"

"Astaga... Tumben sekali", Ana mengambil alih menggendong Seojun.

Seojun reflek mencari tempat yang nyaman di gendongan ibunya. Anak itu sungguh merindukan ibunya yang sibuk.

"Ana... Siapa?" Suara tuan park terdengar.

"Ah... Baekhyun masuklah" Ana dan Baekhyun mulai menghampiri kakek Ana.

"Anyeonghaseyo haraboe-nim (kakek formal)" Baekhyun membungkukkan badan untuk menyapa tuan park dan di balas dengan senyuman.

"Siapa dia?" Tuan park menanyakan perihal sosok seojun yang tidur di gendongan Ana.

"Ehmm... Ini Seojun. Dia putra angkat kami" Ana menjawab sedikit kikuk.

Reach You (BBH ›‹ BSJ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang