#9 salam hangat

705 68 3
                                    

Hari-hari setelahnya berlalu seperti biasa. Masih banyak gunjingan-gunjingan dari teman-teman sekelasnya setiap saat. Tapi untungnya belakangan ini, hanya sebatas itu. Belum ada lagi aksi-aksi yang benar-benar menyakitkan dari teman-temannya.

Sepertinya kebiasaan teman-temannya yang suka mengeluarkan kata-kata tidak baik terhadap Vey memang tidak bisa dihilangkan. Bahkan hujatan demi hujatan itu setiap harinya terdengar semakin memburuk, terdengar lebih jahat lagi di telinga Vey.

Biasanya Vey akan menunggu beberapa menit setelah bel pulang sekolah berbunyi, baru dia akan meninggalkan kelas dan pergi pulang, bersama Calvin yang selalu memaksa untuk menemaninya, tentunya.

Tapi kali ini, sesuai pesan Nora yang masuk di ponsel Vey beberapa jam yang lalu, Vey terpaksa pulang tepat setelah bel berbunyi. Nora mengatakan bahwa dia akan melakukan fitting baju pengantin dan meminta Vey menemaninya. Vey tidak sampai hati untuk menolak permintaan Nora yang satu itu.

Koridor masih ramai oleh orang-orang yang baru keluar dari kelas masing-masing. Calvin berjalan di sebelahnya dengan wajah santai. Dengan sekali lihat, Vey merasa ada sesuatu yang melilit perutnya, hanya karena melihat wajah Calvin yang semakin lama tampaknya semakin sering muncul di kepala Vey.

Ini wajar, bukan? Apalagi mengingat Vey belum pernah berteman dengan lelaki manapun. Tambah, Calvin sangat baik padanya. Wajar sekali jika Vey menyukai cowok itu, 'kan?

Untungnya, senyum tidak mungkin tampak di wajah Vey. Kalau mungkin, Calvin pasti akan langsung tahu kalau Vey menyukainya karena Vey tidak bisa berhenti tersenyum setiap melihat wajahnya.

Tapi lagi-lagi Vey harus kembali ke realita. Orang seperti Calvin tidak mungkin menyukainya. Orang seperti Calvin pasti sudah memiliki seseorang di dalam hatinya.

Di dekat pintu lobi, sekumpulan anak laki-laki membuat langkah Vey melambat. Mereka adalah Aidan dan teman-temannya yang jahat.

Dean yang pertama kali menyadari kehadiran Vey. Cowok itu langsung memberi tahu teman-temannya dan terkekeh akan suatu hal yang tidak Vey ketahui. Aidan akhirnya menatapnya dan ikut tertawa.

Vey membuang pandangan ke arah lain dan tetap melanjutkan langkah. Tidak ingin Nora menunggunya terlalu lama di rumah.

Vey bisa merasa sekumpulan anak laki-laki itu terus menatap setiap pergerakannya. Tapi Vey tidak peduli, dia terus melangkah.

Sebentar lagi Vey berhasil melewati mereka dan sampai di pintu lobi. Ayo, Vey, tinggal sedikit lagi.

Vey hampir akan menghela napas karena berhasil melewati sekumpulan itu tanpa hambatan saat tiba-tiba sesuatu, tanpa Vey ketahui menahan pergerakan kaki kirinya. Vey kehilangan keseimbangan karena itu. Sial. Salah satu dari sekumpulan bajingan itu menyelingkatnya.

Bruk.

Suara tawa keras lagi-lagi memenuhi telinga Vey. Dadanya bergemuruh hebat. Dengan sekuat tenaga, Vey berusaha menahan emosi yang mulai naik.

"De, bangunin itu anak orang. Kejam banget lo!" seru salah seorang dari mereka, sambil menahan tawa.

Jadi, Dean yang menyelingkatnya. Vey menghela napas berat, tidak kaget sama sekali akan itu. Setelahnya, Calvin membantunya bangkit.

Vey langsung menahannya saat Calvin ingin maju untuk menangani mereka. Vey berbisik, "Cal, lo nggak mungkin bisa nanganin mereka. Lo sendirian, sedangkan jumlah mereka jauh lebih banyak. Lagipula, gue nggak apa-apa."

Ekspresi Aidan kesal sekali saat Vey menatapnya.

Tanpa ingin peduli dengan sekumpulan yang tampak kurang puas karena Calvin tidak jadi maju untuk membelanya, Vey menarik Calvin untuk segera pergi dari sana.

The Gloomy Girl (E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang