#5 hero of the day

870 91 13
                                    

Kalau bukan karena Calvin yang memaksanya untuk ikut menonton anak laki-laki bermain bola basket di lapangan indoor, Vey tidak akan duduk di tribun paling depan seorang diri sekarang.

Sebenarnya banyak juga anak perempuan dari kelasnya yang menonton permainan yang sedang berlangsung di tengah lapangan, tetapi Vey tentu saja lebih memilih untuk duduk sendiri daripada harus berurusan dengan hujatan demi hujatan yang mungkin-maksudnya tentu saja teman-temannya itu berikan.

Sambil memegang sebotol air mineral milik Calvin, Vey memerhatikan cowok itu membawa bola melewati lawan-lawannya dengan mudah. Mungkin Calvin memang atlet basket sehingga bisa bermain dengan baik begitu. Tapi kenapa Vey tidak tahu tentang itu?

Ayolah, Vey. Tentu saja Vey tidak tahu. Dia baru mengenal Calvin satu minggu. Apa yang Vey harapkan akan dia ketahui tentang cowok itu?

Vey bergerak tidak nyaman. Pandangan mata anak-anak perempuan sesekali mengarah padanya. Mereka sesekali terkekeh geli saat memandang Vey. Dia menahan diri sebisa mungkin agar tidak berlari dari tempat ini kembali menuju kelas yang kosong.

Guru Vey yang seharusnya mengajar pada jam terakhir hari ini tidak masuk karena alasan yang tidak Vey ketahui dan tidak memberi tugas. Jadi, anak-anak satu kelas memanfaatkan lapangan indoor yang sedang kosong untuk bermain basket.

"Yes!" pekik Calvin saat dia berhasil memasukkan bola ke ring dengan mulus.

Tanpa sadar, Vey bertepuk tangan. Ikut merasa senang dan bersemangat secara tiba-tiba.

Calvin menyadari pergerakan Vey dan langsung tersenyum lebar ke arahnya. Cowok itu melambaikan tangan dengan ekspresi yang membuat Vey tersenyum lebar di dalam hati.

Permainan di tengah lapangan terasa semakin panas. Aidan yang tidak ingin kalah tampak bermain lebih gesit. Siapapun tahu kalau Aidan adalah anggota tim basket sekolah yang kemampuannya tidak diragukan lagi.

Kalau sudah begini sepertinya tim Calvin tidak akan bisa mengalahkannya.

Vey bisa merasakan tatapan Aidan mengarah kepadanya, lalu cowok itu menyeringai lebar. Vey masih belum bisa mengerti arti tatapan Aidan saat cowok itu mulai melempar bola ke arahnya.

Jantung Vey berdetak cepat. Bola yang dilempar Aidan meluncur terlalu cepat ke arah Vey. Tidak akan mungkin ada cukup waktu bagi Vey untuk menghin-

Dugh.

Bola basket yang Aidan lempar tepat mengenai kepala Vey dengan sangat keras. Kepala Vey langsung berputar-putar. Tubuhnya terjatuh menyamping di atas kursi tribun. Terdengar samar-samar suara tawa banyak orang di sekelilingnya.

Vey masih belum sanggup untuk bangkit dari posisinya saat air mata mulai bercucuran dari kelopak matanya. Dadanya sesak sekali.

"Vey, lo nggak apa-apa?"

Vey tahu sekali kalau itu suara Calvin yang samar-samar terdengar cemas. Calvin membantu Vey membetulkan posisinya kembali seperti semula. Mata Vey masih terpejam. Kepala Vey masih terasa berputar-putar.

Pegangan Calvin di kedua sisi tubuh Vey terlepas. Saat itu juga Vey memaksakan diri untuk membuka mata, ingin tahu apa yang terjadi. Tatapan mata Vey langsung terfokus pada Calvin yang berjalan cepat ke arah Aidan yang masih tersenyum puas.

Tanpa pikir panjang, Calvin mendorong kedua bahu Aidan dengan keras, membuat Aidan terlonjak kaget dengan perlakuannya yang tiba-tiba.

"Lo bener-bener nggak ada otak, Dan!" teriak Calvin di depan wajah Aidan. "Mau lo apa?!"

Aidan balas mendorong Calvin tanpa takut. "Predikat lo apa sih? Hero of the day?"

"Jaga mulut lo yang kayak cewek itu!"

The Gloomy Girl (E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang