#11 salah tingkah

667 78 9
                                    

Pandangan Vey menatap sekeliling, mencari keberadaan Calvin. Cowok itu bilang dia baru saja sampai. Tidak sampai lima menit, Vey berhasil menemukan Calvin.

Tamu yang datang memang tidak terlalu banyak, hanya kerabat dan kolega dekat dari Aryo dan Nora. Jadi, tidak begitu sulit untuk menemukan Calvin di antara kerumunan tamu.

"Wow, garden party," ucap Calvin setelah sampai di hadapan Vey. Dia memerhatikan sekeliling sambil mengangguk-angguk. "Good taste."

Vey menatap penampilan Calvin dari atas ke bawah. Kemeja putih yang dipakainya dibaluti oleh jas kasual yang sangat pas di tubuh cowok itu. Calvin mengenakan celana jins hitam di kakinya yang panjang. Rambutnya disisir rapi, tidak seperti biasanya.

"Lo cantik banget, Vey," kata Calvin dengan senyum simpul.

Vey menelan ludah susah payah. "Lo bilang begitu supaya gue muji penampilan lo 'kan, Cal?"

Calvin malah tertawa. "Gue serius, lo beneran cantik, Vey. Kalau lo muji penampilan gue juga, lo bakal kelihatan lebih cantik lagi deh."

Vey tertawa dalam hati.

"Apalagi kalau lo senyum ke gue setelah gue muji penampilan lo," tambah Calvin dengan wajah jahil. "Lo pasti bakal kelihatan lebih dan lebih cantik lagi."

Vey menghela napas, lalu berbalik badan. "Ya udah, yuk, ke Mama dan Om Aryo dulu."

"Lo aneh deh, Vey." Calvin menyamakan langkah, lalu tanpa aba-aba dia meraih tangan Vey, menggenggamnya. "Cowok keren kayak gue kok dianggurin."

Dada Vey mulai bergemuruh. "Seriously, Cal? Holding hands?"

"Nggak seneng pegangan tangan sama gue?" Calvin menaik-turunkan alis.

Vey tersenyum dalam hati. Perasaannya senang sekali. Dia tidak menjawab lagi, membiarkan Calvin menarik tangannya menuju pelaminan.

Ah, pemikiran itu membuat perasaan Vey lebih tidak karuan. Padahal maksudnya 'kan pelaminan milik Nora dan Aryo.

Setelah sampai di hadapan pasangan pengantin itu, Calvin melepas genggaman tangannya pada tangan Vey sebelum memberikan selamat dengan sopan. Tidak berapa lama, Calvin meraih tangan Vey lagi, seperti takut Vey diambil orang. Vey melihat tatapan Nora yang penuh arti menatapnya, membuat Vey salah tingkah seketika.

"Kamu temannya Vey?" tanya Aryo kepada Calvin.

Calvin mengangguk dengan senyum tipis. "Iya, Om. Saya Calvin."

Nora tersenyum hangat kepada Calvin. "Terima kasih karena sudah repot-repot datang kemari, Calvin."

Calvin mengangguk, masih dengan senyum sopan. Lalu dia meminta izin untuk beranjak dari sana. Tangan Vey masih digenggamnya saat mereka berjalan ke arah meja yang terisi penuh dengan berbagai macam minuman di atasnya.

Calvin mengambil sebuah gelas lalu meminum isinya. Saat melihat Vey hanya diam, Calvin berkata, "Minum, Vey. Lo nggak haus?"

Tentu saja Vey haus. Apalagi sejak tadi Calvin memegangi tangannya dengan erat. Bagaimana tenggorokan Vey tidak kering?

Jessica yang sejak tadi tidak tampak batang hidungnya tiba-tiba muncul. Cewek itu mengambil segelas minuman dari meja di dekat mereka. Saat menyadari keberadaan Vey, Jessica yang awalnya ingin beranjak, berhenti sejenak.

"Cal, ini Jessica," ujar Vey, merasa perlu mengenalkan mereka berdua. "Anak Om Aryo, saudara tiri gue."

Calvin mengangguk-angguk, lalu menyodorkan tangan kanannya ke arah Jessica. "Calvin."

The Gloomy Girl (E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang