#17 she's a freak

581 63 5
                                    

Sepulang sekolah esok harinya, Calvin semakin merasa buruk soal kemarin. Dia bodoh sekali. Kenapa kepalanya tidak bisa berpikir positif dengan segala kemungkinan tentang apa yang salah dalam diri Vey yang membuatnya berbeda sekali dengan orang lain?

Calvin terlalu mudah menyerah. Hanya karena usahanya yang sebenarnya tidak terlalu besar untuk mengubah hidup Vey yang kelihatannya kurang menyenangkan itu akhirnya gagal, Calvin menyimpulkan bahwa Vey yang menyebabkan dirinya sendiri terjebak dalam segala masalah.

Lagipula, siapa orang yang akan menyembunyikan hal seperti itu kepada semua orang, minimal teman terdekat? Bagaimana Calvin akan tahu tentang kelainan Vey kalau cewek itu tidak pernah memberitahunya?

Tapi Calvin sadar tahu Vey bukan tidak ingin memberitahunya, Vey hanya belum siap. Mungkin takut akan bagaimana respon Calvin terhadap kenyataan itu. Tapi bagaimana Vey akan tahu kalau dia tidak pernah mencoba? Dan apa iya Vey menganggap Calvin setidak punya otak itu?

Vey mengabaikan segala pesan dan teleponnya. Bahkan cewek itu tidak masuk sekolah hari ini. Entah apa alasannya. Mungkin ingin menghindari Calvin. Semoga saja bukan hal buruk.

Setelah membulatkan tekad dan keberanian, Calvin turun dari motor dan segera menuju pintu rumah Vey. Dia sudah cukup memberi Vey ruang untuk sendiri dan tidak berkontak dengannya. Calvin harus meminta maaf kepadanya sekarang juga.

Saat pintu terayun terbuka, Calvin berharap sekali agar Vey yang membukakannya pintu. Tapi ternyata yang muncul Aidan. Calvin hampir bertanya apa yang cowok itu lakukan di rumah ini sebelum akhirnya dia teringat kalau Aidan adalah pacar Jessica, saudara tiri Vey.

Tidak penting, Calvin harus menemui Vey sekarang juga.

"Lo ngapain?" tanya Aidan langsung.

"Gue mau ketemu Vey."

Aidan menaikkan sebelah alis. "Vey nggak ada di rumah."

Calvin tertawa sinis. "Do you really expect me to trust you?"

"Do you really expect me to lie to you?" Aidan balas dengan tawa yang sama menyebalkan. "Why would I?"

"Karena lo nggak suka Vey sama gue. Cuma itu yang jelas di mata gue, Dan. Only God knows why."

Aidan membuka pintu selebar mungkin dengan ekspresi kesal setengah mati. "Lo makin ngelantur. Periksa sendiri dan liat apa gue bener-bener bohong kayak yang lo bilang."

Calvin langsung masuk tanpa permisi. Sebenarnya dia tidak tahu apa-apa tentang isi rumah ini dan kemungkinan Vey akan berada di ruang bagian mana. Tapi apa yang harus Calvin lakukan selain sok tahu? Bertanya pada Aidan? Jangan harap.

"Dan, siapa yang dateng?" tanya Jessica saat menuruni tangga. Ekspresi cewek itu bingung saat melihat kedatangan Calvin di rumah ini. "Calvin?"

Calvin mengangguk. "Gue mau ketemu Vey. Can you please tell me where—"

"Vey di rumah sakit," potong Jessica dengan wajah tak peduli sambil berjalan entah kemana. "Di sini cuma ada gue sama Aidan sebelum lo dateng."

Kening Calvin mengernyit dalam. "Rumah sakit? Kenapa bisa?"

Jessica mengedikkan bahu dengan senyum simpul. "Silahkan tanya langsung ke Vey."

Calvin sadar sekali ada yang tidak beres dengan senyum yang tiba-tiba terukir di wajah Jessica kali ini.

×

"Rumah sakit, huh?" tanya Aidan seraya mendudukkan diri di sofa ruang keluarga setelah Calvin pergi dari rumah ini.

Jessica mengangguk. "Indeed."

Kening Aidan berkerut samar. "Kenapa? Jatuh dari tangga karena cewek kaku itu terlalu bodoh?"

Jessica menggeleng. "Gara-gara gue."

"Hah?"

Jessica duduk di sebelahnya setelah meletakkan dua air dingin di atas meja. Cewek itu langsung menyandarkan tubuhnya di dada Aidan lalu mengangguk lagi. "Gue dorong dia sampai jatuh. Gue nggak berintensi untuk menyebabkan Vey masuk rumah sakit sebenernya, tapi nyatanya kakinya yang masih sakit itu jadi makin parah setelah jatuh."

"Wh-what did you just say?" Entah apa yang salah dengannya. Aidan juga tidak berharap akan mengeluarkan suara gagap seperti itu.

"Apaan sih, Dan?" Jessica mengernyit. "Kok kaget banget?"

"You must be kidding me."

"Maksud lo?"

Aidan menggeser tubuhnya sehingga Jessica ikut menegakkan badan. Dia menatap Jessica dengan tatapan paling serius yang dia punya. Aidan benar-benar tidak percaya Jessica bisa melakukan hal seperti itu ke saudaranya sendiri.

Mengingat segala hal yang Vey lakukan untuk Jessica, Aidan tidak menyangka Jessica ternyata setidak tahu diri itu. Vey bahkan bersedia untuk berbicara secara langsung kepada Aidan dan memperingatinya.

"Kenapa lo dorong dia?" Aidan tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Kernyitan di dahi Jessica makin dalam. "Lo kenapa sih? Bukannya itu jadi kabar baik buat lo?"

"Lo yang kenapa?" potong Aidan penuh emosi. "Dia itu saudara lo, Jess."

"Lalu hal itu jadi alasan kenapa gue nggak boleh ganggu dia?" Jessica tertawa sinis. "Lo bahkan nggak butuh alasan apapun."

"She's a freak in our school. Itu alasan gue. Tapi lo?" Aidan menggeleng tak percaya. "Lo nggak bisa jadiin tindakan gue sebagai motivasi, Jess. Gue gangguin Vey bukan buat pamer ke lo supaya lo bisa meneladani kelakuan gue. Dan sekali lagi gue bilang, dia itu saudara lo."

Mulut Jessica menganga karena tidak menyangka Aidan akan berkata begitu kepadanya. "Jadi, gue salah? Cuma gue yang salah? Lo kemana aja, Dan?"

"Gue udah bilang—"

"Itu nggak ngasih lo hak juga untuk gangguin dia!" bantah Jessica. "Lo lupa siapa yang bikin kaki Vey terkilir, in the first place?"

Aidan tidak membalas. Dia tahu itu memang salahnya dan teman-temannya yang semakin lama semakin kelewatan. Tapi kenyataan itu tidak membuat emosi Aidan menghilang begitu saja mengetahui Jessica melakukan perbuatan menjengkelkan itu. Vey sampai masuk rumah sakit karenanya dan Jessica tidak merasa bersalah sedikitpun.

Kenyataan itu benar-benar tidak normal.

"You're insane." Aidan tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakan itu.

Karena itu, lagi-lagi Jessica tertawa sinis. "Okay, I am insane and I'm breaking up with you."

Cewek di hadapan Aidan benar-benar tidak waras. Untung sekali baginya karena Jessica memutuskan hubungan mereka sebelum Aidan jadi ikut gila karenanya.

Tanpa membalas apapun lagi, Aidan bangkit dan berjalan cepat meninggalkan tempat ini.

÷×÷

a.n

ow, its kinda emotional to me. but what do you guys think?

anyway, see you! xo.

The Gloomy Girl (E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang