part 11

1K 35 0
                                    

“Apakah gue di takdirkan untuk merasakan siksaan ini? Apakah gue hanya dibutuhkan untuk menjaga seseorang yang sudah dimiliki? Apa gue hanya di takdirkan untuk meneteskan air mata ini terus dan menerus? Apa gue harus ngerasain rasanya pedihnya perjodohan ini?”

Riana memberhentikan mobilnya di apartemennya, kak Dimas tidak tau bahwa ia pergi ke apartemen. Riana sudah bilang sama bik Rimah agar melakukan apa saja yang biasanya di lakukan oleh Riana dan menyuruhnya untuk mengabari apa yang terjadi dirumah. Riana lalu masuk ke kamar nya dan ia menangis dan menyalahkan dirinya

“kenapa sih, kak Dimas gk pernah ngehargain gue, apa gue gk cocok jadi seorang istri?” tanyanya dalam hati
Lalu Riana menelpon sahabat nya yaitu Fera

“fer tolong datang ke apartemen gue” suruhnya lewat telpon

“iya” Fera hanya menjawab iya pasti Riana memiliki masalah karena belakangan hari ini seperti ada masalah setelah ia menikah Fera lalu menjalankan motornya

Setelah beberapa saat terdengar bel apartemen berbunyi Riana lalu berjalan menuju ruang bawah dan menuju ke pintu untuk melihat siapa datang dan benar saja itu adalah Fera

“Fer… Fer….” Riana memeluk Fera dan lalu menangis di pelukan sahabatnya

“Riana kasik gue duduk dulu baru lo ceritain ke gue” lalu mereka berjalan menuju ruang tamu mereka duduk bersebelahan

“Riana gimana lo akhir-akhirini lo kaya ada masah cerita sama gue dong?” tanyanya

“gue gk bisa cerita banyak masalah yang gue alamin, tolong jangan Tanya itu, gue butuh seseorang disamping gue”

“ok, lo boleh nangis sepuas nya sama gue” Fera langsung memeluk sahabatnya dengan erat lalu Riana menangis yang membuat baju Fera dibasahi oleh air mata Riana. Mereka berdua menganggap mereka sebagai sahabat, sekretaris dan bos, juga sebagai saudara

“Riana kekamar aja mungkin kamu lelah” ajak Fera karena Riana terlihat pucat mungkin ada masalah sangat besar yang belum di ketahui oleh Fera lalu mereka rebahan di kasur Riana, Fera masih tetap memeluknya hingga Riana pun tertidur tapi tidak dengan Fera

“aduh gue tinggalin Riana sebentar aja gue laper banget nih” grutunya dalam hati dan melepaskan pelukannya kepada Riana dan lalu menuju kedapur setelahnya mengambil cemilan di dapur Riana, Fera lalu duduk di sofa bagian dalam kamar Riana yang sudah tersedia tv dan yang lainnya pada saat Fera memakan cemilannya, Fera sesekali melihat ke arah Riana betapa tenangnya ia saat tidur tidak saat tadi yang terus saja menangis tapi ada hal yang aneh di bagian bibir Riana, ya Fera melihat bekas luka tamparan dari Dimas yang masih terlihat bekasnya

“loh itu kayak nya ada luka di bagian samping bibir Riana deh” lalu Fera mendekati Riana dan benar saja

“benerkan itu luka, apa gara-gara ini Riana menangis” Fera tidak tau bahwa air matanya mulai jatuh dan mengenai pipi Riana dan Riana pun terbangun

“Fera lo ngapain?” sambil mengucek-ngucek matanya supaya Riana melihat jelas karena terasa ada air yang mentes di pipinya

“Fer lo nangis ya?” tanyanya

“gk kok” sambil mengusap-ngusapkan air matanya yang tak sengaja jatuh, Fera tak mau ia bertanya tentang luka itu pasti kejadian itu sangat menyakitkan, takut sahabatnya itu akan menangis lagi karena ia baru saja Riana selesai menangis

“kenapa sih lo gk curhat dari kemarin kalau lo ada masalah” tanyanya dalam hati untuk Riana

“Fer kita jalan-jalan yuk” Riana mengajak Fera untuk jalan-jalan ia ingin melupakan kejadian itu

Dan Fera mengikuti Riana karena ia ingin membahagiakan sahabatnya yang dulu emang gk pernah sesedih ini “ayok”

Mereka lalu berangkat ke salah satu Restoran

“Riana kita makan banyak yuk, tapi lo yang bayarin ya”

“ih apan sih lo, masak lo yang ngajak makan banyak tapi malahan gue yang bayarin lo”

“pliss ya”

“oke deh” jawabnya

Saat mereka makan tak sengaja Riana melihat arah pojokan yang menampilkan seseorang yang sering ia lihat, ya benar itu adalah kak Dimas tanpa di sadari oleh Riana air matanya mulai jatuh lagi dan Fera lalu melihat kearah pojokan tersebut betapa terkejutnya dia meliht suami bos nya tersebut berduaan bersama perempuan lain

“Riana kita jalan-jalan yuk” sebenarnya mereka belum selesai makan namun Fera mengalihkan keadaan untuk selesai makan dan makanan yang sangat banyak tersebut Fera menyuruh pelayan untuk membukusnya

“Riana lo tunggu di mobil aja ya” suruhnya, namun Riana tak mau menurutinya malahan ia menangis dengan cepat Fera membayar dan membawa makanan dan mengajak Riana masuk ke mobil

Saat ini Fera sudah tau bagaimana keadaan keluarga Riana saat ini

“Riana udah jangan itu di pikirin, katanya kita mau senang-senang” Fera tau gimana rasa sakit itu karena Fera pernah mengalami itu saat ia berpacaran pada masa SMA yang dimana Fera diselingkuhi oleh kekasihnya sendiri dan Fera Melihat bermersaan dengan wanita lain yang pada saat itu mereka ada di restoran yang sama dan disamping Fera ada Riana

“tapi Fer gue rasanya gk sama sekali gk diaggap sama dia”

“iya Riana, tapi pliss jangan nangis dong kita seneng-seneng sekarang ya”

“ok” sambil menghapus air matanya

“kita ke mall aja yuk” Riana hanya menjawab dengan anggukan

Selama perjalanan ke mall Fera lah yang mengemudi mobil Riana, Fera tidak pernah melihat suasana hati Riana seburuk ini biasanya mereka mau dimana pun selain di kantor mereka pasti bercanda-canda gk jelas tapi beda saat ini hari ini adalah hari pertamakalinya berbeda

Setelah selesai berbelanja di perjalanan Fera bahagia melihat Riana saat ini sudah melupakan hal yang sangat buruk tersebut

“Riana lo mau di apartemen, di rumah lo, apa di…”

“gue mau ke rumah kak Dimas aja” jawabnya datar

“gue anterin ya nantik gue pulang naik taxsi aja” Fera takut nanti saat di perjalanan Riana mengemudi melamun taku terjadi apa-apa dengannya

“oh ok”jawabnya biasa saja

Setelah sampai dirumah sudah terlihat mobil berwarna hitam, ya itu adalah mobil suaminya, Fera lalu memarkirkan mobil Riana

“Riana nih kunci mobil lo”

Riana lalu mengambil kunci mobilnya tanpa bilang apa-apa

“ok, kalau gitu aku pulang ya” Riana hanya membalas dengan senyuman saja

Lalu Fera pergi menggunakan taxsi dan Fera lalu masuk kedalam rumah, saat Riana menuju dapur terlihat lah dua orang yang sedang asik menonton Film dan bercandaria di ruang tamu siapa lagi kalau bukan pacarnya kak Dimas, namun ada suara yang membuat Riana berbalik badan

“eh non udah pulang, mau bibik buatin makanan?” Tanya bik Rimah untuk mengalihkan tatapan mata Riana

“gk bik” jawab singkat dan sopan lalu Rian meninggalkan bik Riamah dan menuju kamar kak Dimas

Saat di kamar tak ia sangka lagi dan lagi cairan bening itu keluar lolos dari matanya

“apakah gue di takdirkan untuk merasakan siksaan ini? Apakah gue hanya dibutuhkan untuk menjaga seseorang yang sudah dimiliki? Apa gue hanya di takdirkan untuk meneteskan air mata ini terus dan menerus? Apa gue harus ngerasain rasanya pedihnya perjodohan ini?” tanyanya dalam dirinya sendiri

Riana lalu tidur disofa dengan air mata yang terus mengalir

Jam sudah menunjukan pukul 01.00 pagi Riana melihat seseorang yang tidur di kasur namun ini beda seseorang itu tidak sendiri betapa kagetnya Riana…….

Bersambung
Jangan lupa vote ya
🦀🦀🦀

My lovely boy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang