Chap 19

3.2K 292 22
                                    

Bekerja bukanlah hal yang sulit menurut Jungkook. Bahkan sangat menyenangkan. Selain bisa mengisi waktu, juga bisa menambah teman, dan yang terpenting... bisa menambah isi dompetnya.

Jungkook memang bukan terlahir dari keluarga kurang mampu, tetapi hal yang selalu diajarkan orang tuanya adalah hal-hal yang berbau sederhana. Prinsip mereka adalah 'mewah pada tempatnya, hiduplah dengan sederhana agar kita bisa tahu kesulitan dari mereka yang kurang mampu dalam finansial'.

Itulah mengapa rumahnya tidak bisa dibilang sederhana bahkan mewah, tapi hidupnya sederhana. Maka dari itu, Jungkook lebih memilih kerja di perusahaan lain ketimbang meneruskan perusahaan appanya. Ia hanya tidak ingin dicap sebagai anak yang hanya bisa mengandalkan orang tuanya untuk masa depannya.

Tapi itu hanya sementara, karena mau tidak mau perusahaan appanya pasti akan diteruskan olehnya mengingat Jungkook merupakan putri satu-satunya di keluarga Jeon.

Jadi, sebelum semua itu harus diemban olehnya ia memilih untuk bekerja di perusahan lain sekaligus menikmati masa-masa bebasnya sebelum sibuk menjadi pemegang kendali perusahaan appanya.

Oleh karena itu, dia mengecap bekerja sebagai hal yang menyenangkan.

Seperti saat ini, dia sibuk mengatur jadwal bosnya untuk beberapa pertemuan dan rapat penting. Baik itu di kantor maupun di luar.

Jika Jungkook sangat bersemangat, beda lagi dengan seonggok daging didepannya ini. Dia terlihat lelah. Wajar saja karena dia merupakan pemilik perusahannya yang mana tugasnya sudah pasti sangat banyak.

"Pukul dua siang nanti akan ada rapat dengan pemilik Grape Inc. Mengenai perkembangan perusahaan kita dan juga mengenai saham."

Taehyung hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kemudian pukul setengah empat nanti ada pertemuan dengan kolega anda secara privacy."

Lagi-lagi, Taehyung hanya menganggukkan kepalanya.

"Dan pukul enam sore nanti akan diadakan rapat kembali."

Merasa tidak ada respon, Jungkook mengalihkan pandangannya pada Taehyung yang masih menganggukkan kepalanya berulang-ulang seraya menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan.

'Aigoo, untung kau itu bosku. Coba kalau bukan, sudah ku lempar ke kandang singa.' gerutu Jungkook yang merasa kesal.

"Ekhem, sajangnim. Maaf mengganggu waktu anda, tapi saya harap anda mende-"

"Aku mendengarkan semua ucapanmu."

Ah, ternyata pria ini tidak tertidur. Seperti yang terlihat, dia sangat kelelahan mungkin itu alasannya menelungkupkan kepalanya. Tapi untungnya Taehyung masih bisa mendengar ucapannya.

"Kalau begitu saya permisi kembali ke meja saya."

"Tunggu." Seru Taehyung yang masih menundukkan kepalanya.

"Ne sajangnim?"

Perlahan Taehyung mengangkat kepalanya dan langsung menatap manik sekretarisnya. "Kau ikut denganku saat bertemu kolega nanti."

Bukan pernyataan apalagi pertanyaan, melainkan sebuah perintah mutlak yang mau tidak mau harus dilaksanakannya.

"Tapi sajang-" perkataan Jungkook terhenti setelah melihat tatapan tajam dari bosnya yang artinya ia sangat tidak suka jika Jungkook menolak.

"B-baik, saya ikut." Jungkook pun kembali ke mejanya dengan sedikit terburu-buru hingga hampir terjatuh.

'Ahh, harusnya aku tahu kalau dia tak bisa dibantah.' batin Jungkook.

Is He My Bo(y)ss??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang