Chapter 14

2.9K 205 72
                                    

DON'T FORGET TO LEAVE VOMMENTS, HUN:))

WARNING!! ADA ADEGAN DEWASA.
YANG MASIH KECIL, SILAHKAN MENJAUH.
YANG MASIH JAUH, SILAHKAN MENGECIL. #Eh

-------------------------------------------

Harry's POV

Aku memarkirkan mobilku diperkarangan penthouse.

Keluar dari mobil, kemudian menutup pintunya dengan perasaan kesal dan marah.

Masalah dikantor saat ini membuatku benar-benar kalut. Nyaris tak bisa menggunakan nalarku dalam berpikir.

Saat sampai didalam, aku langsung menuju dapur. Meminum apapun yang dingin dan bisa meredamkan amarahku yang sudah diubun-ubun.

Aku sedikit merasa bersalah pada Zayn karena telah menuduhnya sebagai penyabotase barang perusahaan.

Sungguh, aku tak benar-benar bermaksud seperti itu.

Anggaplah tadi itu aku sedang tak bisa mengontrol emosi. Atau simple-nya... Anggap saja yang marah tadi bukan aku.

Pandanganku tiba-tiba saja tertuju pada pintu kamar utama disini, tepatnya di lantai 2.

Sedikit penasaran apakah gadis itu masih marah karena aku menyita ponselnya atau tidak.

Aku meletakkan botol mineral diatas meja makan, lalu tanpa banyak berpikir langsung melangkahkan kakiku menuju kamar utama.

"Aahh~"

Sesampainya diatas, mataku langsung terbelalak kaget saat mendengar suara desahan seorang gadis dari dalam kamarku.

Pikiranku sudah kemana-mana. Otak kiri dan kananku pun sudah tak bisa berpikir jernih lagi.

Apa yang dilakukan gadis itu didalam sana??

Tanganku meraih knop pintu, aku akan mencari tahu apa yang ia lakukan.

Bisa saja kan' ia melakukan hal yang tidak-tidak dikamar pribadiku?
Misalnya seperti-- menyentuh diri sendiri, atau disentuh Bodyguard-ku sendiri.

Aku membuka knop pintu dan masuk dengan perlahan. Namun saat sudah berada didalam, yang kulihat begitu jauh dari ekspektasi.

Gadis itu hanya sendirian disana, sedang membungkuk seperti mencari sesuatu dibawah ranjangku.

Kukira ia yang mendesah, rupanya itu hanya desahan dari kaset pribadiku.

Wait-- Apa?!! Kasetku!

"Apa yang kau lakukan?"

Bisa kulihat, ia yang sedang terburu-buru mengarahkan remote TV ke layarnya langsung mengalihkan pandangan kearahku.

Wajahnya kelihatan sangat terkejut. Mulutnya pun sedikit terbuka karena reaksi dari rasa terkejutnya itu. Aku tahu.

"A-aku... Aku hanya... H-hanya itu..." dengan terbata-bata, ia berusaha menjawab pertanyaanku. Wajahnya ikut memucat karena ketakutan.

STRIPPER√ [H.S] [B.P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang