Chapter 35

1.6K 169 58
                                    

DON'T FORGET TO LEAVE VOMMENTS:))

Tadinya penn update cepet, cuma dari tadi w keasikan nonton Ishq Mein Marjawan😂😂

Maap yakk.
--------------------------------------

Author's POV

"Kakak ipar galak juga ya? Aku jadi takut bertemu dengannya lagi,"

Rhea tertawa mendengar apa yang baru saja Harry katakan ketika mereka baru memasuki kamar utama.

Setelah bertemu dan menjelaskan semuanya pada Richard tadi, selama diperjalanan pulang, Harry tak henti-hentinya mengoceh tentang Richard.

"Sebenarnya, dia itu orang yang sangat baik dan penyayang. Mungkin tadi dia hanya shock saja." balas Rhea dan Harry hanya manggut-manggut mengerti.

"Semoga Putri Ayah ini tak akan menjadi se-galak Uncle Richard ya?" Harry berujar gemas seraya menggosok-gosokkan ujung hidungnya pada permukaan perut Rhea.

Rhea terkekeh pelan melihat tingkah Harry yang memang sangat berbeda hari ini. Tepatnya, semenjak Richard memberikan bogem mentahnya pada wajah tampan Harry.

"Apakah masih sakit?" tanya Rhea, tangannya mengusap pipi Harry membuat pria itu menegakkan tubuhnya perlahan.

Harry tersenyum, tangannya turut memegang tangan Rhea yang berada dipipinya. "Tidak, sudah tidak sakit. Kan' tadi sudah kau obati saat di kantor," jawab Harry.

Rhea mengernyit, ia tak merasa sudah mengobati memar-memar pada wajah Harry saat di kantor tadi.

"Kapan? Aku tidak perna--- Harry!!" Rhea yang baru ingat akan apa yang dimaksud oleh Harry langsung mencubit lengan pria itu.

Otaknya tidak pernah bisa jauh dari hal-hal berbau mesum.

Harry tertawa kencang melihat Reaksi yang ditunjukkan oleh Rhea, lalu detik berikutnya ia langsung menarik Rhea kedalam pelukannya.

Rhea menurut, menempelkan telinganya di permukaan dada bidang Harry sehingga membuat Rhea dengan mudah bisa mendengarkan detak jantung Harry yang berdetak seirama disana.

Hening.

Baik Harry maupun Rhea tak mengucapkan sepatah katapun. Hanya saling memeluk dan menyelami pikiran masing-masing.

Rhea berpikir, apakah Harry benar-benar mencintainya dan akan segera menikahinya.

Sedangkan Harry, ia berpikir, apakah ia benar-benar yakin akan menikahi Rhea.

Hanya itu pertanyaan Harry, selebihnya--- ia sudah sangat yakin.

Ia mencintai Rhea.

----------------------------------------

Satu minggu kemudian...

"Susah sekali dia untuk dihubungi. Tidak seperti biasanya,"

Zayn menaruh kembali ponselnya kedalam saku. Ia sedikit merasa kesal karena sejak pagi tadi Harry belum juga datang ke kantor, bahkan nomornya pun sangat sulit untuk dihubungi.

"Zayn, makanlah dulu. Kau melewati sarapanmu hanya karena deadline. Aku tak ingin kau jatuh sakit," ujar Alle seraya mengusap pundak bagian belakang Zayn.

Zayn menoleh kesamping, menatap kekasihnya itu dengan sedikit terkekeh.

"Untung saja aku punya kau, Boo. Gadis cerewet yang selalu memperhatikan kesehatanku, jadi--- aku tak perlu Dokter." ujar Zayn tersenyum genit.

STRIPPER√ [H.S] [B.P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang