DON'T FORGET TO LEAVE VOMMENTS:))
------------------------------------
Author's POV
"Maaf, Tuan. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi-- istri dan anak anda tidak bisa kami selamatkan."
Tenggorokan Harry terasa tercekat saat mendengarkan perkataan Dokter yang menangani Rhea.
Bumi yang ia pijak seakan runtuh dalam sekali lontaran kalimat saja. Ia merasa kesulitan bernapas sampai-sampai membuatnya ambruk dengan pandangan kosong dilantai rumah sakit.
Reina yang juga ada disana, ikut berjongkok. Merengkuh tubuh Harry yang yang bahkan seperti telah tak bernyawa.
"T-tidak. Tidak mungkin mereka mati. Tidak mungkin mereka meninggalkanku. Mereka tidak boleh melakukannya!!! Mereka tidak--"
"Tenanglah, Harry. Tenanglah... Mom tahu kau sangat terpukul dengan ini semua," Reina memotong ucapan Harry, berusaha menenangkan putra satu-satunya tersebut.
"Mom... Rhea tidak mungkin melakukan itu kan, Mom?? Dia tidak mungkin pergi dan membawa anak kami kan'???" dengan suara bergetar, Harry mengadu pada Ibunya. Namun Reina memang tak bisa berbuat banyak, hanya kata-kata penenanglah yang bisa ia berikan kepada Harry.
"Kalau saja istri anda dilarikan ke rumah sakit lebih cepat, ada kemungkinan ia bisa diselamatkan. Tapi, kami benar-benar minta maaf. Semuanya sudah terlambat," imbuh sang Dokter lagi.
Harry tak membalas apa-apa. Perlahan air matanya yang sedari tadi ia tahan, ia biarkan jatuh begitu saja.
Kenapa? Kenapa Rhea dan anak itu harus pergi?? Bahkan disaat seperti ini.
Disaat---- Harry mulai mencintai gadis itu dan juga ia telah menerima kehadiran janin dikandungannya. Ia bahkan belum bisa membahagiakan keduanya.
"A-aku ingin bertemu Rhea. Aku ingin melihatnya," Harry bangkit dari bersimpuh. Ia seperti orang kalang kabut yang tetap keukeuh untuk menemui Rhea.
"Maaf, Tuan. Untuk saat ini, anda belum bisa menemui istri anda." ujar Dokter tersebut.
Rahang Harry mengeras seketika. Ia nampak kesal karena Dokter itu melarangnya bertemu dengan Rhea.
"Kenapa?!! Aku ingin menemui istri dan anakku, Sialan!!" Harry berteriak memaki Dokter itu, ia juga berusaha meloloskan diri dari pegangan sang Ibu.
"Lepaskan aku, Mom. Aku ingin bertemu Rhea!!"
"Harry, kumohon kau tenanglah dulu, Nak." ujar Reina sambil mengusap-usap pundak anaknya.
Jujur, ia juga tak sanggup melihat keadaan Harry yang tak terkontrol seperti ini.
"Tuan, anda baru bisa bertemu dengan istri anda setelah beliau dipindahkan ke kamar jenazah," Dokter itu memberitahu.
"Apa katamu?? Kamar jenazah?? Kau pikir Rhea sudah mati??!! Kau pikir ia sudah tidak bernyawa??!! Dengarkan aku Dokter sialan, istriku belum mati. Dia masih hidup!!! Kau tidak bisa seenaknya saja memindahkan dia ke tempat terkutuk itu!!! DIA BELUM MATIIII!!!!" Harry menjerit histeris seraya kedua tangannya mencengkram kuat kerah jas putih yang dikenakan Dokter tersebut.
Ia tampak tak terima dengan kenyataan ini, dan itu membuat Reina yang melihatnya merasa tak tega. Sekuat tenaga ia pun berusaha menahan Harry agar tak melukai Dokter itu lebih jauh lagi.
"Harry, Nak. Sadar sayang, lihat Mommy. Hey, dengarkan Mommy... Rhea sudah tidak ada, Nak. Dia sudah tenang disana. Kau tidak boleh seperti ini, kau harus bisa menerima kenyataan," Reina ikut menangis saat mencoba memberikan penjelasaan pada Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRIPPER√ [H.S] [B.P]
Random[COMPLETED] © Copyright by Staywithstyles , March 2019. BIG WARNING! MATURE CONTENT 18+. DILARANG KERAS MENIRU ATAU MENJIPLAK CERITA INI. BAIK BANYAK MAUPUN SEDIKIT. KARENA BUATNYA SUSAH:) INI HANYA CERITA FIKSI, JANGAN BAPER. BILA ADA KESAMAAN NAMA...