Chapter 3

3.4K 220 6
                                    


Don't forget to vomments guys:)
Typo banyak.

-----------------------------------------

Rhea's POV

Aku berjalan menyusuri jalanan kota London yang mulai sepi, hanya ada beberapa kendaraan dan orang yang lalu lalang karena waktu memang telah menunjukkan pukul 10 malam.

Mataku mulai terasa perih.
Airmata yang sedari tadi berusaha kutahan, bahkan telah membanjiri kedua pipiku dan berhasil membuatku jadi pusat perhatian orang-orang yang sedari tadi berpapasan denganku.
Aku tak memperdulikannya, yang ingin kulakukan saat ini hanya menangis. Karena memang itu yang bisa membuatku sedikit merasa tenang saat ini.

Merasa kakiku sudah lelah berjalan, aku memutuskan untuk duduk dibangku depan mini market tadi. Aku ingin menenangkan pikiran dan tangisanku sejenak.

"Fuck!" aku mendesis pelan sambil memukul paha kananku.

Semua hal yang terjadi padaku benar-benar membuatku seakan-akan menjadi orang paling sial didunia ini.

Tangisku semakin menjadi-jadi kala mengingat setiap detik hidupku yang telah kulalui. Mulai dari putus sekolah, dibenci oleh ibu kandungku sendiri, ayahku yang sedang sakit, dan sekarang? Aku ditawarkan menjadi seorang Stripper oleh seseorang yang baru ku kenal.
Memang menjadi Stripper bukan berarti menjadi pelacur, tapi bagiku itu sama saja. Sama-sama merendahkan harga diriku.

Aku menenggelamkan wajahku dikedua telapak tangan agar tak ada satu orang pun yang mengetahui bahwa aku sedang menangis.

"Hey, Nona. Are you okay?"

Aku mendongakkan kepalaku saat kurasakan sebuah tangan memegang pundak sebelah kiriku. Sedikit mengelap mata agar menjernihkan pandanganku yang buram karena menangis tadi.

Saat pandanganku sudah benar-benar jernih, mataku langsung membulat sempurna kala melihat figur seorang pria yang menjadi salah satu kesialanku hari ini.

"KAU??"

Kami secara bersamaan berucap dan saling menuding satu sama lain saat wajah kami telah bertatapan. Akupun sudah bangkit dari kursi tadi.

"Kau pria gila yang membuat keributan di apartemen tadi pagi kan??!!" tanyaku.

"Bukan aku yang membuat keributan, tapi KAU." jawabnya seraya mendorong pelan keningku dengan jari telunjuknya.

"Berani sekali kau--" aku yang tak terima atas tindakannya tadi, hendak mengangkat tanganku untuk menamparnya.

Namun belum sampai aku mendaratkan tanganku dipipinya, aku langsung mengurungkan niatku. Walaupun aku cukup kesal, namun aku tak ingin menambah beban dengan mencari masalah lagi.

"Kenapa tidak jadi? Ini tampar. Apa jangan-jangan, kau takut?" ia bertanya sambil menyeringai remeh padaku.

Tanganku mengepal kuat, mataku pun seperti sudah siap mengeluarkan airnya. Hatiku benar-benar sakit. Aku tidak tahu mengapa, yang pasti ini sangat sakit walaupun sebenarnya yang ia katakan belum ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang dikatakan oleh Mrs. Wade tadi.

Aku menggigit bibir bawahku dengan kuat, berusaha menahan rasa ingin menangis yang sedari tadi kutahan.

Payah kau, Rhea. Kau sangat cengeng!

Logikaku seakan tak henti-hentinya mencaci maki diriku. Dan hal itu justru semakin membuatku ingin menumpahkan tangis yang sedari tadi kutahan.

"Kau menyebalkan!" aku mendorong tubuhnya cukup kuat sebelum akhirnya pergi daro hadapan pria itu.

STRIPPER√ [H.S] [B.P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang