Sedari tadi Vino sibuk memperhatikan Citra yang sedang duduk di kantin bersama teman-temannya. Vino memang sudah lama menyimpan rasa kepada gadis itu. Namun, Citra selalu menolak cintanya dan lebih memilih Vano ketimbang dirinya. Vino juga bingung kenapa Citra masih mengharapkan sahabatnya itu, padahal Vano sendiri sudah pacaran sama Sherin.
Mata Vano memicing ketika ada salah satu cowok menghampiri Citra. Cowok itu sepertinya sedang berbicara serius dengan Citra. Bobby yang sedang makan mie ayam melirik Vino yang sibuk memperhatikan seseorang. Cowok itu mengikuti arah pandang Vino.
"Dari tadi lo lihatin Citra mulu, kalo suka kejar jangan diem aja." ucap Bobby membuat Vino menoleh ke dirinya dan memasang wajah datarnya.
"Gue gak yakin Bob bisa dapatin Citra." ucap Vino pasrah. Baginya Citra itu sulit untuk ditaklukkan. Pasalnya Citra masih mencintai pria lain dan pria itu adalah sahabatnya sendiri.
Bobby meletakkan sumpit mie ayamnya. Cowok itu mengambil es tehnya dan menyeruputnya hingga tersisa setengah gelas. Bobby meletakkan jari telunjuknya di dagu seperti memikirkan sesuatu. Sudut bibirnya terangkat ketika ide cemerlang muncul di otaknya.
"Mendingan sekarang lo deketin Citra terus deh, biar tuh cewek bisa move-on dari Vano." ucap Bobby membuat Vino lagi lagi memasang wajah datarnya.
"Gimana caranya? Lo tau sendiri kan Citra masih ngarep sama Vano. Gue gak yakin bisa berhasil dapatin Citra." ujar Vino pesimis.
"Lo gak boleh pesimis gitu dong, justru ini tuh peluang buat lo. Citra kan pasti masih sakit hati tuh gara-gara diputusin sama Vano dan ditambah lagi Vanonya sendiri udah jadian sama Sherin. Nah lo manfaatin situasi ini buat deketin Citra. Lo deketin dia dan bikin dia senang dan seolah-olah lo itu penyembuh lukanya dia." ujar Bobby menyemangati Vino.
Vino terdiam dan mencoba mencerna ucapan Bobby. Setelah dipikir-pikir ucapan Bobby ada benarnya juga. Vino harus berusaha keras untuk memdapatkan hati Citra. Meskipun bagi Vino itu akan sulit sekali.
"Citra kayaknya mau bayar makanannya tuh, mending sekarang lo ke ibu kantin terus bayar makanannya dia." ucap Bobby membuat Vino mengangguk setuju dan langsung berlari ke ibu kantin.
"Bu, saya mau bayar pesanan cewek itu dong." ucap Vino menunjuk Citra yang sedang berjalan ke arahnya.
"Oh yaudah mas, semuanya jadi lima belas ribu." ucap ibu kantin.
Vino merogoh saku celananya dan mengambil uang sebesar dua puluh ribu dan memberinya ke ibu kantin. Setelah mendapatkan uang kembaliannya Vino segera bergegas pergi dari situ dan kembali ke mejanya menghampiri Bobby yang sibuk memainkan ponselnya.
Vino kembali duduk di kursinya. Cowok itu menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Vino terus memperhatikan Citra dan ingin tau bagaimana respon Citra saat tau bahwa dirinyalah yang membayar semua pesanan Citra.
"Pesanan embak udah dibayar sama mas itu." ucap ibu kantin menunjuk ke arah Vino. Citra pun mengikuti arah telunjuk ibu kantin. Vino? Mata mereka tak sengaja bertemu. Vino langsung membuang pandangannya ke arah lain.
"Yaudah deh bu." ucap Citra. Cewek itu berjalan ke arah meja Vino.
"Citra mau nyamperin gue tuh." ucap Vino menyenggol siku Bobby. Bobby yang sibuk menatap layar ponselnya menoleh ke Vino dan mengikuti arah pandang Vino. Cowok itu tersenyum lalu bangkit dari duduknya.
"Gue ke kelas duluan ya Vin, biar lo bisa berduaan sama Citra. Manfaatin kesempatan ini sebaik-baiknya." ucap Bobby menepuk bahu Vino.
"Nih duit lo gue balikin." ucap Citra meletakkan selembar uang sepuluh ribu dan lima ribu. Vano menoleh ke Citra dan menggeser uang itu.
"Gue ikhlas kok bayarin lo." ucap Vino sambil tersenyum.
Citra kembali memberikan uang itu kepada Vino, "Gue gak butuh bayaran lo." ucapnya.
Vino kembali lagi menggeser uang itu, "Udah Cit gak papa gue ikhlas. Ingat rezeki gak boleh ditolak." ucap Vino membuat Citra pasrah.
"Yaudah deh, thanks." ucap Citra lalu pergi meninggalkan Vino. Namun, dengan cepat Vino menahan lengan Citra membuat Citra terpaksa menghentikan langkahnya.
"Ke kelasnya bareng, kan kelas kita sebelahan." ucap Vino. Citra hanya memutar bola matanya dan kembali melanjutkan langkahnya. Vino mengikuti Citra dari belakang.
Vino mensejajari langkah kakinya dengan langkah kaki Citra. Hal itu membuat Citra sedikit risih. Citra kesal karena tadi teman-temannya pergi duluan ke kelas. Citra belok masuk ke kelasnya saat sudah sampai di depan kelasnya.
"Cit?" panggil Vino dan Citra menoleh memasang wajah datarnya.
"Semangat belajarnya!" ucap Vino seraya tersenyum. Citra memutar bola matanya dan kembali masuk ke kelasnya. Dan Vino pun masuk ke kelasnya yang berada di samping kelas Citra.
●●●
"No bantuin gue kek kerjan nih soal." ucap Vino menatap buku tulisnya yang masih kosong. Sekarang pelajaran matematika. Bu Hani memberikan soal begitu amat banyak ke anak muridnya. Hal itu membuat mereka semua harus berpikir keras untuk memecahkan soalnya.
"Yaudah ntar gue lagi ngitung." jawab Vano masih sibuk dengan tugasnya.
Vino terdiam sambil terus memikirkan pujaan hatinya yaitu Citra Amira. Cowok itu melirik Vano yang masih saja sibuk menghitung. Bagaimana ya cara Vano menaklukkan hati Citra? Padahal Vano terkenal sekali di SMA Harapan karena kelakuannya yang suka nyakitin cewek. Citra pasti tau itu semua. Dia kan juga termasuk cewek populer di SMA Harapan.
"No," Vino menyenggol siku Vano. Cowok itu hanya membalasnya dengan berdeham tanpa menoleh sedikit pun ke Vino, "gimana sih caranya buat deketin Citra?" tanya Vino membuat Vano menoleh ke arahnya dan meletakkan bolpoinnya ke atas meja.
"Ya tinggal lo deketin aja susah amat." jawab Vano. Ia kembali mengambil bolpoinnya yang tadi ia letakkan ke atas meja dan kembali melanjutkan tugasnya.
Vino menghela napasnya, "Bukan itu maksud gue, gue mau lebih dekat sama Citra, lo kan mantannya Citra nih, pasti tau dong apa yang gue lakuin biar gue bisa lebih dekat sama Citra." ucap Vino.
"Oh itu, gue kasih tau deh sama lo, Citra itu suka banget dikasih bunga mawar. Citra juga suka banget sama ice cream rasa coklat. Waktu gue masih pacaran sama dia sih gue sering ngasih dia itu." ucap Vano.
"Oh oke No. Thanks banget infonya. Gue bakalan coba deh deketin Citra dengan cara ajak dia ke kedai ice cream." ucap Vino menepuk bahu Vano.
"Semoga berhasil bro." ucap Vano seraya mengacungkan jempolnya.
Setelah mendapatkan saran dari Vano selaku mantan kekasih Citra. Vino memutuskan untuk mencari kedai ice cream yang bagus di internet yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah. Dan Vino pun menemukan tempatnya dan ia rasa Citra pasti bakalan suka.
"No, gue nyontek jawaban lu sini, capek gue mikir gak ketemu-ketemu jawabannya," ujar Bobby sembari membantingkan buku tulisnya, "lagian tuh guru sadis amat ngasih soal, bikin otak gue yang pas-pasan ini mau meledak aja." oceh Bobby membuat Vino yang sedang memainkan ponselnya menoleh ke arahnya memasang muka polosnya.
"Apaan sih berisik banget deh lo kayak emak-emak gak di kasih uang belanja." sahut Sandy yang sedang mengerjakan tugasnya.
"Tuh," ucap Vano sedikit membanting buku tulisnya, terpampang jelas tulisan Vano dengan rumus-rumus matematika berserta jawaban lengkapnya, "kopas dah tuh." lanjutnya lalu mengambil ponsel di saku celana dan menyambungkan earphonenya dan ia pasangkan ke kedua telinganya.
"Nah gini kek dari tadi." ujar Bobby tersenyum puas. Beberapa detik kemudian, banyak yang ngumpul di meja Vano buat nyontek berjamaah. Jawaban Vano selalu menjadi inceran.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADBOY VS CUTEGIRL ✔ [PROSES PENERBITAN]
Ficção AdolescenteBerawal dari saat Sherin hampir terlambat ke sekolah karena bus yang ia tunggu di halte tidak kunjung datang. Kemudian seorang cowok yang tidak di kenalinya menawarkannya untuk berangkat bareng ke sekolah yang ternyata cowok itu adalah kakak kelasny...