Vano membuang ice cream yang ia pegang ke tong sampah yang tak jauh darinya. Cowok itu langsung berlari terus mengejar Sherin yang pergi begitu saja. Sherin terus berlari dan tak memperdulikan Vano yang terus-menerus mengejarnya. Hati Sherin benar-benar hancur saat ini. Cewek itu tak mau berbicara dengan Vano.
"Sherin, kamu kenapa sih?" tanya Vano saat berhasil menahan lengan Sherin. Beberapa pasang mata melihat mereka dengan aneh.
Sherin menepis tangan Vano dengan kasar. Cewek itu benar-benar sangat kesal saat ini. Kemudian ia langsung berlari dengan kencang ke luar mall dan buru-buru ke jalan raya lalu masuk ke dalam taksi yang baru saja menurunkan penumpangnya.
"Ke perumahan Mutiara Indah pak." ucap Sherin.
"Sherin, please! Kamu kenapa sih?" tanya Vano sembari mengetuk kaca mobil taksi itu. Sherin yang berada di dalam taksi itu langsung memerintahkan supir taksinya untuk segera pergi dari mall ini.
Vano langsung pergi menuju parkiran dan cepat-cepat mengejar Sherin. Walaupun Vano sudah ketinggalan jauh dengan taksi Sherin ia gak akan nyerah. Vano akan memutuskan ke rumah Sherin saja. Siapa tau Sherin akan pulang ke rumahnya.
Di dalam taksi Sherin tak henti-hentinya menangis. Apakah ini jawaban dari kekepoannya selama ini. Apa Sherin telah menjadi korban Vano? Apa yang di ucapkan Maurin itu benar?
Sherin benar-benar sakit hati melihat foto Vano berpelukan dengan Citra yang tiba-tiba ada di tasnya. Bisa jadi foto itu adalah foto Vano dan Citra sewaktu pacaran. Sherin juga gak tau apa yang terjadi sebenarnya di balik foto itu.
Air mata Sherin yang sedari tadi ia tahan tak dapat terbendung lagi. Kini air matanya sudah mengalir deras membasahi kedua pipinya. Hati Sherin benar-benar hancur dan dadanya terasa sesak.
"Lagi berantem sama pacarnya ya neng?" tanya supir taksi. Sherin tak menjawab pertanyaan gak penting dari supir taksi itu.
"Saya mah cuma mau bilang, kalo neng ada masalah sama pacarnya harus di selesaikan secara baik-baik neng." ujar supir taksi itu.
"Oh iya rumahnya dimana neng?" tanya supir taksi itu ketika sudah membelokkan taksinya ke daerah perumahan Sherin.
"Blok C3 no 12." jawab Sherin datar.
Sesampai di depan rumahnya Sherin langsung bergegas masuk ke rumah setelah membayar ongkos taksinya. Masih dengan air mata yang terus mengalir Sherin berlari menuju kamarnya. Sandy yang sedang bersantai di ruang keluarga menatap adiknya itu dengan terheran-heran.
Sherin masuk ke kamarnya dan menghempaskan dirinya ke atas kasur sembari tengkurap. Di pukulnya dengan kesal bantal yang tidak bersalah. Tangan Sherin tergerak mengambil foto tadi dari tasnya dan melihat boneka pemberian Vano. Dengan kesal Sherin mengambil foto dan boneka itu dan membuangnya asal.
Dari luar Sandy dapat mendengar jelas adiknya yang sedang menangis. Ia membuka pintu kamar Sherin secara perlahan-lahan.
"Lo kenapa nangis?" tanya Sandy duduk di pinggir kasur Sherin. Sherin menoleh ke Sandy dengan mata sembabnya. Cewek itu langsung menghamburkan diri ke pelukan Sandy dan memeluk abangnya itu dengan erat.
"Gue sedih bang." lirih Sherin sesegukan.
Sandy membalas pelukan adiknya itu seraya mengelus kepala Sherin. Sandy gak tau kenapa adiknya bisa nangis seperti ini.
"Emangnya lo kenapa sih?" tanya Sandy melonggarkan pelukannya. Ia menatap Sherin dengan lekat, jempolnya tergerak menghapus air mata Sherin.
"Pokoknya gue sakit hati bang." ucap Sherin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADBOY VS CUTEGIRL ✔ [PROSES PENERBITAN]
Novela JuvenilBerawal dari saat Sherin hampir terlambat ke sekolah karena bus yang ia tunggu di halte tidak kunjung datang. Kemudian seorang cowok yang tidak di kenalinya menawarkannya untuk berangkat bareng ke sekolah yang ternyata cowok itu adalah kakak kelasny...