Setelah puas bermain bersama anak kecil di taman, Sherin memutuskan pulang bersama Vano. Sebelum itu mereka makan mie ayam dulu disitu. Dari awal Sherin mengenal Vano tidak ada tanda-tanda bahwa dia bukan cowok baik-baik, justru ia malah dibuat kagum terus sama Vano. Apalagi saat melihat Vano bermain bersama anak kecil saat di taman tadi. Mungkin yang dibilang Sandy dan Winda itu memang benar. Ah tak taulah, Sherin jadi bingung sendiri.
"Habis ini mau kemana?" tanya Vano di sela-sela makannya, "mau jalan-jalan dulu atau langsung pulang?" lanjutnya.
"Hm, pulang aja kak. Gue belom ngerjain tugas MTK, manaan banyak banget, terus lumayan susah juga, besok harus dikumpulin lagi." jawab Sherin sambil mengaduk mie ayamnya.
"Emang soalnya kayak gimana?" tanya Vano lagi. Biasa deh kalo soal Matematika emang jagonya si Vano.
Sherin membuka resleting tasnya lalu mengambil buku tulis matematika dan mengambil kertas selembar soal yang ia selipkan di buku matematika dan ia berikan pada Vano.
"Gampang inimah." ujar Vano bangga.
"Lo bisa kak?" tanya Sherin meragukan kemampuan Vano, "jadi Vano yang jago banget matematika itu lo kak?" Sherin masih gak percaya aja sih.
"Bisa dong, kecil inimah, iya itu gue hehe" ucap Vano bangga lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Kalo gitu boleh dong ajarin gue?" tanya Sherin.
"Bisa, mau dimana?" tanya Vano.
"Di kafe tadi aja, gimana?" jawab Sherin.
"Boleh." ujar Vano.
Sherin kaget saat tau Vano bisa matematika. Sherin memang sempat dengar tentang siswa SMA Harapan yang jago banget matematika. Bahkan ia sering menjuarai lomba. Guru matematikanya pun sering menceritakan tentang kepintaran Vano dalam pelajaran matematika. Ya walaupun Vano sering masuk ke daftar siswa atau siswi yang bermasalah.
"Lo tau gak kak, lo kan sering digosipin sama guru MTK kelas gue." ucap Sherin.
"Oh ya, kenapa? Gak ngomongin gue yang jelek-jelek kan?" tanya Vano.
"Enggak sih. Pak Sugeng lebih sering muji-muji kepinteran matematika lo." ujar Sherin. Vano terkekeh, seolah-olah salah tingkah dengan ucapan Sherin.
"Pak Sugeng nge-fans sama gue." ujar Vano lalu ia tertawa geli. Sherin hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
●●●
Sandy memasuki motor satrianya ke garasi rumah. Masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya yang terletak di lantai dua. Cowok itu langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur tanpa membuka sepatunya terlebih dahulu. Dia menatap langit-langit rumahnya yang berwarna putih. Sekarang Sandy jadi bingung sendiri, semenjak melihat kejadian di taman tadi. Di satu sisi ia masih gak yakin kalo adiknya jadi dekat dengan Vano takut Sherin dijadikan target oleh Vano. Namun, disisi lain ia tidak harus egois seperti ini. Kalo Vano bisa membuat Sherin bahagia, kenapa tidak? Pintu kamar Sandy diketuk, seseorang memanggilnya dari luar sana. Sandy pun menyahut dan menyuruh orang itu agar masuk ke kamarnya.
"Den Sandy ada tamu dibawah." ucap bi Tuti asisten rumah tangga di rumah Sandy.
"Iya bi, siapa?" tanya Sandy menghampiri bi Tuti yang berdiri di depan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADBOY VS CUTEGIRL ✔ [PROSES PENERBITAN]
Fiksi RemajaBerawal dari saat Sherin hampir terlambat ke sekolah karena bus yang ia tunggu di halte tidak kunjung datang. Kemudian seorang cowok yang tidak di kenalinya menawarkannya untuk berangkat bareng ke sekolah yang ternyata cowok itu adalah kakak kelasny...