"Sheela, alana. Kenalin ini, arfan, ali, reno dan irvan. Dulu abi, abba sama papa, pernah mengajar di pesantren darul Qur'an, dan mereka salah satu anak murid kami. Ya nggak bro? "ujar abi sok gaul.
"Iya, haha. gak nyangka banget, udah pada gede aja dulu mah masih bocah-bocah, macem pohon toge."sahut papa sembari tertawa.
"Haha, bisa aja lu mah fi. Gakerasa aja sekarang mereka udah jadi ustadz, udah pada jadi orang sukses, alhamdulillah."lanjut abba seraya tertawa.
"Iya alhamdulillah. arfan nya jadi ceo di bogor plus ustadz. Kalo ali sekretaris arfan dibogor dan ustadz juga. irvan itu ceo di bandung plus ustadz. nah kalau reno itu sekretaris irvan di bandung ustadz juga."kata papa bersemangat, astaghfirullah.
Mereka pun tertawa.
Tak lama kemudian abi berdehem.
"Sheela, alana sapa dulu dong."ucap abi yang belum seutuhnya masuk keotakku."Wah, ustadz arfan? Kok ustadz ada disini?"aku tersentak dengan perkataan kak alana.
Aku ngelirik kearah kak alana, ia tersenyum.
Sedangkan aku? Terheran-heran dengan kakakku ini.
"Loh, Arfan udah kenal sama mereka berdua?"tanya papa.
"Iya ustadz, mereka berdua anak murid arfan disekolah."jawab ustadz arfan sopan.
Aku terus menundukkan pandanganku.
"Wah, bagus dong."kata abba.
"Bagus apanya? Orang ustadznya killer gitu."ceplosku tanpa sadar.
'Astaghfirullah.' aku menggenggam tangan abiku, takut bencana besar akan terjadi.
"Killer? Dari mana saya killernya coba? Kalian saja yang menganggap saya killer. Saya enggak tuh!"balasnya, aku yang kesel pun langsung menjawab.
"Lah? Jelas lah, ustadz itu guru paling killer plus dingin. gak ada seru-serunya, ntar pas dikelas, kalau gak ngasih tugas yang banyak, di ceramahin."jawabku kesal.
"Terserah saya dong, namanya juga saya guru nya. Kalau kamu gamau digituin, gak usah jadi murid. jadi guru aja, gaperlu kasih ijazah SMA kamu saya terima kok ngajar disekolah."ucapnya tak mau kalah.
Wah, ngajak war nih.
"Saya juga ogah jadi guru di sekolah itu, ntar tiap saat saya ketemu sama ustadz."sahutku kesal.
"Mau coba?"
"Engga usah, makasih!"balasku dengan ketus.
"Assalamu'alaikum semua."aku menoleh kearah dua orang pria yang baru saja mengucap salam. tentu saja itu adalah kakak-kakakku.
"Wa'alaikumussalam."jawab kami semua, aku pun langsung berjalan kesebelah kak al.
"Kak, pulang kuy. Aku bosen disini."kataku pada kak al.
"Kenapa?"tanya nya, ia pun menaikkan sebelah alisnya.
"Masya allah, ada bang arfan, bang ali, bang reno sama bang irvan. apakabar bang?"aku menoleh kearah kak aiden, ia pun menyalami keempat pria tersebut.
Aku memutar mataku malas.
Tak lama kak al ikut menyalami mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Alhamdulillah, kami baik."jawab ustadz ali seraya tersenyum.
"Sheela sama kak al balik dulu yaa. Assalaamu'alaikum semua."setelah mendengar jawaban salam dari mereka, aku langsung menarik tangan kak al menuju rumah.
•
•
•keesokan harinya, dikantin.
"Kak alana kenapa sih? Perasaan hari ini murung mulu."tanya ku pada kak alana, entah kenapa ia jadi murung sejak tadi malam, dan ia juga meminta untuk tidur bersamaku dikamar.
"Ga dapat mulung tadi malam dia."ucap kak aiden, aku pun mengangguk percaya, eh tunggu? Mulung? Astaghfirullah.
"Ah, kakak yang bener dong. sheela udah serius nih."kata ku sambil memutar mataku malas, kak aiden pun terkekeh.
"Yaudah ah, kuy masuk kelas."ajak kak aiden yang dibalas anggukkah oleh ku, kak alana dan kak al. kebetulan bel masuk udah berbunyi.
•
"Assalamu'alaikum."ucap guru yang baru saja memasukki kelasku.
Aku memandang ke arah luar jendela.
"Wa'alaikumussalam ustadz."jawab mereka semua. aku tersentak, dan langsung menghadap kedepan, ku lihat ustadz arfan melirikku dengan tajam.
Dan aku yang tak mau kalah pun membalas tatapan tajam nya.
'Apa!'ucap ku kearahnya tanpa suara.
"Adek."panggil kak al, aku pun langsung menatap ke sekelilingku, temen sekelasku menatapku dan guru killer satu ini bergantian. Sedangkan aku bersikap bodo amat.
"Ehem, baiklah. siapa yang tidak datang hari ini?"tanya ustadz arfan.
"Hadir semua ustadz."balas ku datar. ya, karena dikelas ini kak al adalah ketua kelasnya dan aku adalah sekretarisnya.
"Baiklah, kita mulai pembelajarannya hari ini."ucap ustadz arfan.
Bla, bla, bla, bla, bla.
"Sekarang kalian saya kasih tugas, Buat makalah lengkap tentang yang saya jelaskan tadi."kata tuh ustadz.
"Baik ustadz."jawab teman sekelasku lesu.
Ini nih, yang bikin aku malas, kalo ngasih tugas kagak tanggung-tanggung.
"Arsheela."
"Arsheela."
"Arsheela Jeslyn."
"Hmm."
Tak lama aku melihat sebuah spidol melayang kearahku.
HAP
Aku menoleh kearah kiri ku.
"Astaghfirullah."gumamku, untung saja kak al yang menangkap spidol itu.
"Kok ustadz main lempar-lempar aja sih? Kalau kenak saya gimana? Mau tanggung jawab?!"ucapku ketus.
"Lagian kan belum kenak, untung ditangkap sama al. padahal saya maunya kena aja biar mantap."jawab nya.
Aku ngelirik kearah kak al.
Dia pun sama hal nya denganku, melihatku dan ustadz killer itu bergantian.
"Kalian lagi ada masalah?"tanya nya, aku pun mengindahkan pertanyaan kak al dengan gelengan.
"Sheela, kamu tuh ya, dari tadi saya panggilin. Ngga kedengeran apa?"kata ustadz arfan, aku pun langsung berjalan kedepan.
"Ada apa ustadz arfan yang terhormat!"tanyaku malas saat sudah berada didepan.
Tbc
•
•
Vote & comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah 2
Romancesquel of Ana uhibbuka fillah. "Inalillahi wa'inna illaihi roji'un." Jangan lupa untuk selalu mendukung cerita ini, dengan cara VOTE & COMMENT😊 SELAMAT MEMBACA SEMUA ❤ 📢plagiat di harapkan untuk menjauh📢 IG = @anggy_annisaaa Up 2x seminggu🤍