(AUF 2)- EPISODE 12

53 4 0
                                    

Saat aku duduk di samping umi, suasana pun menjadi hening.

"Ada apa umi? Kenapa jadi hening?"tanyaku heran.

"Nak, kedatangan bunda arsy dan ayah rey kemari, untuk mengkhitbah kamu dengan anak lelaki satu-satu nya mereka."perkataan abi sontak membuatku terkejut.

"Tapi abi, sheela masih SMA."tukasku.

"Kamu lupa sayang? Kakak kamu menikah saat masih SMA juga. Menikah muda itu baik nak, umi sangat mendukung."ujar umi lembut.

Aku menundukkan kepalaku.

'Jujur saat ini aku tengah bimbang. Bagaimana dengan ustadz arfan? Selama satu tahun terakhir ini ustadz arfan selalu menghantui pikiranku. Aku tahu itu adalah perbuatan yang salah. Dan aku baru menyadari semenjak ustadz arfan yang tiba-tiba menghilang, kalau aku sudah mencintainya.'batinku.

Aku menghembuskan nafas panjang.

Sebelum menjawab, ku lirik wajah abi dan umiku.

'Apa mereka berdua berharap aku menerima khitbahan ini?'

"Bagaimana nak? Apakah kamu menerima khitbahan ini?"tanya abi. aku tau, Meskipun abi bertanya hal itu padaku, abi pasti sangat menantikan jawaban 'iya' dari bibirku.

"Maafin sheela tapi bisakah bunda arsy dan ayah rey memberikan sheela waktu? Insya Allah sheela akan memberikan jawabannya setelah sheela memikirkannya dengan matang."jawabku pelan. Aku menundukkan kepalaku.

"Tidak apa-apa nak, bunda dan ayah akan memberikan waktu."ujar bunda arsy lembut.

"Sebulan lagi, kalian kembalilah kemari. Sheela, abi kasih kamu waktu selama satu bulan untuk memikirkannya."tukas abi datar.

Aku tahu, pasti abi sangat kecewa denganku.

Aku tidak tahu mengapa abi sangat bersemangat.

Padahal sebelum-sebelumnya, banyak kaum ikhwan yang datang dengan niat ingin mengkhitbahku. dan semua nya langsung di tolak mentah-mentah oleh abi.
Bahkan tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu padaku.

Dan, baru kali ini abi meminta pendapatku.

"Tidak usah terburu-buru alfa. Masih banyak waktu, terlebih lagi sheela nya kan masih SMA. Kami bersedia menunggu sampai sheela nya siap."aku menatap wajah ayah rey.
Meskipun umurnya sudah tak lagi muda, tetapi pria paruh baya itu masih terlihat tampan dan juga bersemangat.

Dan juga, seperti nya aku pernah melihat wajah ayah rey, tapi dimana?
Ah sudahlah lupakan saja.



Tepat saat pukul 2 pagi aku terbangun, seperti biasa, aku mengambil air wudhu dan langsung melaksanakan shalat tahajud.

Setelah selesai, aku kembali tertidur dan kembali terbangun saat adzan shubuh berkumandang.




Sepulang sekolah aku, kak al dan kak aiden berencana untuk pergi mengunjungi kak alana.

Semenjak kak alana menikah, aku jarang bertemu dengan kak alana.

Karena jarak rumah dan tempat tinggal kak alana yang terlalu jauh. membuat ku, kak al dan kak aiden jadi jarang bertemu dengannya.

Kak aiden kuliah di tempat dulu abba kuliah. Di penerbangan.

"Assalamu'alaikum. alana, bang irvan, yuhuuuu. Aiden coming nich."kak aiden berteriak, membuat aku dan kak al dengan cepat menutup kedua telinga kami.

"Ih, kak aiden. enggak sopan tau!"cibir ku, emang selalu begini.

"Maap ye, kakak terlalu semangat mau jumpa alana."ujar kak aiden seraya terkekeh.

Ana Uhibbuka Fillah 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang