(AUF 2)- EPISODE 17

36 3 0
                                    

Ustadz arfan menatap kearahku.

"Kalau sheela pasang sendiri aja bisa nggak abi?"tanyaku dengan wajah polos pada abiku.

"Enggak!"aku menelan salivaku.

Dengan ragu aku menyodorkan tangan kananku pada ustadz arfan, namun semakin dekat dengan ustadz arfan tanganku semakin bergetar.

"Jangan gugup."bisik ustadz arfan dengan lembut tepat di telingaku.

Aku mengangguk.

'Bismillah.'

Pelan tapi pasti, ustadz arfan memasangkan cincin pada jari manisku.

Setelah selesai penghulu mengatakan, kini giliranku yang memasangkan cincin di jari manis ustadz arfan.

Tanpa ragu sedikit pun, ustadz arfan menyodorkan tangan kanannya.

Aku mengambil cincin yang tersisa didalam kotak beludru itu.

"Gimana nih ustadz?"tanyaku, aku menatap kedua tanganku yang masih bergetar.

Ustadz arfan tersenyum lembut kemudian menganggukkan kepalanya.

Entah mendapat dorongan dari mana, tanganku bergerak dengan sendirinya. Memasangkan cincin itu di jari manis ustadz arfan tanpa bergetar sedikitpun.

Percayalah, bahwasannya ini kali pertama aku menyentuh dan disentuh oleh pria lain selain keluargaku.

Setelah selesai menyematkan cincin, mereka semua mengucapkan 'alhamdulillah' dengan kompak.

"Sekarang, mempelai wanitanya mencium tangan mempelai prianya."aku membulatkan kedua mataku.

Aku lupa hal itu, aku pikir setelah memasangkan cincin maka berakhir sudah acara ini.

Lagi-lagi ustadz arfan menyodorkan tangan kanannya.

"Harus ustadz?"tanyaku pelan.

"Harus, sayang." Deg!

Dengan gugup aku mencium punggung tangan ustadz arfan.

Tapi entah mengapa, seakan tanganku tak ingin lepas dari tangan ustadz arfan. Dan hampir satu menit aku mencium punggung tangan ustadz arfan.

Ustadz arfan meletakkan tangan kirinya di atas kepalaku, kemudian mulai berdo'a.

Sedangkan tugasku yang mengaminkan.

Setelah selesai ustadz arfan menarik kepalaku dengan lembut kemudian mulai mengecup keningku.

Dag dig dug ser!

Setelah ustadz arfan melepaskan bibirnya dari keningku, aku langsung menutup wajahku dengan kedua tanganku. Ya karena saat ini pipiku sudah memerah layaknya tomat.

Melihat tingkahku, para tamu langsung tertawa.

Padahal dari mananya yang lucu?
Mereka tertawa, sedangkan aku disini menahan malu.


Saat ini aku dan ustadz arfan sedang duduk di pelaminan.

Ana Uhibbuka Fillah 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang