Lama aku berbicara dengan kak aiden dan kak alana.
Namun mas arfan tak kunjung menampakkan dirinya.
Bahkan, aku juga tidak melihat keberadaan A' irvan, abang iparku.
"Kak, mas arfan kok lama banget, ya?"tanyaku pada kedua kakakku.
Kak alana menoleh kesana-kemari, berharap ia dapat melihat suaminya disana, namun nihil. Ia tidak melihat wajah suaminya disana, bahkan ia juga tidak melihat mas arfan disana.
"Mungkin mereka lagi bicara sama tamu penting kali dek."jawab kak alana.
Aku menganggukkan kepalaku.
"Gimana kalau kita jalan-jalan ketaman hotel aja? Kamu pasti bosen kan disini?"kak aiden bangkit dari duduknya, kemudian mengulurkan kedua tangannya padaku dan kak alana.
Kami berdua pun mengangguk kemudian mulai menerima uluran tangan kak aiden.
•
Saat sampai di taman hotel, akhirnya aku dapat menghirup udara segar.
Dengan gaun pengantin yang masih melekat pada tubuhku, aku berlari menuju sebuah pohon besar, kemudian duduk di bawah pohon besar itu.
"Dek, ntar gaun kamu kotor."ujar kak alana.
"Engga akan kak, liat nih rumputnya tebel, jadi aman."jawabku meyakinkan.
Kak aiden dan kak alana duduk di sebelahku.
Kami bertiga menghirup udara sore hari.
Terakhir kali kami seperti ini, saat aku dan kak al baru saja lulus di pesantren saat kami masih smp.
Bedanya, kali ini hanya ada kami bertiga di taman.
Di kejauhan, seorang pemuda tampan dengan gaya nya berjalan kearah kami.
"Kalian ngapai disini?"tanya kak al datar.
"Lagi bernafas kak."jawabku.
Kak al duduk di depanku.
"Kamu di cariin sama suami kamu tuh."ujar kak al tanpa melihat kearahku.
Aku hanya diam.
Hingga akhirnya mas arfan datang bersama A' irvan.
Kak alana melambaikan tangannya, menyambut kedatangan suami tercinta.
Sedangkan aku hanya menatap kearah mas arfan, tak lupa dengan senyuman khasku.
Kak aiden berpindah menjadi di sebelah kak al.
Saat itu juga mas arfan duduk di sebelahku.
"Kamu kemana aja, sayang?"tanya mas arfan dengan nada khawatir.
Aku menaikkan sebelah alisku.
Sayang? Aku?
"Sheela dari tadi disini kok, mas. Sama kakak-kakak sheela."jawabku pelan.
Mendengar jawabanku, ustadz arfan terdiam.
"Kenapa mas?"tanyaku khawatir.
"Panggilan yang bagus. Tapi lain kali panggil nya, sayang aja ya?"goda mas arfan sembari terkekeh.
Aku menganggukkan kepalaku.
"Iya, sayang."jawabku tak kalah menggoda.
Kulihat kedua pipi mas arfan langsung memerah saat aku memanggilnya dengan sebutan sayang.
"Udah pandai istrinya mas, siapa yang ngajarin? Hmm?"ustadz arfan memelukku dengan erat.
"Tadi katanya panggil sayang aja, apa sheela ganti jadi ustadz arfan aja?"dengan cepat mas arfan menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah 2
Romancesquel of Ana uhibbuka fillah. "Inalillahi wa'inna illaihi roji'un." Jangan lupa untuk selalu mendukung cerita ini, dengan cara VOTE & COMMENT😊 SELAMAT MEMBACA SEMUA ❤ 📢plagiat di harapkan untuk menjauh📢 IG = @anggy_annisaaa Up 2x seminggu🤍