•Bagian Tiga- Tragedi Pembalut•
"ANJING LO GA PUNYA MATI YA?!?!?!"
Nad menyerngit. Tapi segera setelah itu dia berdencak. "Ya lo dari tadi diteriakin suruh minggir juga."
"Sakit tau."
"Lebay lo." Nad sudah tidak perduli lagi siapa yang ia tabrak. Ia bergegas berdiri dan kembali menutup rok abu-abu nya dengan kedua tangan.
"Minta maaf cepet." Sungut Junkyu yang masih terduduk di lantai sementara Nad sudah berdiri hendak pergi, namun Junkyu menghalangi jalannya.
"Bacot. Minggir kek." Suara Nad terdengar panik dan sedikit marah. Junkyu kaget. Kan dia yang di tabrak kenapa malah dia yang dimarahin?
Setengah gondok, Junkyu minggir agar Nad bisa lewat. Setelah gadis itu melewati dirinya, ia berdiri dan menepuk-nepuk celana nya yang kotor.
Junkyu kembali akan melanjutkan perjalanannya namun gadis yang tadi menabraknya itu kini berada tepat di depannya. "Eh gue minta tolong dong beliin pembalut di koperasi. Tolong ya ya ya. Gue tunggu di toilet cewek depan mipa dua." Nad menyerahkan uang pada Junkyu lalu pergi begitu saja meninggalkan Junkyu yang masih terlihat linglung.
Junkyu melongo. Ia menunduk menatap uang sepuluh ribu rupiah yang ada di tangannya dengan bingung. Pertama, dia tidak mengenal perempuan itu lalu atas dasar apa dia berani menyuruh Junkyu? Ini jelas berbeda dengan kasus Bu Ekonomi atau Pak Satpam yang bisa menyuruhnya.
Kedua, meskipun Junkyu mengenal gadis itu mengapa ia harus mau disuruh membeli benda sakral tersebut. Bundanya sendiri saja tidak pernah menyuruhnya membeli pembalut.
Ketiga, ia tidak punya pengalaman membeli barang itu maka secara otomatis dia tidak tahu menahu apa itu pembalut. Akan sangat aneh jika Junkyu bertanya pada petugas koperasi sekolah masalah sensitif ini. Iya kalo yang jaga manusia sejenisnya, kalau kaum hawa bagaimana? Mau ditaruh mana wajahnya yang ganteng ini?
Keempat, mengapa ia tetap saja melangkahkan kakinya ke arah koperasi padahal dia bisa juga langsung pergi ke kelas tanpa repot-repot menuruti permintaan gadis aneh itu.
Haduhh Jun, kamu baik banget sih.
-Nad!-
Jihoon pernah memberi sabda bahwasannya lelaki haram melakukan sesuatu hal yang setengah-setengah. Apa yang ia sudah janjikan harus dipenuhi. Junkyu juga setuju dengan Jihoon, tapi entah mengapa ia kini merasa menyesal melakukan perintah gadis yang tidak ia kenal.
Selama dua tahun menjelang tiga tahun menjadi siswa di sekolahnya ini, hampir tidak pernah ia merasa se-malu ini. Bahkan saat ia dihukum karena telat dua menit sampai gerbang, pun ia tidak malu. Padahal saat itu, guru jaga menyuruhnya berdiri di tengah-tengah lapangan sekolah dengan berjoget dangdut. Maklum dia adalah anggota osis. Harus ekstra disiplin karena menjadi teladan. Terlebih posisi Junkyu di osis cukup dapat diperhitungkan, Wakil Ketua II.
Tapi hari ini, catat. Hari ini pada pukul- ah Junkyu lupa memakai jam tangannya. Mungkin sekitar pukul sebelas? Ah tidak penting. Saat ini Junkyu sedang berdiri di depan etalase koperasi sekolah dengan seorang gadis berjilbab yang Junkyu ingat bernama Nur melihatnya dengan mengangkat alis.
"Kak jun.. Kalau gabut mending balik lagi ke kelas deh atau duduk disini nemenin Nur." ucap Nur yang sudah cukup sabar selama sepuluh menit hanya melihat cengiran Junkyu. Nur tadi sudah bertanya apa yang sedang dicari kakak kelasnya itu, tetapi Junkyu masih saja diam dengan sesekali menggaruk tengkuknya.
Aneh bagi Nur yang sudah mengenal Junkyu dari awal ia masuk osis melihat sikap seniornya saat ini yang nampak bukan Junkyu sekali. Dari yang Nur amati, menurutnya, Junkyu anaknya ceplas-ceplos. Jika tidak suka ia akan dengan keras menolak, begitu juga sebaliknya. Jika bicara suka blak-blak an. Keras kepala namun pikiran nya masih labil. Ditunjang dengan sifat pelupa nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/189703281-288-k332485.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nad! (ON HOLD)
Fanfictiondisclaimer: cerita mengandung umpatan. memakai bahasa non-baku. Junkyu tau dia ga akan semudah itu buat suka sama seorang gadis. Begitu juga dengan kasusnya dengan Nad. Tidak semudah itu bagi dirinya mengakui kalau dia tertarik pada gadis seperti Na...