Bagian Sembilan

1K 164 8
                                        

Me Time.

Me time bagi sebagian orang dimaknai dengan menghabiskan waktu seorang diri misalnya makan, hangout atau nonton film sendirian. Begitu juga dengan Nad. Istirahat kali ini ia habiskan untuk me time. Ia sedang fokus membaca buku kumpulan puisi yang ditulis salah satu penulis puisi favoritnya.

Omong-omong, Perpustakaan hari ini lumayan sepi namun tidak setenang itu karena beberapa siswa terdengar heboh di meja admin. Entahlah, Nad tebak sih mereka sedang minta potongan denda karena telat mengembalikan buku.

Nad melirik jam di dinding perpustakaan karena kebetulan hari ini dia tidak memakai jam tangannya. Dia hanya punya satu jam tangan. Warnanya oren muda tanpa gambar atau motif. Polos. Sebenarnya itu milik Hyunsuk yang ia jadikan hak milik. Iya, Nad tidak pernah beli jam tangan dan tidak pernah dapat kado jam tangan. Sedih juga kalau dipikir-pikir.

Sepuluh menit lagi, semoga habis deh. Ucap Nad dalam hati kemudian kembali fokus membaca berharap 10 menit cukup untuk menyelesaikan buku ini.

"Oalah ini yang dipake Renata buat musika- anjirr." gumaman Nad terpotong saat tiba-tiba ia terdorong ke depan. Sial. Untung saja tidak terlalu kuat. Tapi tetap saja cukup membuat Nad hampir melepaskan jantungnya begitu saja. Mana lagi asyik-asyiknya membaca.

Siapa sih iseng banget?

Nad memutar badan dan kaget setengah mati dengan apa yang ia lihat saat ini. Mendongak, memasang wajah tak percaya dengan siapa yang ditangkap oleh indra penglihatannya.

Junkyu, iya Junkyu. Beneran cowok itu.

Ia sedang berdiri disana memasang senyum kikuk dengan telapak tangan kanannya yang diangkat sampai dagu, "Hai." Sapa Junkyu dengan nada suara melengking. Kentara banget anehnya. Nad tau sekali kalau anak ini canggung. Gadis itu masih melongo sampai tidak sadar Junkyu sudah duduk disebelahnya.

Gila, ngapain nih cowok??

"Lagi baca apa?" tanyanya super sok asik. Aneh banget tau bukannya minta maaf.

Setelah pertanyaan itu, Nad berdencak dan memilih kembali menekuri buku puisi ini. Ingat ia harus selesai dalam 10 menit. Merasa diabaikan, cowok yang punya senyum super manis itu mengulang pertanyaan. Takut-takut Nad tadi memang nggak degar. Usahanya bagus sekali.

"Lagi baca apa, Nad?" Kali ini Junkyu lebih memelankan nada suaranya. Nggak cukup romantis sebenarnya, biasa saja. Tapi diikuti sorot matanya lurus menatap mata Nad. Hmm, tanpa menoleh juga dia tau betul kalau Junkyu sedang menatapnya.

Sumpah sumpah sumpah. Nad sudah mau mati saja saat Junkyu menyebut namanya ditambah sambil dilihatin juga. Asli ini cringe banget tapi Nad jadi deg-deg an.

"ehem anu puisi... ada apa ya" Tanya Nad agak nggak biasa.

Junkyu sih tidak menyadari. Nad melirik dan Junkyu sudah mengalihkan pandangannya. Tidak langsung menjawab, pria itu diam lumayan lama. Gatau deh kenapa tapi matanya bergerak-gerak aneh. Masih dengan senyum aneh tapi manis. "Ehm mau nyari buku paket Akuntansi disuruh Pak Joko." Ucapnya asal.

Sumpah seasal itu.

Pak Joko siapa? Guru Akutansi atau bahkan di sekolah ini tidak ada yang bernama Joko.

Junkyu kepikiran saja sama satpam SMP nya makanya ia jawab seperti itu. Iya memang aneh, mau bagaimana lagi namanya juga kepepet. Nad hanya mengangguk-anggukkan kepalanya menanggapi. Entah antara dia memang malas ngomong atau sedang deg-deg an.

"Eh lo daritadi?" Tanya Junkyu sambil membuka bungkus roti coklat yang baru ia keluarkan dari saku. Roti yang tadi berbentuk persegi dengan sempurna kini sudah amburadul tak berbentuk tapi masih layak makan. Nad yang mengetahui aksi Junkyu ini segera merebut roti coklat itu. Tentu saja aksi Nad ini membuat Junkyu kaget banget.

Matanya membulat sempurna tak berkedip "Gaboleh makan di perpus." ucapnya berbisik yang dijawab oh panjang berlebihan oleh Junkyu.

"Padahal itu tadi buat lo, pasti belum makan kan?" Suara Junkyu sudah terdegar normal kembali setelah berhasil mengatur nafasnya. Agak berlebihan juga reaksinya.

Nad tersenyum kecil, Kelihatannya agak baper. "Apaan sih gausah repot-repot." Nad kikuk tapi semoga Junkyu ngga sadar. Pria itu duduk di sebelah Nad dengan jarak kurang lebih 2 langkah. Badannya agak miring. Tangan kanannya menyangga kepala sehingga ia bisa melihat sempurna sampul buku yang sedang dibaca Nad.

Junkyu terkekeh garing "Nggak repot kok hehehehe." Setelah itu yang ia lihat adalah Nad makan roti coklat yang sudah tidak berbentuk itu sambil membaca beberapa halaman tersisa yang sumpah demi apapun ngga bisa dia pahami. Ngga konsen. Kacau. Banget.

"Btw Jun makasih ya." Ucap Nad sambil tersenyum tipis.

"Santai aja."

"Bukan itu, maksut gue makasih buat waktu itu udah mau beliin gue itu-" Junkyu sepertinya tau apa maksut Nad maka dengan cepat ia mengangguk. Takut cewek ini keceplosan. Walaupun disini sepi ia yakin pasti percakapan mereka juga pasti ada yang dengar.

"Iya udah gausah dibahas."

——Nad——

Nad! (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang