Di bawah pijar dari pelita malam yang menghiasi angkasa, ada senyuman sendu yang kian erat merekat di atas wajah dan tak ingin lepas barang satu sekon saja. Lalu gerombol hembusan angin dingin tak berhenti menggoyangkan setiap helai dari surai hitam gelap miliknya.
Seokjin tetap bertahan dalam dinginnya malam seraya menatap lampu-lampu jalan yang sangat indah kala dirinya yang tengah berada di balkon kamar yang letaknya paling tinggi di kediamannya.
Senyuman sendu yang ia sematkan di atas parasnya itu berubah menjadi senyuman miris kala teringat potongan peristiwa menyakitkan yang ia jalani, kehidupan yang dirasanya tidak adil.
Setetes bulir dari maniknya serta merta meleleh membasahi pipi. Kelima jemari jenjang itu lekas-lekas menghapus. Sesuatu terbit dalam pikiran, memoar perihal predestinasi hayatnya mencuat kuat hingga hati Seokjin berbisik bahwa ia ingin sekali menyerah. Namun, perkataan milik ibu membuat ia tetap bertahan hingga kini.
Di saat semua orang mengkhianatimu. Masih ada satu orang lagi yang akan menjagamu. Dialah dirimu sendiri. Semua berawal dari dirimu. Jadi, hal yang paling berharga, sesuatu yang harus kamu jaga dan cintai adalah dirimu, Seokjin. Jangan seperti Ibumu ini, terlalu mencintai Seokjinnya daripada dirinya sendiri.
Sejemang ia menunduk, meresapi kalimat penenang dari sang Ibu kala itu—saat Seokjin masih duduk di sekolah dasar memegang nasib sebagai murid kesepian tiada anak yang mau menjadi temannya. Hanya Ibu dan Ayah satu-satunya teman cerita Seokjin, hanya ayah dan ibu yang memiliki aksi nyata yang selalu menyemangatinya dan berkata bahwa dirinya pasti dicintai banyak orang.
Kemudian, setelah berlarut-larut dengan air matanya yang kering, Seokjin kembali disadarkan bahwa kala ini ia tetap berada pada alur hidup yang rumit ketika satu usapan dari telapak tangan Jungkook dilayangkan lembut pada bahu panjang miliknya. Tatapan madu itu sejenak membuat hati Seokjin menghangat.
"Masuklah, hyung. Ini sudah sangat larut. Udara malam tidak baik." Kata Jungkook yang keluar lewat nada halus.
Seokjin tersenyum sembari menggangguk lalu merangkul bahu Jungkook dan melangkah bersama untuk masuk ke dalam ruang yang lebih hangat.
Sesekali ia tersadar, Ibu dan Ayah tidak lagi menyayangiku.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Liebe Mich | ᴋsᴊ | ✔
Fanfiction(Germany). Cintai aku. [Completed] Masing-masing dari mereka bersimpuh, mendongakkan kepala menatap lukisan awan di angkasa, kemudian bertanya-tanya kepada sang pencipta bentala, predestinasi apa yang sedang mereka genggam? ©ieuaraz, 2019