Seseorang yang sangat disayang adalah seseorang yang paling pantas diberi sepotong atau lebih rasa percaya. Seolah rasa sayang dapat membutakan segala kebohongan yang diperbuat. Namun, satu pengkhianatan akan menjadi segumpal kebencian. Sakit hati dan kecewa tingkat tinggi.
Sama halnya seperti Jungkook. Ia sangat menyayangi dan mempercayai kakaknya lebih dari dirinya sendiri. Seakan Seokjin adalah suatu berlian berharga yang dimiliki Jungkook saat ini, terdengar berlebihan.
Perkataan Yoongi dua menit yang lalu masih menempel di benaknya. Kendati demikian, Jungkook tetap yakin jika Seokjin tidak seperti yang Yoongi katakan.
Kau tahu? Seokjin membencimu, Jungkook.
Persetan dengan Yoongi yang terkenal kelewat jujur, blak-blakan, cenayang atau apalah itu seantero sekolah. Jungkook tetap yakin bahwa kakaknya pasti menyayangi dirinya dengan dosis yang sama besar. Jadi, Jungkook yang menyayangi Seokjin lebih dari apapun lalu sebaliknya, Seokjin yang menyayangi Jungkook lebih dari apapun.
Bahkan Jungkook lupa, Seokjin selalu berkata bahwa ia sangat mencintai dirinya sendiri. Jadi, tak akan mungkin besar sayangnya sama.
Jungkook menghembuskan nafas lelah, ia sangat bosan sekaligus cemas pagi ini. Untuk itu ia memilih duduk di taman sekolah tanpa Jimin dan Taehyung yang mengisi kekosongannya dalam kolom daftar tawa hari ini.
Jungkook mencemaskan Seokjin, sangat. Setelah aksi hampir menyayat pergelangan tangan. Bukan, lebih tepatnya percobaan bunuh diri. Seokjin menjadi sangat aneh, tepatnya setelah Hyunsuk membuang kasar pisau dapur dari tangan kakaknya.
Seokjin langsung berteriak dan melempar benda apa saja yang berada di dekatnya hingga akhirnya tak sadarkan diri dengan suhu tubuh yang sangat panas.Seokjin tidak hadir ke sekolah sebab dilarikan kerumah sakit setelah kejadian mengerikan semalam. Oleh karena itu, Jungkook bertemu Yoongi untuk menyampaikan izin sakit sang kakak.
Sial, ia terkekeh mirip orang gila. Sesekali mengusap air mata yang meluncur tanpa izin. Mengapa pisau itu tidak tertancap di jantungnya saja agar ia mati dan tidak ada lagi perbandingan antara dirinya dengan sang kakak, pikir Jungkook.
Tidak tahukah ia bahwa itu dapat membuat Seokjin semakin menderita?
____
Hyejin masih setia mendekap tubuh hangat putra sulungnya. Meletakkan kepala putranya di pundak sembari mengusap lengan Seokjin dengan lembut hingga anaknya terlelap.
Setelah bangun dari alam bawah sadar Seokjin usai peristiwa menyakitkan malam tadi, ia tidak mau bicara, tidak mau menyentuh secuil makanan dan menjadi tak acuh dengan apapun. Bahkan ia tidak kesakitan dan tidak meringis sedikitpun ketika jarum tajam menembus kulit putihnya.
Hyejin sangat sedih dan marah. Rasa kesalnya semakin menjadi-jadi terhadap Hyunsuk. Ia menyalahkan suaminya. Bahkan setelah kejadian malam itu yang disebabkan oleh sang suami, Hyunsuk tak juga menunjukkan batang hidungnya di rumah sakit.
Hyejin merasa bersalah dan berdosa, ingin sekali rasanya menyiram air dingin di atas kepalanya yang dongkol atau memukul dada sekuat mungkin agar rasa sesak pergi secepat mungkin. Ia merasa berdosa luar biasa. Anak-anaknya terluka, tetapi ia tidak tahu.
Setelah sekian lama ia tak pernah melakukan hal manis seperti ini lagi kepada Seokjin. Hingga rumah sakit yang membuat ini terulang. Semarah Hyejin terhadap Hyunsuk ia juga tetap merasa bersalah dan gagal.
Karena ia, Seokjinnya berubah. Keluarganya hancur, semuanya menjadi berantakan, tak keruan.
Seokjin mengernyit sakit, menarik atensi Hyejin untuk menatap getir sang putra, "Jangan tinggalkan aku Ibu..." suara lirih Seokjin yang terlelap membuat air mata Hyejin menetes.
"Maafkan Ibu." Setelahnya, Hyejin mengecup dalam dahi putra sulungnya.
____
"Hyung, aku membawakan ini untukmu! Roti hangat dengan selai coklat yang melimpah. Ayo dimakan!" Jungkook mengambil posisi di samping tempat tidur Seokjin. Sebelumnya, ia menyempatkan diri mendatangi kedai roti kesukaannya dan sang kakak sepulang sekolah tadi.
Seokjin tersenyum manis menatap presensi Jungkook. "Tidak, kau saja." Tolak Seokjin dengan halus.
Hyejin sangat terkejut ketika melihat kelembutan dan perubahan interaksi Seokjin terhadap Jungkook.
Jungkook mendengus napas jengah, "Ibu, Seokjin hyung sama sekali belum makan, bukan?" Hyejin menggeleng.
"Nah, kalau begitu ayo makan! Kau tidak mau menghargaiku? Padahal aku sangat lelah untuk membeli ini." Jungkook memasang wajah murung, tersirat menggemaskan bagi Seokjin. Jungkook melakukannya guna sang kakak luluh.
Seokjin terkekeh kecil. Sejujurnya ia sangat suka ketika Jungkook menunjukkan nada suara ataupun raut wajah yang menggemaskan kendati ia membenci Jungkook. "Baiklah, akan aku makan. Maaf dan terima kasih, Jungkook."
Hyejin yang sedang duduk di sofa terkekeh lalu berjalan mendekati kedua anaknya. "Apa Ibu boleh tahu rasa rotinya bagaimana?"
"Aku tidak tahu, Ibu. Roti itu telah menjadi hak milik Seokjin hyung. Jadi, Ibu harus meminta izin kepada pemiliknya." Saking gemasnya, Hyejin sampai mengecup pipi si bungsu. Begitupun Seokjin yang ikut tertawa melihat Ibunya yang geram dengan suara sok imut Jungkook.
"Seokjinie, berikan satu rotimu untuk Ibu!" Hyejin berujar lembut sambil mendekatkan wajahnya ke tubuh Seokjin.
Seokjin menggeleng, ia menyimpan rotinya disamping kanan tubuhnya. "Tidak! Sebelum Ibu mengecup kening, kelopak mata, hidung, pipi, dan bibirku." Jungkook berdecih. Sangat manja rupanya.
Maka Hyejin langsung mengecup semua yang diminta Seokjin. Seokjin tersenyum bahagia, begitu juga dengan Jungkook. Belum ada tangisan dari kedua putranya untuk hari ini.
Hari ini terasa menyenankan, setidaknya begitu setelah sekian lama sepotong afeksi tak pernah di curahkan. Hyejin baru menyadari manisnya kebahagiaan berasal dari kedua anaknya.
Ibu akan membatalkan rencana perceraian Ibu dengan Ayah kalian. Ibu menyayangimu, Seokjin dan Jungkook.
Walau dalam hati. Niat baik Hyejin pasti sangat membuat anaknya bahagia dan iapun akan turut bahagia saat itu benar-benar te-realisasikan.
Sejemang memejamkan mata, menghirup angin dalam-dalam lalu berjalan mengikis jarak sampai habis untuk menerjang halus tubuh kedua putranya agar diberi sebuah pelukan hangat.
Hati Seokjin menghangat, begitu juga si bungsu. Tersenyum manis walau mata berubah berair. Mereka rindu ibu juga ayah.
Hari ini kurang kehadiran Ayah, tapi aku bersyukur.
Mereka berdua kompak bermonolog dengan kalimat yang sama. Kompak memiliki harapan yang sama. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Liebe Mich | ᴋsᴊ | ✔
Fanfiction(Germany). Cintai aku. [Completed] Masing-masing dari mereka bersimpuh, mendongakkan kepala menatap lukisan awan di angkasa, kemudian bertanya-tanya kepada sang pencipta bentala, predestinasi apa yang sedang mereka genggam? ©ieuaraz, 2019