Chapter 3

5.4K 842 93
                                    

"Tadi mertuamu menuliskan ini"

Yoongi yang tengah mencuci piring kotor yang menumpuk itu segera menghampiri Hoseok dan mengambil selembar kertas yang sudah dilipat menjadi kecil.

"Surat?" gumam Yoongi membolak-balik lipatan kertas itu.

Hoseok mengangguk.

"Aku yang menyuruhnya menulis karena tidak bisa bertemu denganmu langsung" beritahu Hoseok.

Yoongipun tersenyum dan mengangguk cepat.

"Terima kasih" ujarnya sungguh-sungguh.

Hoseokpun kembali ke tempat kerjanya setelah menyampaikan amanah yang diberikan padanya. Langsung ke penerima sesuai janjinya.

Yoongipun melihat sebentar lipatan kertas itu sebelum memasukkannya ke dalam saku bajunya. Ya, untuk sekarang tugasnya adalah mencuci piring. Ia bisa membacanya nanti malam ketika akan tidur.

Iapun kembali ke dapur, melanjutkan apa yang ditinggalkannya sebelumnya.

"Pak Polisi itu baik sekali ya padamu" cuit Bibi Dapur yang juga ikut mencuci piring.

Yoongi kembali memakai sarung tangan karetnya, melanjutkan mencucinya sambil tersenyum ringan.

"Dia memang orang yang baik, Bi" jawab Yoongi mengingat semua kebaikan Hoseok padanya.

Bibi Dapur itu ikut tersenyum seraya menyenggol ringan lengan Yoongi, menggodanya.

"Sepertinya Pak Polisi itu menyukaimu" godanya.

Yoongi menggeleng kecil, masih dengan senyuman kecilnya.

"Aku masih memiliki suami, Bi" balasnya pelan.

Bibi itu mendecih kecil.

"Dia yang membuatmu berada disini, bagaimana bisa dia disebut seorang suami?!" gerutunya yang ingin sekali melempar piring yang dicucinya ke dinding.

Yoongi kembali terkekeh kecil.

"Tapi dia tetap suamiku, Bi. Aku mencintainya. Sangat" ujarnya dengan senyuman manisnya.

Bibi itu kembali dengan gerutuan pelannya. Seolah mengatai-ngatai orang yang bahkan nama atau bentuknya saja tidak diketahuinya. Aneh tapi nyata.

-*123*-

Malam harinya, setelah tugasnya selesai semua, makan malam juga sudah, dan mandipun juga sudah ia lakukan, Yoongipun mendudukkan dirinya di atas lantai yang hanya dilapisi tikar di dalam selnya. Ia menyandarkan punggungnya ke dinding di dekatnya.

"Mamih menulis apa ya?" gumamnya tak sabar ingin segera membaca isi surat dari mertuanya.

"Tidak tidur?"

Saat ia akan membuka lipatan kertasnya, teman barunya menghampiri dan duduk di sebelahnya.

"Mertuaku menulis surat untukku" jawab Yoongi senang sambil menunjukkan surat yang ia maksud.

Orang itu mengangguk, membiarkan Yoongi membuka dan membaca suratnya.

Dengan perlahan, Yoongipun membuka lipatan kertasnya dan terpampanglah tulisan yang sudah tidak asing di matanya.

"Mamih" gumamnya seolah bisa mendengarkan suara mertuanya melalui surat itu.

'Yoongi Baby, ini Mamih. Yoongi apakabar disana? Maaf jika Mamih baru bisa kemari setelah berabad-abad'

Yoongi tersenyum saat membacanya. Kerecehan mertuanya ini tak akan pernah luntur dimakan waktu rasanya. Selalu membuatnya ikut senang rasanya.

'Mamih ingin sekali bertemu dengan Yoongi. Tapi sepertinya Yoongi tidak ingin bertemu dengan Mamih ya, maafkan Mamih karena tidak bisa membantu Yoongi waktu itu'

Sorry [MinYoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang