"Mamih!"
Jimin berteriak di seluruh penjuru rumahnya. Mencari sosok yang ia yakini pasti telah membuat masalah dengannya.
Tak ditemukan Ibunya itu di ruang tengah maupun dapur, tepat biasanya sang Ibu berada. Hanya satu kemungkinan terakhir. Kamar.
Tok~ Tok~
"Mamih! Buka pintunya! Ada yang harus Mamih jelaskan padaku!"
Jimin mencoba memutar daun pintu kamar orang tuanya, namun percuma. Pintu itu terkunci dari dalam. Ia yakin Mamihnya ada di dalam sana.
"MAMIH! BUKA PINTUNYA ATAU KUDOBRAK SEKARANG JUGA!"
Jimin mulai menggebrak pintu tak berdosa itu dengan kepalan tangannya. Emosinya sudah berada di ujung tanduk. Ia sudah tak memiliki kesabaran sedikitpun sekarang.
"MAMIH!"
Cklek~
"Apa sih?!"
Jin keluar dengan wajah kusutnya, tak lupa bibirnya yang merapalkan umpatan tiada henti.
"Apa maksud Mamih?!" todong Jimin langsung saat melihat wajah Ibunya kini sudah berada tepat di depannya.
Jin semakin mengerutkan keningnya. Anaknya ini sudah menggedeor-gedor pintu kamarnya tanpa sopan santun, sekarang justru ditambah membentaknya. Anak macam apa ini?!
"Kau bicara apa sih?! Dan turunkan suaramu, Mamih tidak tuli jadi tidak perlu mengeraskan suara" ujarnya bersungut-sungut.
Jimin menghembuskan nafas panjang seraya memejamkan sejenak kedua matanya, menurunkan emosinya yang sudah naik pada puncaknya itu. Menenangkan dirinya sendiri tanpa suara.
Setelah mulai bisa mengatur dirinya, Jimin kembali menatap tajam ke arah Ibunya yang seolah menunggu apa yang akan dipermasalahkan anaknya ini.
"Mamih berusaha mengeluarkannya sendiri kan?!" desis Jimin to the poin.
"Mengeluarkan apa? Apa yang kau maksud?"
"Jangan berpura-pura tidak tahu, Mih. Semuanya sudah jelas sekarang"
"Kau ini berbicara apa sih?!"
"Aku mendapat kabar dari pengacaraku jika ada orang yang akan menjamin orang itu untuk keluar dari sana. Orang yang dimaksud itu Mamih kan?!"
Penjelasan Jimin tentu saja sudah sangat Jin pahami. Tanpa disebutkan siapa yang Jimin maksud sekalipun, Jin sudah tahu. Artinya suaminya sudah mulai bergerak.
"Ya, memang itu Mamih. Ada masalah? Mamih sudah lelah membujukmu, Mamih akan melakukannya sendiri tanpa dirimu" ujar Jin seraya menunjuk ke arah Jimin tanpa ragu.
Jimin mencengkram kedua bahu Jin yang sontak saja langsung tersentak kaget dan tak menyangka anaknya akan bersikap sejauh ini padanya.
"Kenapa Mamih melakukannya?! Kenapa Mamih lebih membela orang itu daripada anak Mamih sendiri?!"
Jin memundurkan dirinya sedikit, sedikut risih dikungkung begini oleh anaknya sendiri. Biasanya dia kan berada di bawah kungkungan suaminya. Eh.
"Karena disini kau yang bersalah, Mamih hanya melakukan apa yang menurut Mamih benar dan tidak akan membuat Mamih menyesal" balas Jin yang suaranya tidak sekeras Jimin.
"Benar darimana?! Dimana letak kebenaran orang yang membunuh?!"
Plak~
"Yoongi tidak membunuh! Jaga ucapanmu!"
Tangan Jin bergerak dengan sendirinya menampar wajah anaknya yang kini nampak semakin marah saja.
"Sekali pembunuh, tetaplah pembunuh! Tidak ada yang bisa merubah fakta itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry [MinYoon]
Fanfiction"Jihyunnie" "Jihyunnie" #MinYoon #BxB #Mpreg #BTS #Fanfiction