"Apa yang kau lakukan?!"
Jin tak bisa berhenti memukul anaknya yang kini sudah tersungkur di lantai. Ia tak perduli lagi jika saat ini masih berada di Rumah Sakit. Ia begitu marah, dan tentu saja kecewa. Anak yang dididiknya selama ini membuatnya benar-benar sakit hati. Tak tahu lagi bagaimana rasanya menjadi Jin saat ini.
"Kau sudah gila ya?! Kau tidak punya otak?! Kau sudah tidak punya hati lagi?!" bentak Jin sudah dengan wajahnya yang ingin menangis.
"Mamih tak menyuruhmu untuk kembali berbaikan dengan istrimu! Mamih hanya memintamu menghargainya sebagai Ibu! Tapi apa yang kau lakukan sekarang?! Kau menyakitinya! Kau selalu melakukan itu!"
Jin memukul-mukul tubuh anaknya yang sama sekali tidak melawan itu. Hanya diam dan menerimanya tanpa menjawab sekalipun.
"Mamih!"
Namjoon yang mendapat kabar itupun segera meluncur ke Rumah Sakit. Melihat adegan yang seharusnya tidak terjadi itu, dirinya langsung saja berlari menghampiri keluarganya.
"Mamih kenapa?" tanyanya sambil memeluk Jin dari belakang.
"Dia brengsek Pih! Dia sudah keterlaluan!"
Jin meronta-ronta ingin dilepaskan. Tak terima jika pelampiasannya terhe ti begitu saja.
"Tapi disini bukan tempatnya, Mih" ujar Namjoon susah payah. Tenaga Jin saat marah benar-benar menyusahkan.
"Mamih tidak perduli! Dia pantas mendapatkannya!" teriak Jin lagi.
"Sayang, dengarkan aku!"
Namjoon langsung saja membalik tubuh Jin dengan susah payah, menariknya ke dalam pelukan dan berbisik pelan di telinganya.
"Tenanglah, Baby. Semuanya pasti akan baik-baik saja, aku disini bersama Jinnie" bisiknya pelan.
Ya, jika sudah seperti ini, kata-kata manis nan lembutlah yang mau istrinya dengarkan. Namjoon sudah seperti menangani anak-anak saja yang tengah ngambek.
"Aku... takut" cicit Jin sambil mengeratkan pelukannya. Tubuhnya sudah mulai melemah, tidak sekuat tadi.
"Tenang saja, semua pasti baik-baik saja" ulang Namjoon seraya membawa sang istri untuk duduk di kursi tunggu.
Namjoon tidak berniat sama sekali untuk menenangkan Jimin yang masih diam saja itu. Bahkan untuk menyapa anaknya saja ia tidak mau. Kekanakan memang.
Merekapun kembali dalam keadaan hening. Tidak satupun diantara mereka yang bersuara.
Kilas balik kejadian beberapa saat yang lalu yang membuat Jin jantungan tak karuhan. Saat Jin yang baru kembali dari dokter yang menangani cucunya, saat Jin membuka pintu dan dilihatnya sang menantu tengah kesakitan di lantai, sedangkan analnya sendiri hanya berdiri melihat tanpa melakukan apapun. Jangan lupakan cucu kecilnya yang juga berada di pelukan sang Ibu. Astaga, mengingatnya saja membuat Jin kembali ingin marah-marah.
Dan sekarang mereka sedang ditangani oleh dokter masing-masing. Padahal Jin kira dengan bertemu Jihyun lagi, Yoongi akan kembali bahagia. Penderitaan yang Yoongi alami selama di penjara akan terbayar dengan melihat Jihyun yang masih hidup dengan mata kepalanya sendiri. Tapi kejadian yang tak diduganya menghancurkan semuanya.
Beberapa menit dan jam berlalu, mereka hanya menunggu dalam keheningan. Namjoon masih dengan memeluk Jin dan Jimin tetap dalam kondisi awalnya. Diam.
Cklek~
Jin langsung berdiri disusul Namjoon di belakangnya. Sedangkan Jimin hanya melirik saja tanpa berniat mendekat.
"Bagaimana menantu dan cucu saya?!" bentak Jin tanpa sadar. Ia terlalu khawatir hingga tak menyadari tinggi suaranya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry [MinYoon]
Fanfictie"Jihyunnie" "Jihyunnie" #MinYoon #BxB #Mpreg #BTS #Fanfiction