Chapter 11

6.2K 875 83
                                    

Kosong. Itulah yang Yoongi rasakan saat tidur di kamar besar ini sendirian. Kasur ini terlalu luas untuknya sendiri. Ia yang biasanya memang mengambil tempat kiri dan selalu menyisakan sisi kanan itu kini merasa kesepian.

"Jimin" gumamnya pelan.

Ia menyentuh sisi kanan yang kosong itu dan mengelusnya pelan, seakan ada orang disana.

"Maafkan aku, Jimin" gumamnya lagi, berharap Jimin mendengarkan suara pelannya.

Yoongi sedikit menggigit bibir bawahnya saat ingat ucapan terakhir yang pernah Jimin katakan padanya saat di kantor polisi.

"Apa mungkin Jimin sedang menyiapkan perceraian ya?" gumamnya pelan, suaranya bergetar saat membayangkan jika memang hal itu benar-benar terjadi.

Digigitnya jari-jari panjangnya dengan pelan dan menggeleng cepat.

"Aku tidak mau... Aku ingin selalu bersama Jimin" gumamnya lagi.

Tapi bayangan Jimin ketika di Rumah Sakit kembali tergambar di otak Yoongi. Saat dimana Jimin hanya diam tanpa melakukan apapun ketika melihatnya kesakitan.

"Aku tidak mau bercerai" gumamnya lagi.

Jimin yang tidak perduli lagi padanya menandakan jika ia sudah tidak dicintai lagi. Setidaknya hanya itu yang ada di pikirannya.

Setelah memikirkan hal-hal negatif itu, Yoongipun beranjak dari kasur dengan susah payah. Perutnya yang kian membesar ini benar-benar memperlambat aktifitasnya.

Ia melangkah pelan menuju ke lemari yang berjajar di kamarnya. Bukan. Ia tidak menuju lemari pakaiannya, melainkan lemari Jimin. Tempat dimana Jimin menyimpan pakaiannya.

Saat pertama kali Yoongi membukanya, dapat ia cium aroma yang membuatnya senyum-senyum sendiri.

Meski berada di rumah yang sama, pewangi pakaian yang digunakan untuk mencuci pakaian Jimin dan pakaiannya sangat berbeda.

"Jimin"

Yoongi seolah sedang bersama dengan Jimin jika menghirup aroma ini. Ia menyukainya.

Dan dengan hati-hati, Yoongi mengambil salah satu baju yang tergantung di dalam. Hanya sebuah kemeja putih tanpa motif apapun.

"Jimin suka sekali memakai ini" gumamnya yakin dan membawanya ke meja rias.

Diambilnya parfum milik Jimin dan menyemprotkannya pada baju itu. Aroma Jimin semakin terasa setelah ia menyemprotkan wewangian itu.

Setelah puas, Yoongipun membawa baju itu ke kasurnya.

"Dimana aku meletakkannya ya?" gumamnya pelan seraya berpikir.

Dan pandangannya tertuju pada satu boneka besar yang sebenarnya milik Jihyun, tapi karena anak itu sering membawanya kesini, jadi ia meletakkannya disini.

Yoongipun memakaikan boneka beruang besar itu kemeja putih milik Jimin yang sudah diberinya parfum. Dan tersenyum puas setelahnya.

"Aku bisa memeluknya kalau begini" ujarnya senang dan membaringkan boneka itu di sisi kanannya.

Yoongipun melakukan hal yang ia inginkan, memeluk boneka itu layaknya memeluk Jimin. Konyol tapi membuatnya sedikit lega karena bisa menghirup aroma yang sama seperti dulu.

"Jimin"

Ia rasa bisa tidur nyenyak bila membayangkan Jimin benar-benar memeluknya saat ini. Ia harap bisa memimpikan Jimin saat tidur nanti.

-*123*-

"Aku semakin gila saja" gumam Jimin saat menyadari apa yang dibawanya saat ini.

Berbagai tas kertas dengan merk yang berbeda dan isi yang hampir sama. Baju hamil.

Sorry [MinYoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang