Chapter 5

5.5K 843 81
                                    

Dengan gugup, Yoongi mengambil duduk di depan Jimin. Ia sengaja mengambil tempat agak jauh karena ia belum siap untuk berhadapan langsung dengan pria ini.

Sejujurnya ia sangat merindukan wajah tampan dan suara ini, sangat merindukannya. Ia tak menyangka bisa melihat pria ini lagi, mendengar kembali suara yang menurutnya manis dan indah.

Yoongi ingin menyentuhnya lagi, meski hanya tangannya saja. Ia mengeratkan kedua tangannya dibawah untuk menahan rasa inginnya ini. Ia sadar, tidak semudah dulu untuk mengungkapkan keinginannya.

"Kau puas?"

Yoongi berjengit kecil saat mendengar suara yang bukan seperti dulu. Bukan suara ini yang ia rindukan. Ia tak ingin mendengar suara rendah yang mengintimidasinya ini.

"Jimin" cicit Yoongi pelan sekali.

"Jangan menyebut namaku dengan mulut kotormu itu" desis Jimin tanpa melirik sekalipun pada lawan bicaranya.

Yoongipun diam, langsung menunduk dan kembali mengeratkan jari-jari tangannya.

"Kau yang menyuruh orang tuaku untuk membebaskanmu kan?!"

Yoongi menggeleng pelan. Bukan. Ia memang ingin keluar darisini setelah mendengar jika Jihyun masih hidup, tapi bukan dia yang menyuruh atau memaksa orangtua Jimin untuk mengeluarkannya. Mereka melakukan atas kemauan mereka sendiri. Setidaknya itulah yang didengarnya dari ayah mertuanya tempo hari.

"Tidak" cicit Yoongi lagi. Menyadari jika Jimin sama sekali tidak sudi melihatnya.

Jimin berdecih kecil.

"Penjilat. Kau tahu sekali bagaimana memanfaatkan orang yang berada di pihakmu" desisnya.

"Aku tidak melakukan hal itu"

"Mana ada penjahat yang mau mengaku"

"Aku memang pernah melakukan kesalahan, tapi aku bukan pembohong"

"Tutup mulutmu, sialan"

Yoongi langsung kembali diam. Ia ingin menangis diperlakukan begini. Ia ingin mendengar suara manis Jimin yang dulu. Ia ingin Jimin yang dulu. Jimin yang menyayanginya dan menjaganya layaknya vas bunga yang mudah pecah. Sangat berhati-hati.

"Kau hanya melakukan hal sia-sia. Aku tidak akan membiarkan kalian menang dan kau hanya akan disini selamanya" ujar Jimin lagi.

Yoongi menggeleng. Tidak. Ia tidak mau disini selamanya. Ia sudah memiliki tujuan untuk keluar darisini, ia tidak boleh menyerah.

"Aku ingin melihat Jihyunnie" cicitnya pelan.

"Dia tidak ingin melihatmu"

"Aku ingin bertemu lagi dengan Jihyunnie"

"Dia tidak ingin bertemu dengan orang yang membunuhnya"

Yoongi sudah tidak tahan lagi. Air matanya sudah mulai berjatuhan akan kata-kata Jimin yang begitu menusuknya.

"Aku tidak berniat melakukannya" ujarnya berusaha berusuara meski tengah menangis.

"Tetap saja kau yang membunuhnya" balas Jimin yang sama sekali tidak menoleh ke arah Yoongi.

Dengan segenap keberanian dan kekuatannya, pelan namun pasti, Yoongipun mendekatkan dirinya ke arah Jimin. Jimin tak melihatnya, ia tak menyadarinya sama sekali.

"Kenapa kau menyentuhku?!"

Saat tangan Yoongi berhasil meraih tangan Jimin, pria tampan itu langsung saja menepisnya kasar.

Jiminpun akhirnya mau tak mau menoleh ke arah Yoongi dengan tatapan nyalangnya.

"Aku... ingin menyentuh tangan Jimin" jawab Yoongi pelan.

Sorry [MinYoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang