Delapan

561 117 23
                                    

red strings






"maaf hyung, kemarin aku ke tempat Byounggon Hyung," Seunghun meminta maaf begitu sampai ke tempat pertemuannya dengan Midam.









Di suatu taman dekat sungai Han.










"Haha, tidak apa-apa. Apa dia sakit?" tanya Midam








Seunghun menggeleng, "dia patah hati,"









Midam menoleh, "oh, eum.."









Seunghun terkekeh, "aku jadi merasa bersalah. Dia ternyata menyukai Hyunsuk, dan Hyunsuk bersama Jihoon sekarang. Tau begitu aku akan menolongnya mendekati Hyunsuk,"








Mata Midam membesar, "ah iya benar! Jihoon, aku terkejut! Kupikir kau menyukainya, Hun! Makanya aku kemarin--"








Seunghun tertawa, "tidak. Bukan dia," ujar Seunghun pelan.








Midam memiringkan kepala, menatap Seunghun dengan penasaran.









"lalu siapa?" tanya Midam








Seunghun tidak menoleh. Ia menghela napas kecil, "ada. Seseorang yang sangat baik,"










"Ah, tidak seru!" protes Midam karena pertanyaannya tidak dijawab dengan nama.






Mereka mendadak sepi. Tidak seperti biasanya Seunghun pendiam. Midam juga tidak tahu harus bagaimana, sepertinya suasana hati Seunghun tidak begitu baik.







"Hyung," panggil Seunghun tanpa menatap Midam






Midam menoleh, "ya?"







Seunghun diam sebentar, menghela napas lalu kembali membuka mulutnya.








"jika kau punya kesempatan untuk mengulang waktu, apa yang akan kau lakukan Hyung?"







Midam diam. Mencerna pertanyaan Seunghun dengan baik lalu ia tersenyum kecil sambil menunduk, memainkan ujung bajunya.






"menghapus ingatanku bersama Woong,"








Seunghun terdiam mendengar jawaban Midam. Ah, pada akhirnya selalu Woong Woong Woong dan Woong.








Midam menatap Seunghun, "kalau kau?" Tanya Midam









Seunghun masih diam. Menatap kosong suasana sungai Han di depannya.







"tidak bertemu denganmu juga Woong Hyung,"






Ia ingin mengatakan itu, tapi hanya diucapkan di dalam hati.








Seunghun...








Dia tahu dia kalah.









.
.
.





"Sahabatmu itu," Woong membuka obrolannya dengan Byounggon yang sedang makan.







"dia menyukai Midam?" tanya Woong






Byounggon menoleh, lalu mengangkat bahunya.







"dia tidak pernah bilang apa-apa tentang orang yang ia sukai. Makanya aku suka salah paham," jawab Byounggon








Woong mengangguk. Mengambil jaket, ponsel, juga dompetnya.








"aku keluar sebentar,"





.
.
.






Doyoung menatap ponselnya yang menampilkan sederetan pesan belum dibaca.







Semuanya hampir dari Yedam.








Ah, apa Yedam tidak mengerti? Apa Yedam ingin membuat Doyoung terus-terusan berharap tinggi? Apa Yedam ingin Doyoung menjadi egois?







Doyoung mengerutkan dahinya.








Egois?





.
.
.





Junkyu menyesap kopinya. Dia sedang duduk di taman apartemennya. Meninggalkan Yedam di dalam dengan dalih mencari udara segar.






Junkyu memikirkan ucapan Yedam semalam. Nyatanya Junkyu ingat walaupun setengah mabuk.







Putus dengan Doyoung?






Kenapa?







Junkyu kembali menyesap kopinya dengan gusar. Ah, ini sangat membingungkan.







Mata Junkyu fokus kepada pemuda mungil yang membawa koper besar. Ia celingak-celingukan dari tadi. Menatap kertas di tangannya, menatap ponselnya, lalu menatap gedung apartemen.








Junkyu mengedip cepat, lalu berangkat dari duduknya. Ia tidak bisa membiarkan seseorang yang membutuhkan bantuan.







"Halo," sapa Junkyu







Pemuda mungil itu terkejut lalu menunduk memberi salam.







"H-Halo," ucapnya dengan aksen yang sedikit berbeda.







Junkyu mengerutkan dahi, lalu kembali menatap pemuda itu.







"ada yang bisa saya bantu?" tanya Junkyu









"Eum.. I-Itu.." ujarnya dengan bahasa Jepang









"Oh? Kau orang Jepang? Tenang aku bisa bahasa Jepang sedikit,"








Wajah pemuda itu terlihat begitu tenang setelah mendengar Junkyu berbicara menggunakan bahasa Jepang.







"Uh, aku ingin ke apartemen yang di sini, apa benar ini?" tanya pemuda itu sambil menunjukan kertas kepada Junkyu








"Oh! Benar sekali! Unit 204, uh! Tepat di samping unitku, mari kuantar," tawar Junkyu dan menarik koper besar dari tangan pemuda itu.








Pemuda itu sedikit bingung tapi kemudian tersenyum begitu Junkyu menoleh ke belakang dan kembali mengajaknya masuk ke dalam gedung apartemen.








"Oh iya, siapa namamu? Aku Kim Junkyu,"







Pemuda itu nampak ragu, tapi setelah melihat senyum ramah Junkyu ia ikut tersenyum.








"Mashiho. Takata Mashiho,"








Junkyu kembali tersenyum, "senang berkenalan denganmu Mashiho,"













red strings

tbc







Jalan gelapnya mulai ada lampu gengs. Baru dibangun pemerintah. Iya mau bilang itu aja.

[✔️] red strings ; silverboysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang