Dua Puluh Lima

434 66 0
                                    

red strings


Hyunsuk dan Byounggon sarapan dalam diam. Tidak biasanya mereka tidak mengucapkan satu kata pun ketika berdua.






Lebih tepatnya, tidak biasanya Hyunsuk tidak mengadu atau rewel membicarakan suatu hal dengannya.





Tapi Byounggon paham, dan pemuda Lee itu akan menunggu kapanpun Hyunsuk siap menceritakan keluh kesahnya.






Apalagi tentang alasan ia menangis hingga membuat mata indahnya bengkak di pagi hari.





"terima kasih makanannya Hyung, aku bisa cuci--"



"tidak apa-apa, lebih baik kau istirahat," ujar Byounggon mencegah Hyunsuk untuk membawa mangkuk-mangkuk ke wastafel






"tidak hyung, aku--"




Byounggon menatap Hyunsuk, memegang tangannya dan melepaskan tangan Hyunsuk dari genggamannya pada mangkuk. Hyunsuk hanya menghela napas lalu mengangguk kecil dan meninggalkan Byounggon untuk masuk ke dalam kamarnya.







Hyunsuk menghempaskan tubuhnya di atas kasur, meremat selimut dengan erat.





Rasanya sangat menyesakan dan Hyunsuk tidak suka.




Sejak kapan ia menyukai Byounggon yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri?





Sejak kapan ia menyakiti Raesung juga menyakiti Jihoon karena keleletannya menyadari perasaannya sendiri?



Hyunsuk ingin kembali menangis. Ingin menghukum dirinya sendiri.





Pasti sangat menyakitkan untuk Raesung juga Jihoon.





Hyunsuk bodoh. Hyunsuk brengsek.





"Choi Hyunsuk, kau benar-benar brengsek," cicitnya sambil meringkuk membungkus tubuhnya dengan selimut






Byounggon melihat dari celah pintu, merasakan betapa menyakitkannya kondisi Hyunsuk sekarang.






Byounggon ingin memeluknya, tapi tidak sekarang karena sekarang Hyunsuk lebih ingin sendirian.





.
.
.



Jihoon kembali bengong. Memikirkan Hyunsuk yang mungkin saja sedang menangis di dalam kamarnya.







Tapi dia juga tidak perlu khawatir karena ada Byounggon di sampingnya.





Manik Jihoon melirik ponselnya yang menyala, menampilkan nama Junkyu di dalamnya.






Maka ia mengangkat dan--





"KAU PUTUS DENGAN HYUNSUK HYUNG?"





Demi Tuhan Junkyu dan mulutnya.




Jihoon menghela napas, "kalau kau menelponku untuk menceramahiku, aku tidak sedang menerima ceramah, Kyu.."




"hei, aku khawatir padamu bung!"





Jihoon kembali menghela napas, "cepat katakan apa yang ingin kau katakan,"






Junkyu menghela napas pelan, "alasan yang sama dengan Raesung?"



Jihoon menatap ke depan, pada pemandangan kota di balkon kamar tamu milik Seunghun, yang sekarang menjadi kamarnya.





"Raesung tidak mengatakan apa-apa. Aku merebut Hyunsuk Hyung dari Raesung, jadi kalau alasannya karena Hyunsuk Hyung direbut, tidak--"







"hei, aku tahu Hoon.."





Jihoon terdiam lalu menghela napas panjang, "kalau kau tahu--"






"--kenapa kau bertanya, bodoh," lanjutnya dengan suara lirih






Sesak pada dadanya datang lagi. Jihoon tidak menyalahkan siapapun, tidak Hyunsuk yang ia sayangi, tidak pula Byounggon yang menjadi saksi tapi ia menyalahkan dirinya sendiri.







Datang di waktu yang salah dan cinta di waktu yang tidak tepat.





"Hoon, kau di mana? Aku ke sana.." ucap Junkyu begitu mendengar isakan Jihoon




red strings

tbc

[✔️] red strings ; silverboysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang